Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
AKU DAPATI ia terduduk di atap gedung berpuluh lantai, sendiri. Malam membeku mata. Angin membelur kulit dan menghelai rambut. Ia menunduk, seperti awas pada keadaan di sekitarnya.
Aku tak berani mendekat, meski sebenarnya harus. Sempitnya waktu membuat aku sejujurnya tak punya cukup banyak kesempatan lagi. Namun, melihat ia dalam keadaan seperti itu, bahkan memberi tanda bahwa aku telah berada di sini saja benar-benar tak sampai hati.
"Aku tahu kau ada di situ meski aku tak bisa melihatmu lagi," katanya memecah sepi. Barulah aku kemudian mendekat dan menampakkan diri.
Ia lalu berbalik pelan ke arahku. Seketika, sungguh, tak pernah aku menyaksikan ia dalam keadaan sebegitu hancur. Yang aku tahu, ia berupaya tersenyum meski getir.
Aku mengira, ia tak menangkap keberadaanku dengan baik. Padahal, aku yakin telah menampakkan diri. Namun kenyataannya, aku tetap tak terkasat mata telanjangnya. Apa yang terjadi hingga ia tak mampu melihatku lagi?
"Tolong izinkan aku sebentar di sini," pintanya. "Setelah itu, kau boleh mencabut sayap malaikatku," lanjutnya.
Aku terhenyak. Sungguh, aku ingin tahu.
Angin-angin lalu dengan li...