Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
The Portrait of Lily Morgan
Suka
Favorit
Bagikan
1. Prologue - The Last Sunset of Havenwood
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

THE PORTRAIT OF LILY MORGAN

By: Haris Hidayat

Prologue – The Last Sunset of Havenwood

FADE IN:


EXT. HAVENWOOD CLOCK TOWER – DUSK


CLANG... CLANG... CLANG...

Enam dentang berat dari menara jam Havenwood memecah udara lembab sore itu.

Kabut turun perlahan, menelan rumah-rumah batu tua dan jalanan sempit yang berliku ke arah danau.

Burung gagak melintas di langit merah keemasan.

NARRATOR (V.O.)

Itu adalah terakhir kalinya aku melihat gadis kecil dengan sejuta rahasia.

Senja terakhir sebelum Havenwood kehilangan kehangatannya selamanya.


EXT. HAVENWOOD LAKE – CONTINUOUS


KAMERA bergerak dari udara (drone shot), melintasi kabut yang menggantung di atas air.

Danau memantulkan langit senja—paduan merah darah dan emas pudar, seperti cat air yang menetes di atas luka lama.


Di kejauhan, suara feri Havenwood menggema—lembut tapi menghantui.


Seorang anak laki-laki (12) berlari di sepanjang tepi danau. Nafasnya berat, langkahnya terburu.

Tangannya menggenggam selembar surat kusut yang hampir robek oleh keringat dan udara dingin.


CLOSE-UP – SURAT ITU.

Tulisan tangan halus, tinta hitam sedikit luntur oleh lembab.


Temui aku di tempat rahasia kita.

Ada sesuatu yang harus aku katakan—sesuatu yang penting.

Aku tidak tahu berapa banyak waktu yang kita miliki... tapi aku butuh kamu untuk mendengar.

Untuk benar-benar mendengar.

Berjanjilah kamu akan datang. Apa pun yang terjadi.

— Lily.

NARRATOR (V.O.)

Aku menemukannya terselip di jendelaku—seolah muncul dari ketiadaan.

Tak ada yang melihat siapa yang mengantarkannya.

Tak ada jejak di tanah basah malam itu.

Hanya surat itu... dingin dan lembab, seakan ditulis oleh tangan yang gemetar.


EXT. FOREST PATH – DUSK


Ia terus berlari.

Rumput liar menyapu pergelangan kakinya.

Cahaya senja memudar di balik rimbun pepohonan, membuat dunia tampak bernafas dengan warna kelam.


KAMERA PAN FOLLOW:

Langkahnya menanjak bukit kecil yang tersembunyi di balik hutan.

Dan di puncaknya—tersembunyi di antara cabang pohon tua—berdiri rumah pohon mereka, tempat rahasia masa kecil.

Kayunya lapuk, tali-tali penggantungnya berderit, seperti mengeluh pada waktu.


EXT. TREEHOUSE – NIGHT FALLS


Anak laki-laki itu memanjat tangga kayu yang berderit di bawah berat tubuhnya.

Setiap langkah membuat udara di sekelilingnya semakin berat.


CLOSE-UP:

Tangannya gemetar saat menarik pintu kayu kecil yang berdebu.


INT. TREEHOUSE – CONTINUOUS


Gelap.

Aroma kayu lembap dan debu masa lalu memenuhi udara.

Sebuah lilin kecil berkedip di sudut ruangan—nyalanya lemah, hampir padam.

Cahaya oranye redup menyoroti dinding yang penuh coretan masa kanak-kanak: nama mereka, tanggal, janji.

Dan di ambang pintu kayu... LILY (12) berdiri.

Gaun putih lusuhnya menangkap cahaya lilin.

Matanya besar dan gelap, seperti cermin dari sesuatu yang sudah menunggu di balik dunia.


ANAK LAKI-LAKI

(terengah, hampir berbisik)

Lily...?

LILY

(tenang, tapi datar)

Kamu telat.

Dia melangkah ke depan. Tangannya dingin menyentuh pergelangan tangan anak laki-laki itu—dingin seperti air danau di bulan Desember.

LILY

Berjanjilah.

Berjanjilah kamu tak akan melupakan aku.

ANAK LAKI-LAKI

(berusaha tersenyum, gugup)

Tentu saja tidak... Aku—aku berjanji.

Lily menatapnya lama.

Sorot matanya seperti memeriksa isi hati seseorang yang hendak kehilangan arah.

Lalu, perlahan, tangannya terangkat ke leher.

Sebuah rantai perak tipis dengan liontin berbentuk bunga lily bergantung di sana.

Ia membukanya, dan menekan liontin itu ke dalam telapak tangan anak laki-laki itu.

LILY

Ambillah.

Kenakan selalu.

Jangan pernah melepasnya... apa pun yang terjadi.


CLOSE-UP:

Liontin berkilau samar, dingin seperti logam yang baru diangkat dari air beku.

Ukiran kecil di belakangnya: L.M., dengan noda merah tua di sela ukiran.

ANAK LAKI-LAKI

Lily... kenapa kamu—

ANGIN BEREMBUS.

Lilin bergetar.

Bayangan di dinding bergeser—ada lebih banyak bayangan daripada seharusnya.

LILY

(berbisik)

Jangan lupakan aku...

(Lilin padam)

EXT. TREEHOUSE – NIGHT

Kabut naik dari danau, menelan rumah pohon sepenuhnya.

Kamera menyorot dari bawah: anak laki-laki itu berdiri di jendela rumah pohon, sendirian, memegang liontin yang memantulkan cahaya bulan.


NARRATOR (V.O.)

Dan malam itu, Havenwood tak pernah terasa sama lagi.


FADE OUT TO BLACK.

Hening.


TITLE CARD APPEARS:

THE PORTRAIT OF LILY MORGAN




Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)