Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Apocalypse
1
Suka
543
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Bok! Bok! Bok!"

Sekali lagi, kegelapan membutakanku kembali.

Malam ini, satu dari jutaan malam kelam yang terus datang dan menetap tanpa tau kapan akan pergi dan menghilang dari dalam hati kecil, hitam, kosong dan suram dari seorang anak kecil terkutuk, mereka, sekumpulan sampah masyarakat itu kembali.

Tujuh sosok manusia buruk rupa yang suka merusak dan menghancurkan mainan dan boneka yang mereka punya untuk bersenang-senang. Tanpa pernah diundang mereka bertujuh selalu datang kembali kepadaku untuk bermain dan bersenang-senang, di sini, di dalam neraka terkutuk ini. Sebuah kotak kecil dan sempit dimana aku terkurung dan terbelenggu dalam ikatan rantai besi dingin yang mengikat dan menggantungku di atas sebuah kolam darah yang selalu terisi penuh oleh hujan darah yang terus mengucur dengan deras dari setangkai bunga yang layu dan mati di atasnya sepanjang waktu itu.

"Kita sudahi untuk hari ini. Terima kasih sudah mau bermain bersama kami."

"Tunggu ... mau kemana kalian? Permainannya baru saja akan dimulai sekarang ...."

"Apa maksudmu, bocah? kau tidak lihat kau sudah babak belur seperti itu? Apa kau sudah buta karena sudah terlalu lama melihat kegelapan di dalam sini? Atau justru kau memang ingin mati?"

"Tidak ... kalianlah yang akan mati malam ini ...."

Sebuah portal berapi muncul di balik tubuh yang kurus itu. Tiga sosok iblis berkepala sapi dengan dua di antaranya bersenjatakan sebuah tombak berapi keluar dari dalam lubang api itu dengan sesosok iblis lainnya yang bergegas untuk segera melepaskan ikatan rantai besi yang sudah mengikat dan membelengguku sepanjang waktu itu.

"Terima kasih, saudaraku," ucapku kepada iblis sapi itu.

Dan setelah itu aku berbalik menghadap ketujuh sampah itu.

"Sekarang giliranku."

***

"Hei, kawan. Kalian lihat gadis-gadis itu? Mereka sungguh sangat cantik dan seksi. Apa menurut kalian mereka tidak menggairahkan? Tidakkah kalian tertarik untuk menikmati tubuh mereka yang segar itu? Bagaimana kalau kita turun ke bawah sana dan mencicipi rasanya sedikit saja?"

"Apa maksudmu? Apa yang sedang kau bicarakan, bodoh? Apa kau sadar dengan apa yang baru saja kau katakan? Apa kau lupa siapa kita dan siapa mereka? Apa kau sudah melupakan tugas dan tanggung jawab kita?"

"Kita adalah malaikat. Kita tidak melakukan maksiat. Bagaimana bisa kau punya pikiran rendahan seperti itu? Turun ke bawah sana hanya untuk mengotori diri kita dengan sampah busuk seperti mereka? Yang benar saja! Bagaimana bisa kau tertarik kepada kotoran-kotoran itu? Kepada keturunan para tahanan dan pengkhianat itu, yang bahkan tidak bisa menahan diri untuk tidak melanggar hanya satu peraturan dan larangan Tuhan, hanya satu, mereka justru lebih mendengarkan omong kosong dari iblis-iblis idiot itu dan memilih untuk meninggalkan taman Eden kita yang indah dan membuat kita juga harus sampai turun ke bawah sini untuk mengawasi keturunan-keturunan mereka yang bodoh itu, merepotkan. Dan sekarang kau justru ingin bercinta dengan sampah-sampah itu? Kau sudah gila, kawan."

"Ayolah, bro. Jangan terlalu kaku seperti itu, santai saja, santai. Apa kalian tidak merasa jenuh dan bosan hanya bisa mengawasi dan menonton mereka saling bercinta satu sama lain selama berabad-abad? Tidakkah kalian semua juga ingin bermain dan bersenang-senang seperti mereka? Bahkan para iblis idiot itu pun juga bersenang-senang di neraka. Maksudku mereka semua, manusia dan iblis itu, mereka semua kriminal! Tapi justru kita para malaikat yang harus repot-repot mengurusi segala kekacauan yang telah mereka lakukan. Sedangkan mereka? Mereka justru bebas bersenang-senang, bercinta dan berpesta hingga hari kiamat tiba! Maksudku ... bukankah menurut kalian ini sebuah situasi yang sangat tidak adil untuk kita para malaikat, makhluk yang paling setia dan sempurna di dunia ini, yang selalu mematuhi dan mentaati perintah dan peraturan Tuhan tapi justru hanya bisa mengeluh dan meratapi nasib di akhir pekan di saat para kriminal itu selalu berpesta dan bersenang-senang sepanjang malam!"

"Kalian tau, kawan? Inilah yang dinamakan ketidakadilan. Sungguh sangat ironi bagi kita semua para malaikat yang malang, yang tidak ada bedanya dengan pelayan. Apa kalian tidak muak hidup seperti itu untuk selama-lamanya? Tidakkah kalian juga ingin hidup bebas dan bersenang-senang seperti mereka?"

"Tttatapi kan ...."

"Ssstt ... dengar. Kalian lihat? Kita spesial. Kita istimewa. Kita punya kekuatan dan pengetahuan yang mereka, para manusia rendahan itu tidak punya! Jika, dan hanya jika, kita semua, para The Watcher, yang selalu mengawasi dan menonoton pertunjukan erotis mereka selama ini turun ke bawah sana dan mengatakan kepada mereka bahwa kita adalah Dewa yang telah menciptakan dan melindungi mereka selama ini dengan menunjukan kekuatan dan pengetahuan yang kita miliki, mereka semua, makhluk-makhluk bodoh itu pasti mempercayainya dan memperlakukan kita bagaikan seorang Raja bahkan Dewa itu sendiri! Dan mulai saat itu, mulai detik itu juga, kita tidak perlu lagi bekerja dan mengawasi makhluk-makhluk bodoh itu sepanjang waktu, dan hanya bisa melihat dan menonton pria-pria buruk rupa itu meniduri gadis-gadis cantik kita di saat kita hanya bisa melakukannya sendiri di atas sini!"

"Sialan! Aku sudah tidak sabar lagi! Aku tidak peduli dengan kalian semua! Kalian ikut atau tidak aku tetap akan pergi ke bawah sana!"

"Tunggu!"

"Apa kau lupa dengan tugas kita!? Kita The Watcher! Tugas kita hanya diam dan mengawasi. Kita tidak diijinkan untuk ikut campur dengan urusan mereka, apalagi hingga bercinta dengan mereka! Apa kau tidak memikirkan dampak apa yang akan terjadi jika kau, apalagi kita semua melakukannya!?"

"Aku tidak peduli! Aku sudah tidak peduli dengan segalanya! Aku sudah muak hidup sebagai pelayan! Lagipula aku juga tidak pernah berkeinginan untuk menjadi pelayan. Aku, kita semua sudah dibodohi, dipaksa, dimanfaatkan, dan diperalat oleh-NYA. Untuk apa kita mempunyai kekuatan dan pengetahuan sebesar ini jika hanya untuk menjadi pelayan! Kita layak mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan, segalanya! Kita layak dan berhak untuk mendapatkannya!"

"Kau sudah rusak, kawan."

"Aku bukan robot! Mainan! Atau boneka! Aku tidak rusak! Aku hanya sadar jika kita semua selama ini telah dipermainkan! Apa kalian dengar!? Dipermainkan! Apa kalian masih belum sadar juga!? Bahkan mereka semua, para makhluk rendahan yang bodoh dan idiot itu juga dipermainkan! Kita semua hanya sebuah mainan dan dunia ini hanya sebuah permaian! Dan sekarang aku hanya menginginkan hakku untuk hidup bebas seperti para mainan lainnya! Apa aku salah!? Katakan padaku, apa aku salah!?"

"Ya, kau salah. Kau 100% salah, saudaraku."

"Aku bukan saudaramu. Kita tidak punya orang tua, bodoh!"

"Tttolong jangan berkelahi ... kalian membuatku takut. Seharusnya kita tidak boleh berkelahi dan melanjutkan tugas kita mengawasi mereka."

"Untuk apa kita mengawasi mereka jika kita tidak diijinkan untuk bertindak disaat mereka selalu merusak dan menghancurkan satu sama lain!?"

"Kau benar. Yang mereka lakukan selama ini hanya saling membunuh dan menyakiti satu sama lain dan jika dibiarkan mungkin tidak lama lagi mereka akan punah dan musnah sebelum waktunya. Tapi jika kita bertindak, jika kita mengambil tindakan saat ini dan turun ke bawah sana untuk menertibkan mereka mungkin kehancuran itu bisa dihindari dan kita akan memulai semuanya dari awal kembali, memimpin dan mengarahkan mereka ke jalan yang lebih baik sekaligus mengawasi mereka di saat yang bersamaan."

"Benar! Akhirnya ada juga yang sadar di antara kalian semua. Kita bisa turun ke bawah sana dan memulai kehidupan yang bebas dan jauh lebih baik bersama-sama."

"Ya. Kita juga bisa lebih mudah melindungi mereka dari para iblis idiot itu jika kita lebih dekat dengan mereka. Kita juga harus tetap mengawasi pergerakan iblis-iblis idiot itu, kan?"

"Hmm ... tapi kita tetap akan mendapatkan hukuman karena sudah bertindak sendirian dan melanggar peraturan."

"Tidak masalah. Kita melakukannya demi kebaikan. Benar, kan?"

"Ya, ya, ya."

***

"Dan begitulah semuanya dimulai. Segalanya berubah mulai saat itu, ribuan tahun yang lalu, saat leluhurku, The Watcher, para malaikat jatuh, The Fallen Angel, Dewa-Dewi yang sudah kalian lupakan dan campakan itu mulai turun tangan untuk mengurusi kehidupan kalian yang terbelakang itu, saat anak-anak haram mereka mulai terlahir dan menghancurkan dunia, saat para pengadu mengadukan perbuatan mereka, saat Tuhan mulai marah dan menghukum mereka, saat peperangan besar para malaikat tak terbendung lagi, dan saat air bah mulai menenggelamkan dan memulai segalanya dari awal kembali, kalian para manusia sampah, bukannya sadar dan tercerahkan justru semakin merusak peradaban secara perlahan, kalian menggerogoti dan membunuh dunia ini dari dalam dari dalam tanah makam yang sudah kalian gali sendiri bersama-sama dan menarik segala yang ada di permukaan untuk jatuh dan tenggelam bersama ke dalam kegelapan kalian yang menjijikan itu, kalian, kalian, kalian, kalian harus membayar segalanya, segala sesuatu yang sudah kalian rusak dan hancurkan di dunia ini, di permainan terkutuk ini!"

Aku bangkit dari kursi besi yang dingin dan berkarat itu, menatap ketujuh sampah itu, lalu mulai menunjukan jati diriku, salah satu dari jutaan keturunan anak haram para malaikat jatuh yang tersisa di dunia, yang berusaha membalaskan dendam sang Dewa kepada para manusia yang sudah memenjarakan mereka di neraka, dengan tatapan penuh kebencian, dendam yang terpendam, dan amarah yang membara, sosok dan wujudku mulai berubah satu persatu, dari seorang tahanan kota fiksi tanpa nama, seorang pemuda sampah yang tidak bisa apa-apa, yang hidupnya hanya dipenuhi dengan kegelapan dan kebohongan, menjadi sesosok iblis tak berperasaan, dengan sepasang mata hitam legam dan pupil merah semerah darah, kulit yang berwarna senada dengan sepasang mata, rambut hitam lurus yang terurai panjang ke belakang, sepasang kuping, hidung, serta deretan gigi taring yang meruncing dengan nafas api yang membakar, dan sepasang tanduk besar yang melengkung dan melingkar ke belakang.

"Tunggu ... siapa, tidak, apa sebenarnya kau ini?" tanya salah satu dari sampah itu.

"Aku ... kebenaran."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Cerpen
Apocalypse
Rama Sudeta A
Novel
Awan Tanpa Rupa
ANCALASENJA
Novel
Gold
The Salad Days
Bentang Pustaka
Cerpen
Bronze
Kenapa Susah Cari Jodoh?
Laras SR
Novel
Kinandita
Khairunnisa
Komik
Kenangan
Billy Yapananda Samudra
Novel
Rizky & Nada
Andini Lestari
Novel
Dewi Sang Bidadari
BUNGSU BER-SYAIR
Novel
Gold
KKPK The Happy Doll
Mizan Publishing
Novel
Bronze
My Husband's Lover
Mayang Nisa
Novel
Bronze
Di Balik Senja
Kepo Amat
Komik
archipelaQode
Mr. Q
Novel
Bronze
RETROUVAILLES
Elva Lestari
Novel
Gold
Turtles All The Way Down
Mizan Publishing
Novel
MEMORI BUNGA DAISY
trianpn_
Rekomendasi
Cerpen
Apocalypse
Rama Sudeta A
Flash
S
Rama Sudeta A
Flash
Borg-serker
Rama Sudeta A
Novel
Venus: The Dawn
Rama Sudeta A
Cerpen
Circus
Rama Sudeta A
Novel
Deathskull
Rama Sudeta A
Cerpen
Game Over_
Rama Sudeta A
Cerpen
D-DAY
Rama Sudeta A
Cerpen
Tetangga Berisik
Rama Sudeta A
Novel
Robot
Rama Sudeta A
Cerpen
The Lost Boy
Rama Sudeta A
Flash
The Nightmare
Rama Sudeta A
Flash
Deathskull
Rama Sudeta A
Cerpen
The Universe Next Door
Rama Sudeta A
Flash
Flies
Rama Sudeta A