Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Sanatorium
Suka
Favorit
Bagikan
7. Suara dari Neraka
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. BERANDA RUMAH — SORE

Lora pulang ke rumah di sore hari. Setelah turun dari mobil, ia tampak bingung dan takut, melihat suaminya, Hans berbicara sendiri di depan bunga kamboja.

LORA (VO)

Kamboja itu dia bawa kembali ke teras.

Beat.

LORA (VO)

Tak ada orang, dan dia benar-benar bercakap-cakap dengan bunga!

Hans duduk di kursi menghadap bunga kamboja itu. Mulutnya bergerak-gerak, terkadang tangannya membelai kuntum bunga kamboja yang berwarna merah. Belaian yang aneh seperti pada wanita, terasa ada gairah dan cinta.

LORA (VO)

Rasanya aku jadi mual!

Lora membuka pintu, masuk rumah.

LORA

Sial, dia sampai gak tahu aku masuk rumah...


INT. RUANG TAMU — SENJA

Lora diam menyudut di ruang tamu, mengintip Hans dari balik korden. Hans masih membelai bunga itu, ia menjulurkan lidah, menjilat-jilat...

LORA (VO)

Apakah Hans sudah gila? Aneh, aku malah jadi ingat saat kami bulan madu. Belaian tangan dan jilatan lidahnya di punggungku terasa menggetarkan.

Lora menggelinjang, teringat percumbuan itu, rasanya kenikmatannya tak terkirakan. Tapi kini, Lora heran dan takut melihat suaminya menggerayangi sekuntum bunga.

LORA (VO)

Aku tak tahu apakah bunga kamboja itu akan merasakan hal yang sama? Ah, bodohnya aku! Kenapa aku sampai berpikir begitu, dia hanya tanaman! Tentu tak punya perasaan!

OS

Suamimu punya kelainan.

Suara itu kembali terdengar.

LORA (VO)

Apakah betul suamiku punya kelainan? Kelainan seksual, ah enggaklah.

OS

Iya, suamimu jelas punya kelainan. Dasar kalian memang aneh!

Lora membuka Hpnya, mencari penjelasan di google.

LORA (VO)

Kelainan seksual pada lelaki itu hanya pedofilia, masokis, eksibisionisme alias pamer alat kelamin pada wanita lain, fetisisme mendapat kepuasan seksual lewat benda mati seperti celana dalam dan kutang, voyeurisme lelaki yang suka mengintip wanita mandi, froteurisme yang suka menggesek-gesekkan kemaluannya pada wanita di gerbong kereta, dan seks pada hewan peliharaan, bukan tanaman!!!

OS

Namanya apa kalau bercinta dengan tanaman?

LORA

Kenapa kau tanya padaku!

OS

Itu karena kau tak bisa memuaskannya!

LORA

Tidaak.

OS

Iyaa!

LORA

Tidaaaakkk!

OS

Iyaaa!!

LORA

Tidaaaakkkkkkkkkkk!!!!

Lora berteriak kencang sambil menutupi telinganya dengan kedua tangan.


INT. RUANG TENGAH — SENJA

Lora berlari ke ruang tengah, menghidupkan televisi dengan volume suara dia besarkan.

Napas Lora tersengal-sengal. Wajahnya tampak emosi....

Lora mengambil minum di dapur, dan menenggaknya habis. Ia tampak mengatur napas, menarik napasnya dalam-dalam.

LORA (VO)

Bunga kamboja itu kata para tamu memang yang paling indah dari segala tanaman di halaman rumah. Pembonsaiannya cermat. Lekuk-lekuk tubuhnya tampak elok dan rupawan. Daun-daunnya menjari semampai dan rimbun.

Beat.

Lora mengambil sebotol Bir suaminya di kulkas. Ia menenggaknya.

LORA (VO)

Bunga itu, dasar... memang terlihat indah menawan.

LORA

Tapi aku benci, benci! Rasanya dia telah merenggut perhatian suamiku. Sial!!

Lora menarik napas dalam-dalam lagi.

OS

Hancurkan, rusak bunga itu! Buang!

Lora menarik napas panjang.

OS

Rusak. Buang saja bunga itu!

LORA

Diaaam!

OS

Mandul. Kau mandul. Kau tak bisa memuaskannya!

LORA

Diam, dasar suara dari neraka!!!

OS

Hahahahahaha.

Tawanya bernada mengejek. Lora emosi. Ia menenggak bir lagi, berulang kali. Ia ingin mabuk untuk meredakan nyeri di hatinya.

Tapi Lora masih penasaran, ia berjalan ke depan. Dari balik jendela, Lora mengintip kembali. Mulut Hans masih bergerak-gerak, berbicara banyak.

Lora tampak marah tapi juga takut.

Ketakutan Lora terasa lebih besar dari amarahnya.

LORA (VO)

Pasti ada yang salah dalam kepalanya. Sepertinya ada sesuatu yang lepas dari otaknya, mungkin saja ada syaraf di otaknya yang terbelit dan kusut.

Lora meredakan emosinya, ia jadi tampak takut dan kasihan. Dia menarik napas panjang lagi, mengatur napas, mencoba terus menenangkan diri.

Ia menenggak birnya lagi, lalu menaruhnya di meja.

Lora melangkah menuju teras.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar