Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
"Itu ide gila, Yu," sergah ibuku, begitu mendengar aku memilih untuk menjadi pembantu di negeri nun jauh di sana. Arab Saudi.
"Tak ada pilihan lain, Bu," jawabku. "Ayu pengen banget bisa kuliah seperti teman-teman. Ayu gak mau tinggal di kampung sementara teman-teman yang lain bisa cari ilmu di mana-mana," aku melanjutkan dengan suara bergetar, seolah tak mampu menahan beratnya beban bila seandainya jalan itu tak kutempuh.
"Jangan neko-neko, Ayu!" Sebuah suara tiba-tiba menyembul menyibak tirai penutup pintu kamarku. Kulihat itu Bapak. "Kuliah itu cuma buat orang-orang kaya. Buat orang-orang yang hartanya udah gak muat di kantong. Orang kayak kita mana mungkin bisa sampai ke sana. Apalagi kamu cuma wong wadon (perempuan)," lanjut Bapak, seketika meruntuhkan istana mimpi yang selama ini aku bangun. "Jangan kebawa sinetron!" Katanya, lalu duduk di depan pintu kamar sembari menyeruput teh pahitnya. ***
Itulah sekilas perdebatan Ayu, perempuan berusia enam belas tahun yang baru saja lulus SMA di sebuah sekolah favorit, bersama ibu dan bapaknya.
Bagi Ayu, menjadi beban baginya sebagai siswi dengan nilai kelulusan terbaik di sekolah, bahkan kotanya, bila ia tak melanjutkan studi. Diam di kampung halamannya hanya akan menjadi target bully para tetangga, atau bahkan teman-temannya. Maka, dengan berat hati, Ayu pun memilih jalan ekstrem. Jalan yang belum pernah ia tempuh sebelumnya. Sebuah jalan, yang mungkin dapat mengarahkan ke mana kelak ia akan menjadi manusia seutuhnya.
Lalu, mampukah Ayu melalui semuanya dan kembali ke negeri sendiri guna mewujudkan cita-citanya yang sempat tertunda bertahun-tahun?