Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .
5
Suka
16,175
Dibaca

KITA bertemu di tempat penampungan sampah sementara di barat kota.

 

Aku mula-mula menemukan gerobak dengan karton bekas yang sudah mengisi setengah. Lalu kulihat kamu menangis. Kamu bersimpuh, mencoba mengangkat mayat lelaki, yang kukira itu suamimu. Seorang bayi lelaki merangkak bermain dengan pisau berdarah.

 

Aku menarik gerobak itu. Bayimu ada di dalam gerobak, bermain dengan pisau dan mayat lelaki itu. Kamu membantuku mendorong gerobak sambil menangis. Kamu tidak terisak. Hanya airmatamu yang deras mengalir. Kau membiarkannya. Kau tak mengusapnya. Bayimu menikam-nikamkan pisau itu ke jenazah lelaki itu.

 

Petugas pemakaman umum tak bertanya macam-macam. Sudah terlalu sering mereka menangani jenazah gelandangan, atau bromocorah yang mati karena perkelahian yang tak pernah bisa diusut. Polisi mungkin bosan juga menangani kasus-kasus receh itu. Merepotkan. Maka seringkali ya dibiarkan begitu saja.

 

Pada saat memandikan jenazah itu aku tahu kenapa lelaki itu mati. Ada tikaman tepat di jantungnya memekarkan luka seperti kelopak mawar yang mulai membusuk. Aku melihat kamu menatap luka itu lama sekali. Kamu tak lagi menangis. Mungkin kesedihan sudah berlalu, bersama keringnya airmatamu. Mungkin kamu sudah bisa menerima, siapapun yang membunuh lelakimu itu.

 

         Kamu melemparkan pisau ke liang lahat. Petugas taman pemakaman umum kota memaklumi saja. Kupikir itulah cara kamu mengakhiri seluruh ingatanmu terhadap lelakimu itu. Tadi, di musala kecil di pojok kuburan umum ini, hanya mereka yang menyembahyangkan jenazah lelakimu. Aku memang ikut berdiri di antara mereka, tapi tak tahu apa yang harus kubaca.

 

"Gerobak inilah rumah kami..." katamu ketika aku bertanya kemana aku harus mengantar kamu dan anak bayimu. Malam itu, kita bernaung di sebuah saung di pojok pemakaman, tak jauh dari musala. Ada sedikit pemberian uang dari pengurus cukup untuk kita membeli nasi bungkus. Kamu makan dengan lahap. Kamu tersenyum ketika matamu bertemu dengan mataku.

 

Aku berpikir mungkin inilah cara Tuhan mempertemukan aku dengan kamu dan anakmu yang, siapapun ayahnya, akan kuterima sebagai anakku. Besok, akan kuajak kamu menikah. Aku juga memang hanya seorang pengumpul botol plastik, kardus, besi bekas, seperti lelakimu yang mati itu. Tapi rasanya aku bisa memberikan kehidupan yang lebih baik daripada kehidupanmu selama ini.

 

Sebelum tertidur di bangku panjang saung, aku melihat kamu tertidur dengan tenang di dalam gerobak. Kardus-kardus bekas kau susun menjadi alas. Si bayi yang tadi kau susui, juga tertidur setenang kamu. Aku bersumpah, setiap malam bersama saya nanti kalian akan tidur setenang itu.

 

Petugas pemakaman membangunkan aku.

 

Hari sudah terang.

 

Orang-orang mengerubungi gerobak.

 

Aku lekas-lekas ke sana dan menemukan kamu tewas tertikam dan bayimu membiru, seperti tercekik dan mati.

 © Habel Rajavani, 2024.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
Juliet and Her Romeo
Lisa
Flash
Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .
Habel Rajavani
Skrip Film
Pesan di Lembar Terakhir
Rika Kurnia
Flash
Someone Take Me Home
Dwi Budiase
Novel
Terjeda
Syifa Fathonah
Skrip Film
Kami tidak baik-baik saja
gazella ezra
Skrip Film
Selingkuh yang diakibatkan Stress
Frederic Beslar
Novel
Bronze
Balada Sepasang Kekasih Gila
Han Gagas
Novel
Gold
Perjalanan Rasa
Bentang Pustaka
Flash
Mati Lebih Baik
Fajar R
Novel
ALFA
Alfasrin
Novel
Aksara Harsa
P' Jee
Cerpen
Bronze
Jangan Berurusan dengan Polisi
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
Tanya Hati
jingria_jk
Novel
Bumi Para Pembelit
Noor Cholis Hakim
Rekomendasi
Flash
Apa yang Terjadi Setelah Pemakaman Itu. . . .
Habel Rajavani
Novel
Bronze
Duka Manis - Balikpapan 1995
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Gadis Kecil dan Perawat Tanaman yang Bicara Pada Bunga-bunga
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Nasib Malang Kawanku Amang
Habel Rajavani
Cerpen
Dia yang Memandang dari Seberang
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Kenapa Mang Enjang Tak Suka Khutbah Bertema Politik
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Lebih Pedih dari yang Pedih
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Sesaat Sebelum Bom Itu Meledak
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Kejutan Nanit untuk Hilmi, Sebelum Menikahkan Yulia
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Lebaran Kali Ini Papa Tak Ada di Rumah
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Rambut Baru Oma Nana
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Bagaimana Dini Menemukan Subagio Sastrowardoyo
Habel Rajavani
Flash
Lalu Terdengar Suara Parang Ditebaskan
Habel Rajavani
Flash
Kisah Nyonya Nredom
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
Cerita Tukang Sulap dan Ibu yang Mencari
Habel Rajavani