Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
36 INT. - APARTEMEN ARIA - MALAM 36
Ian dan Fiona baru saja pulang. Ian menjatuhkan diri di sofa, bergumam tentang hari yang melelahkan. Fiona menaruh tasnya di atas sofa, beranjak ke kamar mandi.
CUT TO:
37 INT. - KAMAR MANDI - MALAM 37
Fiona menghidupkan keran air di westafel, mencuci tangannya. Melalui cermin dia menyadari ada yang berbeda. Fiona berbalik melihat tirai kamar mandi/shower. Posisinya agak tersingkap. Fiona memegang tirai itu. Ekspresinya terlihat berpikir.
38 INT. - RUANG TENGAH APARTEMEN ARIA - MALAM 38
Fiona mendatangi Ian.
Ian sedang meraih remot TV lalu menyalakan menekan tombol TV.
FIONA
Ian, kamu sempat pulang siang tadi?
IAN
(sambil mengganti-ganti saluran TV) Nggak. Aku seharian di kantor.
Ekspresi Fiona bingung, berpikir.
FIONA
Tirai di kamar mandi agak terbuka. Padahal aku selalu memastikan semua rapi sebelum pergi.
IAN
(masih mengganti-ganti saluran) Mungkin aku tadi pagi lupa bersih-bersih sama beres-beres. Aku kan nggak serapi dan seteliti kamu.
Ekspresi Fiona masih terlihat tidak yakin.
CUT TO:
39 INT. - KAMAR TIDUR ARIA - MALAM 39
Pintu kamar terbuka. Fiona masuk ke dalam. Dia membuka lemari, mencari baju tidur. Fiona menutup lemari. Dia bercermin di meja rias. Ketika bercermin, dia menyadari laci mejanya tidak tertutup dengan sempurna. Fiona langsung membuka laci itu, memeriksa isinya. Tidak ada yang hilang. Kini tampangnya semakin curiga.
CUT TO:
40 INT. - RUANG TENGAH - MALAM 40
Ian sedang bersantai di sofa sambil menonton TV. Fiona datang menghampirinya.
FIONA
Ian, kamu tahu siapa aja temen deketnya Aria?
IAN
(tanpa menoleh dari layar TV) Nggak banyak. Paling yang sering hang out sama dia tiap minggu cuma Ruby sama Sarah.
Fiona terdiam sebentar.
FIONA
Aku yakin ada yang masuk ke apartemen ini.
Ian menoleh ke arahnya dengan heran.
FIONA (CONT'D)
(sambil berjalan mondar-mandir) Tirai kamar mandi terbuka, walau cuma sedikit tapi aku inget aku jelas-jelas menutupnya dengan rapi. (pause). Terus laci di kamar juga nggak ketutup rapi. (berhenti mondar-mandir) Aku yakin pasti ada yang masuk ke apartemen ini.
IAN
whoa, tenang dulu. Laci nggak ketutup? Kamu yakin kamu emang tadi pagi nggak nutup dengan rapi?
FIONA
Ian, kamu tau betapa perfeksionisnya aku. Jelas-jelas aku nggak pernah ninggalin sesuatu tanpa mengecek kerapihannya.
IAN
Tapi ada barang yang hilang?
Fiona menggeleng.
IAN
(kembali menonton TV) Berarti emang cuma perasaan kamu aja. Kalo ada maling masuk pasti ada yang ilang. Lagian, mana ada maling masuk gedung apartemen kelas atas?
Fiona berkacak pinggang, ia menggigit bibir.
FIONA
Aku mencurigai Ruby masuk kesini. (pause). Kamu tau dia nggak suka banget sama kita.
IAN
Ruby memang dekat sama Aria, tapi dia ga punya kunci apartemen ini. Satu-satunya yang punya cuma aku.
FIONA
Tapi aku tetep curiga sama dia. Dia bisa aja nemuin cara buat masuk kesini.
beat.
Ian termenung sebentar.
IAN
Kamu yakin sama semua keanehan itu?
FIONA
Positif. (tampang yakin)
IAN
(sambil mengetuk-ngetuk remot) Aneh juga. Aku tau kamu teliti banget orangnya. (pause). Tapi masa iya ada yang masuk kesini?
FIONA
Dan kamu tahu, laci yang posisinya sedikit nggak ketutup rapi itu laci dimana kita nyimpen ponselnya Aria.
Mata Ian melebar. Ia menoleh pada Fiona.
Fiona menatapnya serius.
FIONA
Kita bener-bener harus lebih hati-hati sekarang.
CUT TO:
41 INT. - KANTOR SARAH DAN IAN - PAGI 41
Ian dan Fiona sedang berbicara di meja kerja Fiona. Terlihat Ruby dari jauh berjalan ke arah mereka. Ruby melambaikan tangan pada Ian dan Fiona, dia berhenti di dekat mereka.
RUBY
Selamat pagi! (senyum sumringah)
Ian dan Fiona mendongak dari laporan kerja yang sedang mereka bahas.
RUBY
(masih sumringah) pagi yang cerah, ya.
FIONA
Sedang apa lo disini?
RUBY
Gue? Oh, hari ini gue ada meeting jam 10 nanti. Makanya gue disini.
Fiona memerhatikan Ruby. Tidak biasanya Ruby menyapa mereka. Ruby tetap tersenyum dengan wajah cerah. Fiona memicingkan matanya, curiga. Dia memerhatikan Ruby dengan tajam.
FIONA
Tadi malam lo berada dimana?
RUBY
Hah? (tertegun, mulut masih terbuka)
Fiona mengalihkan tubuhnya sepenuhnya menghadap Ruby.
RUBY
Kemarin gue—
SARAH
Haai, Rub! (tiba-tiba datang menggamit lengan Ruby) Lo kemarin balik baik-baik aja kan? Ga mabuk di tengah jalan?
Ruby melihat Sarah tanpa ekspresi, memproses situasi. Fiona dan Ian juga memerhatikan Sarah.
SARAH
Lo kemarin minum beer banyak banget.
RUBY
(baru ngeh) Oh, iya! (mengikuti sandiwara Sarah) Tenang, tenang gue ga mabuk kok. Toleransi alkohol gue tinggi.
SARAH
Syukur, deh.
Ian dan Fiona hanya memerhatikan mereka. Fiona menatap mereka dengan pandangan tidak suka.
Setelah berbicara beberapa kalimat lagi, Ruby dan Sarah berlalu. Sarah mengusap-ngusap punggung Ruby, seakan Ruby masih dalam kandungan alkohol. Ian mengalihkan wajahnya pada laporan lagi, Fiona menatap punggu Ruby dan Sarah dengan tajam.
CUT TO:
42 INT. - KORIDOR KANTOR - PAGI 42
Sarah dan Ruby sampai di koridor kantor yang sepi.
SARAH
Apa yang lo temuin tadi malem?
Ruby terdiam sesaat.
RUBY
Ian dan Fiona dalang dibalik hilangnya Aria. Gue tau itu seratus persen.
Sarah mengernyitkan dahinya.
SARAH
Kenapa lo bisa bilang gitu? Apa yang sebenarnya lo temuin?
RUBY
Lo tau, apartemen Aria udah hampir berubah total. Wanita itu jelas tinggal di tempat Aria selama Aria hilang.
Sarah memegang dahinya. Tampangnya down.
SARAH
Bahkan sampai hari ini pun belum ada kabar dari pihak kepolisian. (mendongak pada Ruby) apa yang lo liat di apartemen Aria?
RUBY
Gue belum bisa ngasih tau lo sekarang.
beat.
RUBY (CONT'D)
Tapi gue masih butuh bantuan lo lagi. Gue akan memberi mereka berdua pelajaran.
CUT TO:
43 INT. - BASEMENT - MALAM 43
Ruby sedang merogoh tasnya mengambil kunci mobil ketika ia berpapasan dengan Fiona di lobi basement. Fiona berdiri di pintu ganda di depan pintu tersebut, melihat ruang parkir.
FIONA
Gue tau apa yang lo lakuin.
Ruby berhenti merogoh tasnya. Ia mendongak pada Fiona.
FIONA (CONT'D)
(menoleh ke arah Ruby) Dan gue bilangin sama lo, lo mending berhenti buang-buang waktu lo?
RUBY
Hah? Sorry, tapi gue ga ngerti maksud lo.
FIONA
(mengarahkan tubuhnya pada Ruby) Gue tau lo mengawasi gue dan Ian.
Tampang Ruby berubah mencemooh.
RUBY
Halo? Lo kira gue ga ada kerjaan lain? (mendengus mengejek) penting banget gue ngawasin lo berdua.
FIONA
Lo nggak perlu banyak sandiwara. Temen lo sama sekali ga ada hubungannya sama gue, gue cuma gantiin posisinya sementara di ga hadir di kantor.
RUBY
(tertawa singkat) Gini ya, gue hari ini datang kesini karena ada meeting dan urusan. Toh, kalo ga, ngapain juga gue capek-capek kesini. Orang kantor gue di cabang sebelah.
Ruby melangkah melewati Fiona, berjalan menuju tempat mobilnya di parkir. Setelah beberapa langkah Ruby berhenti. Ia berbalik menghadap Fiona.
RUBY
Oh, iya.
Fiona menoleh ke arah Ruby.
RUBY (CON'T D)
Kalo lo dan Ian emang gaada sangkut paut apa-apa dengan Aria, temen gue yang hilang itu, seharusnya lo nggak perlu nge-confront gue kaya gini sih.
Ruby mengedikkan bahu, lalu tersenyum. Ia berlalu meninggalkan Fiona.
CUT TO:
44 INT. - LOBI DI DEPAN PINTU RUANG RAPAT- PAGI 44
Sarah memberikan dokumen pada Ian yang sedang berdiri di depan pintu ruang rapat. Ian menerima dan mengecek isinya. Ian menengok jam tangannya. Ponsel Ian berbunyi. Ian mengambil ponsel dari sakunya dan mengetikkan passcode untuk membalas pesan. Diam-diam Sarah berdiri di sebelah Ian dengan posisi agar bisa melihat apa yang diketik Ian. Bola mata Sarah bergerak ke atas.
Ian memasukkan ponselnya ke saku jasnya.
IAN
Ini dokumennya udah lengkap semua?
SARAH
Udah. Yang data bulan lalu juga sudah direkap semua.
Ponsel Ian berdering. Ian mengeluarkan ponselnya dari saku jas, mengetik passcode lalu mengangkat ponsel ke telinganya. Sarah mengalihkan bola matanya ke depan, Ian menelepon di sebelahnya.
Setelah selesai, Ian kembali menaruh ponsel di saku jasnya.
CUT TO:
45 EXT. - CAFE OUTDOOR - PAGI 45
Ruby duduk di satu meja sambil menyeruput minumannya. Ia sedang memainkan ponselnya ketika pesan Sarah muncul di layar.
SARAH [PESAN]
Passcodenya 877782. Lo beruntung ternyata Ian nggak pakai finger print.
Ruby menyeruput minumnya sekali lagi. Ia menutup dan menaruh ponselnya.
46 INT. - RUANG RAPAT - SIANG 46
Ian duduk di sofa ruang rapat, menunggu tamunya.
Pintu ruang rapat terbuka. Sarah masuk membawakan nampan berisi dua cangkir teh dan teko deh untuk menjamu klien. Saat Sarah menuangkan tehnya. Sarah tiba-tiba sedikit terpeleset dan tidak sengaja menumpahkan teh ke jas Ian.
Ian sontak bangun karena kaget. Dia meraung marah.
SARAH
(muka panik dan bersalah) Ya ampun, sorry sorry! Gue ga sengaja, gue terpeleset tadi.
Ian mengelap jasnya, wajahnya terlihat marah. Dia terlihat kesal dan tidak mungkin ia bertemua dua kliennya dengan penampilam seperti ini di hadapan dua rekan bisnisnya. Dia menatap Sarah kesal.
IAN
Dimana Lina yang biasa mengantarkan teh?
SARAH
Siang ini dia sedang berhalangan hadir, izin merawat orang tuanya di rumah sakit.
Wajah Ian masih merah, perpaduan marah dan malu.
IAN
(nada suara kesal) Gue sebentar lagi ada rapat sama klien.
SARAH
Biar gue bersihin di laundry kantor, kalo misal nodanya nggak hilang biar gue cariin jas disana.
Ian melepas jasnya.
IAN
(sambil memberikan jasnya pada Sarah) Tolong cepat, gue butuh jas itu bersih dalah sepuluh menit atau lo cari jas lain.
CUT TO:
47 INT. - KORIDOR MENUJUR RUANG LAUNDRY - SIANG 47
Sarah berjalan terburu-buru melewati koridor. Dia membawa jas kerja Ian yang terkena noda teh. Sarah masuk ke salah satu bilik yang ada di ruang laundry itu. Sarah membuka pintu.
48 INT. - BILIK LAUNDRY - SIANG 48
Ruby ada di dalam ruangan, pintu terbuka dan dia mendongak. Sarah masuk terburu-buru. Dia memberikan jas itu pada Ruby.
SARAH
Lo cuma punya waktu sepuluh menit. (sambil berjalan kesana-kemari, mencari pembersih) klien Ian bakal segera dateng dan gue perlu bersiin noda kecil itu dari jasnya.
Ruby langsung memeriksa jas Ian. Dia memeriksa setiap kantong sampai menemukan ponsel Ian di saku dalam jasnya. Dia bersorak senang.
Sarah berpaling dan mengambil jas Ian, mulai membersihkan sembari Ruby mengotak-atik ponsel Ian.
Ruby mengambil ponselnya sendiri dari saku celananya. Ia mencari laman chatnya dengan Sarah, memasukkan passcode ponsel Ian dan mulai memeriksa semua aplikasinya. Ruby membuka setiap chat dan galeri Ian, tapi tidak ada tanda-tanda yang berhubungan dengan Aria. Ruby menggulir jauh chat Ian dan Fiona, lalu menemukan tanggal percakapan sehari sebelum Aria menghilang.
RUBY
Bingo!
Ruby memotret chat itu dengan ponselnya, dia kembali menggulir layar. Matanya melotot ketika menemukan satu alamat lokasi diantara chat Ian dan Fiona.
RUBY
I knew it. (ekspresi geram)
Ruby memotret layar ponsel Ian. Sarah sudah selesai membersihkan jas Ian dan berjalan ke arah Ruby, meminta ponsel Ian. Ruby memasukkan ponsel itu kembali ke saku dalam jas Ian setelah membereskan semua jejak stalkingnya.
RUBY
Thanks bgt, Sar. You're the best.
Sarah membuka pintu bilik laundry. Sebelum menutupnya Ian berkata.
SARAH
You better get what you need.
Sarah menutup pintu dan pergi.
CUT TO:
49 INT. - BAR - MALAM 49
Ruby duduk di salah satu bangku tinggi. Ia menaruh tasnya di atas meja. Ruby mengangkat tangan memanggil seorang bartender. Seorang bartender wanita datang menghampiri.
BARTENDER
Hei, Rub. What can I get for you?
RUBY
One martini, please.
BARTENDER
(sambil tersenyum) Right away.
Bartender itu pergi. Ruby mengangkt wajahnya, melihat sekeliling bar. Ia menaruh tangannya dibawah dagu, menyangga kepalanya.
Tidak lama kemudian bartender itu kembali. Ia memberikan minuman pesanan Ruby.
RUBY
(sambil menerima pesanannya) Thank you. (menyuruput minumnya)
BARTENDER
Ini ketiga kalinya lo datang kemari tanpa Aria. Gimana perkembangan kabarnya?
RUBY
(menggeleng) Nggak ada yang bagus.
BARTENDER
Ini udah hampir sebulan kan?
RUBY
Tepatnya tiga minggu. (pause). Dalam jangka waktu itu pun polisi belum nemuin apapun.
Bartender menatap Ruby prihatin.
BARTENDER
Lo emang ga ada referensi dia dimana? Atau lo ga nemuin semacam petunjuk?
Lambat laun bibir Ruby membentuk senyum miring. Ia hanya tersenyum pada bartender sambil mengangkat minumnya, lalu menyeruputnya lagi.
CUT TO:
50 EXT. - DAERAH GUDANG TERBENGKALAI - MALAM 50
Fiona menunggu di depan kap mobil. Ian dari jauh berjalan menuju mobil. Fiona berdiri tegak dan melangkah menghampiri Ian.
FIONA
Gimana?
IAN
Kayaknya kita ga bisa nahan dia kayak gini selamanya. (pause). Kita butuh rencana baru.
FIONA
Mengirim dia ke luar kota atau semacamnya?
IAN
(menggeleng) Bukan. Kita ga bisa nyembunyiin dia kaya gini lagi.
FIONA
Terus apa? kamu mau bebasin dia gitu aja? Udah pasti pas kita bebasin dia bakal lapor polisi dan ngasih tau semua orang.
IAN
Makanya tadi aku bilang kita butuh rencana baru. (berjalan mengitari mobil menuju pintu pengemudi)
Fiona hanya menatap Ian, lalu berjalan juga menuju pintu penumpang.
FIONA
(sambil membuka pintu) Kamu jangan lupa ganti ban besok pagi. (masuk dan menutup pintu)
CUT TO:
51 INT. - RUANG INSPEKTUR POLISI - PAGI 51
Kelapa inspektur sedang duduk di mejanya sambil melihat beberapa berkas. Pintu diketuk dari luar. Pintu terbuka, Ruby masuk.
INSPEKTUR POLISI
Ah, saudari Ruby. (menaruh berkas-berkasnya). Silakan duduk.
Ruby berjalan mendekat dan duduk di kursi diseberang inspektur.
INSPEKTUR POLISI
Apa yang membawa Anda kemari? (pause)(berpikir sebentar). Oh, mengenai kasus Aria Ganesha? (menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi) Kami mohon maaf sekali. Sampai saat ini kami belum menemukan titik terang tentang keberadaan teman Anda yang hilang. Pihak kepolisian juga tidak mengira kasusnya akan jadi lebih sulit dari yang kami kira.
RUBY
Iya, Pak. Saya mengerti.
Inspektur Polisi mengangguk.
RUBY (CONT'D)
Tapi bukan karena itu niat saya datang kemari.
Dahi inspektur sedikit mengernyit. Dia menyatukan jari-jemarinya.
RUBY
Saya ingin meminta bantuan Anda.
Kini Inspektur polisi terlihat tertarik.
INSPEKTUR POLISI
Bantuan apa yang Anda butuhkan?
Ruby tersenyum.
CUT TO BLACK:
52 INT. - GENDUNG KANTOR - RUANG IAN - SIANG/SORE 52
Bos mengentuk pintu sebelum membuka pintu dan masuk. Terlihat Ian sedang duduk di meja kerjanya (ZOOM IN tulisan Project Manager). Bos berjalan menghampiri Ian sambil merapikan jasnya.
BOS
Bagaimana perkembangkan mengenai lahan tempat untuk pembangunan cabang kantor baru?
IAN
Masih mencari, Pak. Kemarin ada beberapa lahan kosong, tapi semuanya berkendala, antara budget yang tidak sesuai dan tempat yang terlalu sempit.
Bos mengetuk meja kerja Ian beberapa kali dengan jari-jarinya.
BOS
Tadi malam saya mendapat rekomendasi lahan kosong dari salah seorang klien. Dia baru mengirim email semalam, dan baru saya baca pagi ini. Saya tertarik untuk melihat kesana.
IAN
Ah, benarkah? Dimana tempatnya, Pak, kalau saya boleh tahu?
BOS
Cukup jauh tempatnya dari sini. Tapi klien itu bilang lahannya luas, dan tidak padat. (pause). Saya ingin melihat kesana hari ini, kamu ikut dengan saya.
IAN
Baik, Pak. Saya akan segera menyiapkan keperluan untuk proyek cabang kantor.
BOS
Oke. Saya tunggu 30 menit lagi di ruangan saya.
Bos membalikkan badan dan keluar dari pintu meninggalkan ruang kerja Ian.
53 INT. - GEDUNG KANTOR - RUANG BOS - SIANG/SORE 53
Terlihat bos di dalam ruangannya. Pintu diketuk dan Ian masuk ke dalam ruangan.
BOS
Semua sudah siap?
IAN
Sudah, Pak. Mobil juga sudah menunggu dibawah.
Bos mengangguk. Dia melakukan beberapa hal di meja kerjanya.
Terdengar ketukan dari pintu lagi. Pintu terbuka dan Fiona masuk sambil membawa amplop berkas. Ian menoleh dan mereka berdua berpandangan agak bingung.
BOS
Ah, kamu sudah datang.
Bos berjalan mengitari mejanya ke hadapan Ian dan Fiona. Ian dan Fiona berdiri bersebelah.
BOS (CONT'D)
Fiona akan ikut bersama kita, selaku sekretaris. (melihat Fiona) Pastikan kau sudah membwa semua catatannya.
FIONA
Baik, Pak,
Bos meninggalkan ruangnya, diikuti oleh Ian dan Fiona.
54 INT. - GEDUNG KANTOR - LOBI UTAMA - SIANG/SORE 54
Lift berdenting terbuka. Bos, Ian, dan Fiona keluar dari dalam lift. Kepala Inspektur Polisi sedang duduk di lobi, tidak mengenakan seragam yang mencolok, hanya beberapa atribut penting. Bos menghampirinya. Dia tersenyum ramah.
BOS
Sudah lama menunggu?
INSPEKTUR POLISI
Tidak, Pak. Sayu juga baru tiba beberapa menit yang lalu.
Langkah kaki Ian dan Fiona terhenti. Mereka saling berpandangan. Ekspresi mereka anatara bingung dan terkejut.
Bos berpaling pada Ian dan Fiona.
BOS
Kepala Inspektur akan ikut bersama kita. (pause). Kebetulan dia juga kawan lama saya.
IAN
Maaf, Pak. Kalau boleh saya tahu ada keperluan apa pihak kepolisian ikut dalam survei lahan kantor?
INSPEKTUR POLISI
Saya termasuk pemegang saham di cabang kantor baru yang akan dibangun. (tersenyum lebar) Jadi saya ingin terjun ke lapangan sekalian melihat prosesnya.
IAN
Ah..
Ian dan Fiona tidak bertanya apa-apa lagi, tapi wajah mereka masih menunjukkan ekspresi tidak nyaman. Bos dan Inspektur masih mengobrol. Lalu Bos mempersilakan untuk berangkat, Fiona dan Ian mengikuti dari belakang.
FIONA
(sambil berjalan dibelakang, berbisik pada Ian) Feelingku ga enak tentang ini.
55 INT. - MOBIL - SIANG/SORE 55
Mobil berwarna hitam keluar dari parkiran kantor. Ian membenarkan spion. Ian duduk di bangku pengemudi, Fioan di bangku penumpang. Bos dan Inspektur Polisi duduk di belakang.
Bos dan Inspektur Polisi masih terus mengobrol.
IAN
Ini, jadi kita kemana, Pak? Boleh saya lihat alamatnya?
BOS
Oh, iya, saya sampai lupa. (mengeluarkan ponsel) Di Jl. Amerta Harum VII, Kavling B3 no. 12.
Kedua mata Ian dan Fiona sontak melotot, mereka berpandangan satu sama lain. Wajah mereka mengeras. Inspektur Polisi merasakan suasana yang merubah, Ia melihat ke kaca spion depan untuk melihat ekspresi Ian.
IAN
Setahu saya disana hanya daerah terbengkalai yang sudah lama tidak dihuni dan ditinggalkan, Pak.
FIONA
Iya, Pak. Lokasinya juga sedikit terpencil.
BOS
(melihat alamat itu lagi) Oh, benarkah? (pause). Tapi klien saya merekomendasikan daerah ini bagus untuk pembangunan proyek.
IAN
Apa tidak mau mencoba tempat lain saja, Pak? Daerah itu sepertinya tidak menjanjikan. Terlebih sudah lama tidak dihuni, bisa saja sudah menjadi angker.
Bos termenung sesaat, masih memerhatikan alamat itu.
INSPEKTUR POLISI
Sebaiknya kita tetap pergi ke alamat tersebut.
Ian dan Fiona saling lirik.
INSPEKTUR POLISI (CONT'D)
Saya tahu daerah itu. Memang cukup terbengkalai dan tidak banyak orang disana, daerah gudang. Tapi wilayahnya luas dan tidak padat.
BOS
Klien saya juga bilang seperti itu. (menoleh pada Ian) Kita tetap lanjut saja. Saya pengen lihat sendiri kondisinya.
Ian menelan ludah. Dia tidak punya pilihan selain menancap gas. Fiona disampingnya hanya bisa mengulum bibirnya sambil mengelap wajahnya.
56 EXT. - WILAYAH SEPI - INT. - MOBIL - SORE 56
Mobil berjalan melewati jalan berbatu-batu.
Ian menyetir, tangannya berkeringat. Fiona juga duduk dengan tidak tenang. Bos dan Inspektur melihat sekeliling lokasi itu.
IAN
Apa mau tetap lanjut, Pak? (pause). Lokasinya saja seperti ini.
BOS
Ternyata memang sepi ya. (terlihat gudang-gudang di satu sisi jalan) Ini gudang-gudangnya memang tidak terpakai?
INSPEKTUR POLISI
Biasanya digunakan untuk penyimpanan logistik atau barang-barang berat.
Sementara Bos dan Inspektur mengobrol. Fiona berbisik pada Ian.
FIONA (bisik)
Gimana ini? Kita semakin dekat.
IAN (bisik)
(ekspresi panik) Aku nggak tahu.
FLASHBACK TO:
56 EXT. - KOTA JAKARTA - INT. - MOBIL - SORE 56
Ian dan Fiona berkali-kali meyakinkan Bos untuk merubah pikiran, Ian bahkan sampai sengaja mengambil rute yang salah. Tapi Inspektur selalu meluruskan usaha mereka.
Ian berbohong bahwa mesinnya bermasalah, dan mobil mogok.
57 EXT. - PINGGIR JALAN - SORE 57
Ian membuka kap mobil, berusaha mengulur waktu. Inspektur Polisi turun dari mobil. Tidak sampai lima menit mobil sudah bisa hidup kembali. Inspektur mengarahkan Ian pada jalan menuju daerah gudang terbengkalai itu.
FLASHBACK END
CUT BACK TO:
57 EXT. - DAERAH GUDANG TERBENGKALAI - SORE 57
Mobil berhenti. Inspektur dan Bos turun dari dalam mobil. Ian dan Fiona masih berada di dalam mobil.
FIONA
Sekarang kita harus ngapain? Mereka dekat sekali dengan Aria.
IAN
Kita harus tetap tenang. Bos ga bakal sampai buka-buka gudang yang ada disini.
Fiona dan Ian keluar dari mobil. Mereka mengikuti Inspektur dan bos yang berjalan-jalan dan melihat-lihat daerah ini.
58 EXT. - DAERAH GUDANG TERBENGKALAI - MALAM 58
Mereka berempat sudah memutari tempat ini. Matahari terbenam dan langit oranye merah berubah jadi biru gelap. Ian dan Fiona mengikuti dari belakang, tegang tapi mencoba bersikap tenang. Bos tidak henti-hentinya berpendapat mengenai lokasi ini. Inspektur Polisi mengecek kesana kemari dengan teliti, ia bahkan memeriksa beberapa gudang.
Inspektur berjongkok di depan satu gudang yang banyak barel-barel. Ia menyentuh beberapa barang. Tidak ada tanda-tanda orang yang suka datang kemari.
BOS
Lokasi ini bagus, luas. Gudang-gudangnya bisa digusur. Tapi mungkin memang cukup terpencil.
ZOOM IN: wajah inspektur terlihat bingung. Ia berpikir apa yang sebenarnya terjadi disini. Di gudang terbengkalai ini tidak ada apa-apa. Dia kembali berdiri.
Bos sudah mulai berjalan keluar dari area pergudangan. Fiona dan Ian mengikuti dengan perasaan mulai tenang. Ponsel inspektur berdenting. Ia mendapatkan pesan. Di layar ponselnya terlihat:
Gudang nomor 124. Ada dua gerendel disana.
Inspektur Polisi langsung berlari mencari gudang itu. Bos memanggilnya, Ian dan Fiona juga terlihat heran. Inspektur menemukan gudang itu, tapi seluruh bangunan tertutup. Jendelanya tertutup kayu-kayu, pintunya terkunci gerendel. Dia sempat mondar-mandir disana. Bingung apa maksudnya. Tapi tiba-tiba ada suara tertahan terdengar dari dalam.
Bos dan Ian serta Fiona tiba disana juga.
Inspektur mendobrak pintu berkali-kali. Kayu-kayu lapuk disekitar pintu hancur. Inspektur menerobos masuk.
59 INT. - DI DALAM GUDANG - MALAM 59
Pencahayaan di dalam gudang minim. Inspektur langsung menyalakan senternya. Suara tertahan dan tercekat itu semakin jelas. Sinar senternya menyinari seseorang yang terbungkus mulutnya dengan tangan dan kaki terikat.
Inspektur langsung berlari kesana dan membuka pembungkus mulutnya.
INSPEKTUR POLISI
Aria Ganesha?!
Aria terengah-engah, ia tidak langsung menjawab. Inspektur mulai membuka ikatan talinya.
BOS
(melangkah masuk) Ada apa, disana?
INSPEKTUR POLISI
Kenapa Anda bisa ada disini?
Aria, terlihat kurus dan terengah-engah, mendongakkan wajahnya. Karena langit belum sepenuhnya gelap, dia bisa melihat Ian dan Fiona berdiri disana. Sangat kaget dan kengerian terlihat jelas di wajah mereka.
Aria menunjuk dua orang itu.
Inspektur dan Bos menoleh ke arah mereka.
Tiga detik hening yang tegang.
Ian sontak berlari meninggalkan gudang itu, Inspektur beteriak. Butuh satu detik untuk Fiona bereaksi sebelum Ia juga ikut kabur bersama Ian. Mereka berdua buru-buru masuk ke dalam mobil, Inspektur mengejar di belakangnya, disusul Bos, tapi mobil sudah melaju kencang duluan meninggalkan daerah gudang terbengkalai itu.