Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
KEABADIAN YANG KAU INGINKAN
Kabupaten Bandung Barat, Juli 2021
Apa yang terpikirkan ketika mendengar frasa cinta?
Setiap insan pasti memiliki definisi tersendiri terkait lima huruf itu, membiaskan miliaran makna, menyuratkan seluruh arti keindahan nan elok, meruntuhkan segenap elegi, dan membenamkan sekujur kebencian dengan sentuhan lembut nan menggetarkan.
Lalu, apa yang terpikirkan saat mendengar kalimat mantan kekasih?
Tentunya haru biru kisah semara akan menyeruak, memutar segenap imaji tentang pahit dan manis, merundung hati yang terluka akan kesalahan di masa lampau, dan mungkin tidak pernah diinginkan oleh sesiapapun.
Begitu pula dengan asa ini, ketika sosok mantan kekasih, wanita yang menemani ketika kegundahgulanaan hati pekat menyelimuti setiap sudutnya, dan ia berada di sana, ketika kisah manis itu teruntai.
Di senja yang kunikmati bersama Cauthelia, wanita yang paling kucintai, sebuah pesan dari seorang mantan terkasih tampil di grup alumnus kelas.
Assalamu’alaikum
Ada yg tau nomornya Faristama gaa?
Entahlah, getaran yang selama ini terpendam untuk dirinya sontak menyeruak, menjejerkan seluruh imaji indah. Segala kenangan tentang wanita yang pernah hadir di hidupku delapan-belas-tahun silam itu seolah mengisi kalbu dengan dahsyat.
Bukan karena aku pernah merasakan kehangatan yang selalu dibalut hijab bahkan sedari ia masih di sekolah menengah pertama, namun karena perasaan cinta tulusnya yang dijaga olehnya, bahkan sampai aku bertemu dengan Cauthelia tiga-tahun kemudian.
Namun segalanya sekejap lalu tatkala salah satu sahabatku memberikan nomor ponselku kepadanya. Alih-alih merespons dengan membenarkan, aku malah memilih diam, tidak melanjutkan apapun, takut-takut yang dirasakan hanya kenangan semu yang berusaha mengganggu pikiran.
*****
Dua jam berlalu, tidak ada semboyan apapun yang teruntai semenjak pesan di platform besutan Meta tersebut terkirim. Logika ini langsung meruntuhkan asa yang barusan terpercik, berusaha memadamkan gelora semara, berkobar begitu dahsyat melumpuhkan sadarku.
Tidak lama ponsel ini pun menyala, wanita itu benar-benar meneleponku.
“Assalamualaikum,” sapanya, suaranya begitu lembut di ujung sana.
Deg!
Ragaku seketika membeku, dihantam getaran begitu dahsyat yang menelusup di indra. Sungguh lisan ini langsung kelu, seolah tiada satu frasa pun yang dapat terlontar untuk membalas kelembutan terdengar dari ujung sana.
Sajak rindu itu langsung menggelora, suaranya bak embusan angin yang menyejukkan hati, membelai seluruh jiwa dengan keanggunan tak ternilai dari seorang wanita yang pernah singgah dan bertahan di hatiku hingga saat ini.
“’Alaikumsalam,” jawabku, setelah menghela napas panjang.
“Kamu masih inget sama aku kan, Tam?” tanyanya pelan.
Sungguh frasa terlontar itu langsung membangkitkan elegi tentang bagaimana raga ini begitu alpa, meninggalkan diri...