Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Si Bro
Suka
Favorit
Bagikan
1. IBU #Scene 1-6

1. EXT. JALAN RAYA — SIANG

Adegan dimulai di tengah keramaian lalu lalang kendaraan, di antara kepulan asap knalpot bus, dan mobil yang lewat.


SFX: Suara bel mobil, riuh ramai kendaraan lewat.


RUMI mengumpat kesal gara-gara sepeda motornya tiba-tiba mogok di tengah jalan, tepat saat semua kendaraan berhenti di perempatan lampu merah menyala. Dengan terpaksa Rumi meminggirkan sepedanya ke tepi jalan, bersungut-sungut mengeluarkan alat bengkel dari jok sepedanya, memperbaiki sepeda di tengah teriknya sinar matahari siang. Rumi mencoba memperbaiki sendiri, tapi sepedanya tak juga bisa menyala, sambil mengelap peluh di dahi Rumi akhirnya menelepon seseorang.(beat)


Beberapa menit kemudian muncul mobil Pick Up hitam, dua orang turun dari mobil,kemudian mengangkat sepeda motor Rumi ke atas Pick Up, lalu membawa sepeda motor Rumi pergi, tinggal Rumi berdiri sendirian di trotoar jalan yang ramai lalu lintas kendaraan, membungkukkan badan lelah bertumpu pada kedua tangan, kemudian berdiri tegak berkacak pinggang sambil menghela napas kelelahan.


FADE OUT/FADE IN:


2. INT./ EXT. RUMAH RUMI — SIANG

SFX: Azan zuhur bergema dari toa musala dekat rumah. Suasana dalam rumah yang tadinya tenang terganggu suara memblender jamu milik IBU.


Rumi sibuk mengelap sepeda motor di halaman belakang rumah, sesaat kemudian berhenti mengelap sepeda, berjalan menuju dapur mengambil segelas air minum, sambil menenggak minumannya Rumi menatap sayang pada sang ibu.


RUMI (V.O)

Lihat wanita cantik di depanku ini. Kenalkan namanya WIWIK HARIATI (50 tahun). Seorang wanita berhati mulia. Ceritanya, ibu dulu nemuin kardus Aqua isinya bayi, di Indomaret sini, dekat rumah. Bayi itu ibu bawa pulang. Bayi buangan itu kemudian diberi nama RUMI WAKISKIRI, ya ... Bayi itu adalah aku.

(beat)

Umur 5 tahun ibu bercerai dari bapak, gara-gara bapak ketahuan selingkuh. Ibu seorang diri merawatku, bertahan hidup dari penghasilan tiap bulan dari menjual jamu beras kencur. Aku masih ingat dulu waktu belum seperti sekarang, setiap hari ibu membawaku ke sana kemari naik siBro. Menititipkan jamu ke warung-warung kenalan.

(tersenyum kagum)

Ibuku sayang.


RUMI

Bu ...


IBU

Hmm ... apa?


RUMI

Nanti kalau Rumi jadi naik jabatan, kita beli rumah ya, Bu?


IBU

Terserah kamu saja, Le. Ibu cuma bisa doain kamu sehat selalu, kerjaan lancar, lancar jodohnya juga.


RUMI

Bu ... mulai deh! Jangan jodoh-jodohin aku lagi. Aku masih kepingin ngebahagiain ibu dulu.


IBU

Ibu dah tua, Le. Kepingin lihat kamu cepat nikah, cepat punya anak.
Siapa, Le mantan kamu dulu itu?


RUMI

Lupa.


IBU

Kok lupa. Masa sama mantan sendiri lupa, Le?


RUMI

(lirih)

Karena perlu dilupakan Bu ...


IBU

Apa? Ngomong apa barusan? Ibu nggak denger. Yang keras to, Le kalau bicara.


RUMI

Enggak jadi, nanti juga ada waktunya, Bu ...


IBU

Ya sudah, terserah kamu saja, Le. (senyum)
Tapi jangan lama-lama nanti Ibu keburu dipanggil.


RUMI

(memegang tangan ibu)

Bu ... jangan ngomong gitu. Rumi cuma punya Ibu.


Rumi menciumi punggung tangan Ibu sambil nangis, melihat anaknya sedih Ibu jadi ikutan sedih, menahan tangis. Ibu mengusap mata yang mulai berair sembari menepuk-nepuk sayang punggung Rumi.


IBU

(sedih)

Sudah, sudah, jangan nangis. Yang tegar ya, Le. (mengusap air mata, memeluk Rumi)
Ibu sayang Rumi.


RUMI

Rumi juga sayang ibu. Jangan tinggalin Rumi ya, Bu.


Keduanya berpelukan dalam sedih, kamera bergerak memperlihatkan nuansa di dalam rumah, kemudian menuju halaman belakang rumah. Close Up: sepeda motor Astrea Grand bersih mengilap.


FADE OUT:


3. EXT./ INT. KANTOR — MALAM

Rumi duduk di kursi kerjanya masih memakai seragam maintenance.

SFX: Suara HP bergetar di atas meja kerja. Rumi memasang earbud ke telinga sebelah kanan.


SPLIT SCREEN: Percakapan di telepon dengan IQBAL.


IQBAL

Halo, Bro! Lagi di mana?


RUMI

Di kantorlah. Emang kenapa?


IQBAL

Ngopi yuk!


RUMI

Oke. Tunggu di Tempat Biasa. 90 menit lagi aku ke sana.


IQBAL

Apa? Lama banget, Bro. Bisa garing aku nungguin engkau.


RUMI

Ya udah. Aku langsung pulang aja.


IQBAL

E, e ... Tunggu dulu. Ada yang aku mau omongin. Penting sepenting hidup matiku.


RUMI

Lebay anjay. Udah tungguin aja. Nggak sampai keriput nunggu, paling cuma jerawatan. (Tertawa)


IQBAL

Mending jerawatan, kalau bisulan.


RUMI

Urusan kamu. (Tertawa tengil)


IQBAL

Oke deh! Sampai ketemu di sana.
Assalamualaikum.


RUMI

Waalaikumsalam.


Selesai menutup telepon, Rumi tersenyum menatap HP. Teringat kenangan zaman masih duduk di bangku SMA.


DISSOLVE TO:


4. EXT. JALAN RAYA — DAY

Pulang sekolah masih berseragam abu-abu putih, Rumi mengendarai si Bro (sepeda motornya) bersama Iqbal, menuju ke sebuah warung bernama: Tempat Biasa.


CUT TO:


5. EXT. PARKIRAN KANTOR — SORE

Rumi berjalan ke parkiran sepeda. Mencari-cari sepedanya di antara deretan sepeda motor yang terparkir rapat. Close Up: Alisnya berkerut melihat sepeda motornya tergores.


Rumi yang terlalu sayang dengan sepeda motornya segera mengambil lap dari dalam tasnya, mengelap kuat-kuat tahi burung yang ada di badan sepeda motor.


Selesai mengelap, Rumi memastikan bekas tahi burung sudah bersih. Barulah ia pergi meninggalkan parkiran kantornya yang tadinya masih banyak sepeda montor terparkir hingga sekarang sepi, tidak ada satu pun sepeda motor.


SFX: Azan Maghrib berkumandang dari suaru dekat area kantor.


CUT TO:


6. INT. WARUNG TEMPAT BIASA — PETANG

Rumi celingak-celinguk melihat ke dalam warung, mencari Iqbal. Senyum merekah ketika Rumi menemukan Iqbal duduk sambil mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi supaya Rumi bisa menemukannya.


Rumi berjalan menghampiri tempat duduk Iqbal. Mangkuk kosong dan es teh yang tinggal separuh gelas di atas meja menemani Iqbal.


RUMI

Hai! Udah lama nunggu?


IQBAL

Belum, belum sampai berakar.


RUMI

Maaf, maaf. Tadi sepedaku kena tahi burung. Bersihin dulu baru ke sini.


IQBAL

Pantes lam-ma, paling-paling kamu ngelapnya berjam-jam.


RUMI

Enggaklah, cuma sampai parkiran sepi aja.


IQBAL

Apa? Ya, ampun Rumi, masih aja ya MBC


RUMI

Apaab tuh?


IQBAL

Motorbike Complex.


RUMI

(tertawa lepas)

Ada-ada aja.


Bakso pesanan Rumi datang diantar Mbak-mbak cantik, dengan lemah gemulai menaruh semangkok bakso dan segelas es teh di depan meja Rumi.


IQBAL

Makasih, Mbak. Boleh minta nomor HP-nya nggak?


Sebelum pergi si Mbak tersenyum manis sembari membetulkan anak rambutnya ke belakang telinga. Rumi menepuk tangan Iqbal gemas. Sudah menjadi kebiasaan Iqbal menggoda cewek cantik yang ia temui.


RUMI

Tumben ngajak ngopi. Ada apa?


IQBAL

(main mata)

Sepedamu nggak dijual?


RUMI

Udah berapa kali kubilang. Itu sepeda, sepeda kesayangan, nggak mungkinlah aku jual. Dia teman paling setia, susah senang selalu bersama, hujan panas sekalipun cuma dia yang nemanin aku kemana-mana. Sampai sakit pun, dia yang nemenin aku ke rumah sakit.


Iqbal garuk-garuk kepala, gemas sendiri mendengar perkataan Rumi yang ngeselin.


IQBAL

Dia tuh sepeda, bukan pacar. Rumi ...
Ya, gini ini, teman sendiri kalah sama sepeda motor. Lebih milih sepeda motor yang statusnya benda mati ketimbang teman sendiri yang benar-benar makhluk hidup berperasaan.


Dengan muka biasa Rumi mendengarkan cerita Iqbal, setelahnya mencomot bakso yang sudah ia sendok sedari tadi dengan muka kesal.

RUMI

(Mengacungkan garpu)

Awas lo, tanya lagi.


Rumi menancapkan garpu ke bakso paling besar, kemudian memakannya dengan geram.


FADE OUT/ FADE IN:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar