Cuplikan Chapter ini
Tahun 1815 Langit Semarang tertutup mendung tebal seolah memantulkan suasana hati Ki Sastrowidjojo yang tak menentu Malam itu ia berjalan terseok menarik gerobaknya yang kosong Sepanjang hari ia mencoba menjual lampu minyak tetapi tak satu pun laku Jalanan basah oleh hujan yang baru saja reda membuat langkahnya terasa lebih beratKi Sastro hidup tanpa cahaya baik secara harfiah maupun metaforis Hidupnya adalah sisa-sisa sebuah tragedi Keluarganya dulu pernah dikenal sebagai penj