Bimbim (alias Ibrahim), Kamu Jangan Menangis! - Kwikku

Halaman Author

Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.

Pelajari lebih lengkap tentang benefit yang akan kamu dapatkan.

Cara membuat karya

Tutorial singkat cara memublikasikan karyamu di Kwikku.

Pelajari bagaimana kamu bisa memonetisasi karyamu dengan mudah.

Cerpen

Drama

Bronze

Bimbim (alias Ibrahim), Kamu Jangan Menangis!

0

Suka

446

Dibaca

Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Bimbim (alias Ibrahim), Kamu Jangan Menangis!

Cerpen Habel Rajavani

.

"SLANK itu bukan sekedar grup rock. Slank itu udah kayak agama buat gue. Hidup gue jadi bener dan bersemangat karena lagu-lagu Slank," kata Ibrahim bin Amrullah. Kalimat itu saya kutip dalam liputan panjang saya tentang fenomena Slankers, sebutan untuk para penggemar Slank.

Ibrahim (alias Bimbim) adalah ketua komunitas Slankers di sebuah kota kecil Kalimantan Utara. Dia dituakan dan dihormati d...

Baca cerita ini lebih lanjut?

Rp1,000

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar

Tidak ada komentar

Rekomendasi dari Drama

Bimbim (alias Ibrahim), Kamu Jangan Menangis!

Adira Putri Aliffa

Kang Azzam: Sang Kiai dan Metamorfosa

Khairul Azzam El Maliky

Noura Publishing

Jessica, Luka Yang Terpendam

Cerita Sang Aktor

A Letter for Leo

Gadhinia Devi Widiyanti

Sweet Seventeen : Love Destiny

Cinta Satu Malam

silvi budiyanti

Rekomendasi

Bimbim (alias Ibrahim), Kamu Jangan Menangis!

Karena Dia Sahabat Kyai Yassin

Kenapa Mang Enjang Tak Suka Khutbah Bertema Politik

Sesaat Sebelum Bom Itu Meledak

Cerita tentang Seorang yang Ingin Menjadi Juru Cerita

Gadis Kecil dan Perawat Tanaman yang Bicara Pada Bunga-bunga

Cerita Ratna, Seorang Pengarang, dan Sebuah Novel

Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .

Sebentang Jalanan, Sepanjang Kenangan

Taksi & Malam di Jakarta

Perihal Premis dan Penulis Aidul

Cerita Cinta yang Tak Pernah Ingin Kuakhiri

Misteri Kampung Mati dan Hantu Berang-berang

Sebilah Parang dan Tugas Terakhir Paman Ahdi