Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. Flashback - int. pameran lukisan - malam
Di sebuah hotel tempat diselenggarakannya pameran lukisan, seorang wanita setengah baya tampak dikerubungi banyak orang di depan lukisannya sendiri. Mereka yang mengerubungi wanita itu terlihat terpesona baik oleh lukisan maupun oleh pelukisnya. Salah satu hadirin bertanya.
HADIRIN
Apakah mataku yang sudah tua atau memang karyamu yang sangat luar biasa sehingga penglihatanku terpedaya?
WANITA PELUKIS
Terima kasih.
Para hadirin tepuk tangan dengan riuh.
HADIRIN
Bisa kau ceritakan siapa yang kau lukis ini dan bagaimana kisahnya?
WANITA PELUKIS
Itu akan menjadi cerita yang panjang. Saya takut waktu kita tidak akan cukup.
Wanita itu coba menolak dengan halus dan sopan. Jauh di lubuk hatinya, ia sebenarnya sama sekali tidak ingin bercerita. Di tengah suasana canggung, anak laki-lakinya yang masih berusia 3 tahun tiba. Anak itu berada dalam gendongan ayahnya. Setelah menemukan ibunya, anak itu pun merengek minta diturunkan. Anak itu lalu berlari ke arah ibunya. WANITA PELUKIS membalas dengan lambaian tangan.
WANITA PELUKIS
Maaf, saya permisi sebentar.
Wanita itu keluar dari kerumunan. Ia menemui anaknya, menciuminya, memeluknya, dan menggendongnya.
WANITA PELUKIS
Terima kasih, Sayang. Kau adalah pahlawanku.
Anak itu memainkan jari-jarinya di wajah ibunya seolah-olah ia sedang melukis di atas kanvas yang kosong.
WANITA PELUKIS
Ah, apakah kini kau suka melukis juga seperti Mamakmu?
SUAMI WANITA PELUKIS
Tidak!
Ayah anak itu, suami dari WANITA PELUKIS, berusaha merebut anak itu dari gendongan ibunya dengan paksa.
SUAMI WANITA PELUKIS
(lanjutan)
Tidak akan kubiarkan ia menjadi sepertimu.
2. ext. pantai krokoh - pagi
KISUT terlihat fokus menggambar sketsa wajah seorang perempuan. Sementara itu, tak jauh dari sana, BERO berbincang-bincang dengan beberapa wisatawan yang baru datang. Sesekali BERO menoleh ke arah KISUT.
WISATAWAN 1
Sudah berapa lama kerja seperti ini, Mas?
KISUT
Tiga ... tahun tiga (gagap dan tanpa memandang lawan bicara)
WISATAWAN 1
Tiga tahun? Lama juga, ya?
Tangan kiri KISUT mencengkeram kertas dengan kuat, sedangkan pensil di tangan kanannya mulai bergemetar. WISATAWAN itu mendekatkan tubuhnya kepada KISUT. Ia ingin melihat hasil sketsanya. KISUT terlihat tidak nyaman dengan sikap dari WISATAWAN itu. WISATAWAN itu tampak takjub dengan hasil pekerjan KISUT.
WISATAWAN 1
Luar biasa! Cantik sekali!
WISATAWAN itu menatap wajah KISUT lekat-lekat dari dekat.
WISATAWAN 1
(lanjutan)
Kau yakin aku akan bertemu gadis ini? (sambil mengangkat kertas hasil sketsa)
KISUT menganggukkan kepala. WISATAWAN itu menatap KISUT sekali lagi.
KISUT kembali menganggukkan kepala. Lebih lemah. BERO datang setengah berlari. Ia berbisik di telinga KISUT.
BERO
Sut, ada mas Tupar. Kita harus segera pergi.
KISUT buru-buru menyelesaikan gambarnya. Setelah melakukan penyelesaian akhir, KISUT menyerahkan hasilnya kepada WISATAWAN.
WISATAWAN 1
Lho, sudah selesai?
KISUT tidak menjawab. Ia sibuk memasukkan semua peralatan gambarnya ke dalam tas.
BERO
Sudah, Mas. Kami doakan semoga Anda cepat bertemu dengannya.
WISATAWAN 1
Aamiin Ya Allah. Aamiinn.
BERO
Maaf kami harus buru-buru pergi. Terima kasih sudah menggunakan jasa kami.
KISUT dan BERO segera berlari keluar pantai. Meninggalkan WISATAWAN yang bengong sambil menggenggam secarik kertas. TUPAR yang baru saja tiba bersama beberapa anak buahnya tampak kesal dan membanting rokoknya ke atas pasir.
3. ext. teras rumah kisut - siang
KISUT dan BERO duduk di teras rumah. Keduanya masih bernapas dengan terengah-engah. KISUT melemparkan tasnya ke atas bangku.
BERO
Gila! Sekarang mereka semakin sering berkeliaran kayak anjing kampung.
BERO menyalakan rokok. Diisapnya dalam-dalam. Asapnya memenuhi udara.
BERO
(lanjutan)
Kalau seperti ini terus bisa-bisa usaha kita akan bangkrut!
KISUT menyandarkan punggungnya. Ia menatap ke langit. Tidak mengindahkan perkataan temannya. BERO melirik kepada KISUT. Ekspresinya jengah.
BERO
Kau jangan diam saja, Kampret!
BERO mengambil tas KISUT yang tergeletak dan menyerangnya. KISUT berhasil menghindar meskipun gerakan itu membuatnya hampir jatuh. Mereka berdua pun tertawa terbahak-bahak. Nenek KISUT keluar.
NENEK KISUT
Ada Bero rupanya. Mau Mbah buatkan apa, cah bagus?
BERO
Pisang goreng boleh, Mbah.
Kali ini gantian KISUT yang berusaha menendang BERO. Matanya melotot namun gagal membuat temannya takut. NENEK KISUT masuk.
BERO
Aku ingin sekali membawa pulang nenekmu untuk terus memasak untukku.
KISUT
Ngawur!
BERO terkekeh sambil mengisap rokok. Sorot matanya berubah serius.
BERO
Sepertinya kita harus segera pergi, Sut.
KISUT
Jangan! Belum pergi.
BERO
Kenapa? Di sini sudah tidak aman. Tupar bersama kroco-kroconya bisa menangkap kita kapan saja.
KISUT
Belum-belum. Kita bisa di sini.
BERO
Apa lagi yang kau tunggu, Sut?
KISUT kembali membisu. Kepalanya tertunduk lesu.
BERO
Sut, kesuksesan adalah milik mereka-mereka yang berani mengambil peluang.
KISUT melukis di atas tanah dengan ujung alas kakinya.
BERO
Sudah tidak ada peluang lagi di desa yang menyedihkan ini. Tempat ini suram, tidak ada masa depan.
KISUT dan BERO melamun. Keduanya mematung hingga NENEK KISUT datang bersama sepiring penuh pisang goreng. Dan mereka berdua makan dengan sangat lahapnya.
4. Flashback - int. rumah kisut - sore
KISUT KECIL dan ibunya, WANITA PELUKIS, sedang melukis bersama di dalam rumah di ruang kerja ibunya.
KISUT KECIL
Mak, aku tidak bisa menggambar mata?
WANITA PELUKIS
Kenapa, Sayang? Apa yang membuatmu kesulitan?
KISUT KECIL
Aku tidak bisa membuatnya terlihat hidup.
WANITA PELUKIS beranjak dari duduknya. Ia menatap lekat mata KISUT KECIL lalu membelai rambut anak itu dengan lembut.
WANITA PELUKIS
Sini Mamak bantu.
5. ext. pantai krokoh - sore
KISUT sedang mempertegas gambar seorang perempuan di bagian matanya. Seorang wisatawan (WISATAWAN 2) menunggu dengan penuh khidmat di sebelahnya. Beberapa wisatawan yang lain lama-lama ikut mengerumuni.
WISATAWAN 3
Orang itu sedang menggambar apa?
WISATAWAN 4
Tuh liat aja!
WISATAWAN 3
Aku tahu. Maksudku apa yang luar biasa dari sketsanya itu?
KISUT mulai merasa tidak nyaman. Keringat mulai menetes sedikit demi sedikit di keningnya. Kepalan tangannya menguat.
WISATAWAN 2
Ssssttt! Diamlah. Masnya ini sedang menggambar jodohku di masa depan. Jangan berisik! (sambil menaruh jari telunjuknya di depan hidung)
Kerumunan itu semakin riuh. Kebanyakan dari mereka tampak terkejut tidak percaya.
WISATAWAN 3
Apakah kau percaya itu?
WISATAWAN 4
Semacam dukun atau orang pintar gitu, kah? Di tempat sepelosok ini, aku sih percaya-percaya saja.
WISATAWAN 3
Jadi, menurutmu dia benar-benar bisa menerawang masa depan?
WISATAWAN 4
Batu dikobokin ke dalam air aja bisa jadi obat. Seperti tidak kenal orang Indonesia aja kamu ini.
WISATAWAN 2
Sssstttt! Bisakah kalian diam?
Kerumunan semakin membesar. Di kejauhan segerombolan pria mendekat. Dari cara mereka berjalan, terlihat jelas gelagat tidak baik. Salah seorang dari mereka yang berlagak seperti pimpinannya bertepuk tangan. Semuanya menoleh.
TUPAR
Hebat! Hebat! Ada pesta tetapi tidak mengundang tuan rumah.
KISUT hafal betul suara TUPAR. Ekspresinya terkejut dan takut. Apalagi kali ini BERO sedang tidak bersamanya. Dua orang anak buah TUPAR membubarkan kerumunan. KISUT dan TUPAR berhadapan.
TUPAR
oh, rupanya si Gagu sendirian.
KISUT menggertakkan gigi. Tatapannya nyalang.
TUPAR
Mana cecunguk temanmu itu?
Kasak-kusuk muncul dari kerumunan. TUPAR yang merasa terganggu mengambil panggung.
TUPAR
Saudara-saudara semua tahukah kalian bahwa orang ini (sambil menunjuk ke KISUT) adalah seorang penipu?
TUPAR
(lanjutan)
Dia adalah pemuda desa biasa yang tidak memiliki kesaktian apa pun. Dia sama sekali tidak bisa meramal masa depan seseperti yang kalian pikirkan. Dia cuma penipu rendahan. Cecunguk yang bahkan tidak bisa berbicara dengan jelas.
KISUT menahan amarahnya. TUPAR dan anak buahnya tertawa terbahak-bahak. Setelah itu anak buah TUPAR membubarkan kerumunan. WISATAWAN 2 yang menolak paling keras karena sudah membayar KISUT, sedikit memberi perlawanan hingga salah seorang anak buah TUPAR merebut hasil karya KISUT secara paksa dan memberikannya kepada WISATAWAN 2.
Seorang anak buah TUPAR yang lain memegangi KISUT. Menahan tangannya dengan menariknya ke belakang. TUPAR mendekatkan wajahnya ke KISUT.
TUPAR
Sudah berapa kali kubilang untuk tidak berkeliaran di sini jika kau tidak mematuhiku.
TUPAR mencengkeram rahang KISUT kuat-kuat.
TUPAR
Bicaralah, Gagu!
KISUT mengerang. TUPAR mendaratkan bogem mentahnya di pipi KISUT. Setelah itu TUPAR meludah.
TUPAR
Brengsek! Anak Gagu sialan!
anak buah tupar 1
Sudah, Bos, habisi aja bocah itu! Nanti temannya pasti akan mencari kita.
TUPAR menegakkan kepala KISUT yang tertunduk. Bibirnya lebam dan berdarah.
TUPAR
Hei, Anak Gagu! Cepat panggil temanmu ke sini atau kau akan kupukuli sampai mati.
KISUT
Tidak. Tidak tahu.
TUPAR
Oh, ternyata kau bisa bicara juga.
ANAK BUAH TUPAR 2
Hajar terus saja, Bos! Siapa tahu nanti dia bisa menyanyi.
TUPAR dan anak buahnya terpingkal-pingkal.
TUPAR
Aku punya ide yang lebih baik. Bawa ke sini tasnya!
Salah seorang anak buah TUPAR menyerahkan tas KISUT. Sesegera itu juga TUPAR mengeluarkan seluruh isinya. Menjatuhkannya ke atas pasir.
TUPAR
Panggil temanmu atau kuhancurkan semua sketsamu ini!
KISUT
Jangan! Jangan rusak!
KISUT meloloskan diri. Ia berusaha melindungi isi tasnya. Namun, sebuah tendangan dari TUPAR kembali mendarat di pipinya. Membuatnya terpelentang. TUPAR dan anak buahnya kembali tertawa.
Ketika TUPAR akan menginjak-injak salah satu kertas yang berceceran, KISUT menerjang. Memegangi kaki TUPAR.
KISUT
Tidak. Jangan rusak! Jangan!
TUPAR
Sialan!
Anak buah TUPAR memukuli KISUT yang bersikeras tidak mau melepaskan kaki TUPAR. Setelah dihajar berulang kali, barulah KISUT melepaskan pegangannya. TUPAR yang sangat marah, memukulinya kelewat sadar.
ANAK BUAH TUPAR 1
Sudah, Bos! Sudah! Nanti dia bisa mati.
TUPAR
Brengsek! Gagu sialan!
TUPAR meludahi KISUT. Tiba-tiba ia membuka resleting celananya. Yang terjadi berikutnya adalah ia mengencingi hampir seluruh kertas-kertas yang berceceran di atas pasir. Mereka meninggalkan KISUT yang masih tergeletak tak berdaya.