Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Penyihir Terhebat
Suka
Favorit
Bagikan
1. 01 - Kematian Penyihir Terhebat
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. APARTEMEN RALI - SIANG

Cast : Rali

Buku-buku jaringan komputer berjejeran di rak dinding. Beberapa piala pekan retas1 turut menghiasi beserta miniatur wisudawan bertuliskan "Rali Ahmad, S.Kom."

Ruangan itu cukup luas untuk seorang penghuni. Dinding-dindingnya tampak bersih dan hanya beberapa lukisan surealis terpajang. Di hadapan rak tadi, sebuah laptop dengan webcam tampak menyala di atas meja dan layarnya menampilkan gambar rak yang tertangkap kamera.

TERDENGAR PINTU TERBUKA DARI ARAH KIRI, SUARA LANGKAH KAKI MENDEKAT. Layar laptop menampilkan seorang PRIA yang berjalan lalu berhenti tepat di depannya. Pria itu menengok ke arah kamera, ia merapikan jasnya dan tersenyum lalu duduk di depan kamera.

PRIA

(dengan anggun)

Hai, gue Rali, anak dari seorang penyihir terhebat di dunia. Dia adalah ibu gue, namanya BUNGA. (mulai tegas) Dan dia 'nggak mati karena Corona, justru dia yang udah bikin Corona dengan sihirnya. Jadi, jaga ucapan lu semua! Jangan bilang kalau ibu gue mati karena Corona, atau lu lihat sendiri akibatnya!

Pria itu adalah RALI (24). Dia menekan tombol enter di keyboard setelah mengakhiri kata-katanya.

Layar laptop langsung membuka sebuah aplikasi bergambar virus, lalu menjadi hitam dan menampilkan teks yang bergulir cepat ke atas. Browser terbuka sendiri, facebook, youtube, instagram, dan banyak lagi media sosial lainnya terbuka. Laptop itu mengupload sendiri video yang dibuatnya tadi, tombol view dan share meningkat dengan cepat.

Tatapan Rali yang semula sudah intens, kini menjadi semakin nanar.

Sebuah pesan muncul di antara layarnya yang bekerja sendiri, di sana ada nama RAKA. Panah kursor mengarah ke ikon tong sampah di pojok kartu pesan.

TEK, mouse diklik.

BLACK OUT TO TITLE:

PENYIHIR TERHEBAT

FADE IN:

INT. KAMAR MANDI RUMAH RAKA - SIANG (Beberapa saat sebelumnya)

Cast : Raka, Putri

PUTRI (27) MENGOEK MUAL DI DEPAN TOILET. Raka memijit lembut tengkuk Putri.

Putri menghela napas, menjeda muntahnya dengan terengah-engah. Ia mendongak lemas ke arah RAKA (28), suaminya.

Putri

(dengan manja)

Aduh, Mas, capek! Aku pengen makan nangka.

RAKA

(dengan penuh kasih sayang tetapi tegas)

Gak boleh! Kata ibu, orang hamil muda sebaiknya 'nggak makan nangka. Apalagi isi lambung kamu barusan keluar lagi, nanti kamu bisa begah atau kena mag dan lebih parah.

Putri manyun pasrah dan kembali meludahi sisa mual ke dalam toilet.

PONSEL RAKA BERDERING. Sebuah pemberitahuan tentang postingan Rali terlihat di layar. Raka mengekliknya dan terkejut dengan angka view yang sudah melebihi puluhan ribu. Video mulai berputar dan memperdengarkan kata-kata Rali.

Raka dan Putri sama-sama kaget mendengar isinya, mereka saling bertatapan.

Raka dengan lekas mengirim pesan kepada Rali. Tak menunggu dibalas, ia kemudian menelpon adiknya itu.

BEGIN INTERCUT:

INT. APARTEMEN RALI - SIANG

PONSEL RALI BERDERING, Rali mendengus kasar dan meraih ponselnya dari atas meja dengan malas. Rali mengusap layar untuk mengangkat telpon dan menekan tombol loudspeaker dan masih mengatupkan bibirnya malas.

RAKA

Halo? Li? Apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu bilang begitu? Cepat hapus video itu! (menunggu dengan tidak sabar) Halo?

Rali masih diam saja, mengalihkan pandangannya, seolah Raka ada di hadapannya dan ia tak ingin mata mereka bertemu.

RAKA

Halo? Rali? Kamu bisa dengar, 'kan? Jangan diam saja! Maksud kamu apa bikin video kayak gitu, hah?

Rali menarik napas dalam, rautnya mulai kesal.

RAKA

Hal--

Rali memutuskan panggilan dan mematikan ponselnya.

END INTERCUT:

INT. RUANG TENGAH RUMAH RAKA - SIANG

Cast : Raka, Putri, Rian, Randi, Lia, Lili

Raka melirik Putri yang memberinya tatapan penenang dan, baiknya, ia bisa ikut tenang.

Tangannya kemudian membuka whatsapp dan mencari grup keluarga kemudian melakukan panggilan video group. Satu per satu anggota keluarganya muncul dalam layar.

RAKA

Kalian sudah melihat video itu?

Ekspresi Rian (26) di dalam ponsel terlihat tidak suka dan cenderung malas. Sementara LIA (30) dan LILI (32) sama-sama berwajah cemas. Tertinggal RANDI (34) yang hanya bisa diam menimbang-nimbang situasi dengan rokok menggantung di mulutnya.

Raka tampak tidak terima dengan keheningan saudara-saudaranya.

RAKA

Ayolah, kalian harus mengatakan sesuatu!

Randi terlihat melepaskan rokok dari mulutnya lalu tatapannya menjadi kosong.

RANDI

Kira-kira ... apa yang bisa membuat dia menjadi begitu gila?

Raka kebingungan mendengarnya. Rian berusaha mengabaikan itu. Lia tak terima dan Lili mulai panik.

LILI

(hampir menangis)

Jangan bilang begitu! Dia pasti masih tidak bisa terima ditinggal oleh ibu. Dia juga, mungkin kecewa karena kita tidak memberitahunya--

RIAN

(memotong Lili dengan nada kasar)

Tentu saja dia kecewa! Kalian pikir dia senang dianggap sebagai anak kecil dan dibiarkan bahagia tanpa tahu apa-apa seperti itu?

Mendengar itu, Raka tak bisa mengendalikan diri. Dia menutup panggilan dan melemparkan ponselnya sembarang.

Wajah Raka tak bisa tenang. Putri berusaha menenangkan dengan mengusap punggungnya.

PONSEL PUTRI BERDERING. Putri mengusap layar ponselnya, menerima telpon dari Lia.

PUTRI

Halo, Kak?

LIA BERSUARA DALAM TELEPON

Aku barusan telepon Raka, tapi 'nggak aktif. Kamu di mana? Tolong jaga dia dulu, suruh tenang. Kita lihat lagi apa yang dilakukan Rali setelah ini, baru pikirkan langkah selanjutnya.

PUTRI

(mengangguk paham)

Baik, Kak. Kakak tenang aja, aku lagi sama Raka kok sekarang. (tersenyum tenang) Yaudah, aku tutup ya, Kak. Nanti kalau ada apa-apa aku kabarin lagi.

LIA BERSUARA DALAM TELEPON

Oke, kalau gitu. Aku juga mau cek Lili dulu.

Telepon terputus. Putri melirik Raka dengan tatapan cemas.

Raka menatap tajam ke arah sofa di hadapannya dan bergumam.

RAKA

Tidak, kita tidak bisa diam saja dan menunggu seperti ini.

Raka mengambil ponsel di tangan Putri, membuka kontak dan mencari nama "Mawar" hingga muncul satu nomor dengan foto profil lencana Cyber Police.

WIPE TO:

INT. APARTEMEN RALI - SIANG

Rali masih menatap kesal. Pikirannya melanglang ke ingatan sebulan yang lalu. Rahangnya tampak semakin mengeras karena itu.

DISSOLVE TO:

INT. APARTEMEN RALI - SIANG (1 bulan yang lalu)

Cast : Rali, Bayu

PONSEL RALI BERGETAR menampilkan pesan masuk dari Golden Rose saat Rali sedang memakai celana panjangnya. Rali menggeser layar dengan sidik jari untuk melihat pesan.

Golden rose dalam pesan

Bibit bunga terbaik yang Anda pesan sudah dikirimkan ke alamat tujuan: Bima, Nusa Tenggara Barat. Semoga penerima bahagia merawatnya. Salam lestari.

Rali tersenyum membacanya dan melanjutkan aktivitasnya dengan mengambil kemeja dalam lemari. Ibunya sangat suka merawat bunga, jadi dia berniat memberi kejutan berupa bibit bunga terbaik dari Golden Rose.

PONSEL RALI KEMBALI BERGETAR menampilkan pesan masuk dari Raka saat Rali sedang mengancingkan kemeja birunya.

Rali melihat ponsel dan membuka pesan tersebut.

RAKA dalam pesan

Udah nelpon orang rumah? Kapan kamu jadi balik? Kalau bisa, balik hari ini aja, kasihan ibu lagi sakit.

Rali dalam pesan

Belum, baru ngasih tahu kak Lia aja. Aku balik 3 hari lagi. Di sini masih ada proyek yang belum selesai. Nanti aku tebus kangen dengan ibu pake kejutan kesukaannya. Tenang aja.

Rali kembali tersenyum menghayalkan ekspresi bahagia ibu saat menerima kejutannya nanti. Raka masih belum membalas.

PONSEL RALI BERDERING lagi. Terlihat nama pemanggil adalah "Bayu Secure" Rali mengambil ponsel dan mengangkat teleponnya.

Bayu bersuara dalam telepon

Li, lu bisa ke kantor sekarang 'nggak? Ada yang nyerang, nih. Serangannya kuat banget! Gue ma anak-anak yang lain masih kewalahan. Buru, ya!

Tanpa menunggu jawaban, Bayu langsung menutup telepon membuat Rali menghembus napas setengah kesal. Mau tidak mau dia harus bergegas menuju kantor.

Namun, Rali berhenti saat mengambil ranselnya. Dia memegang jantung dan terlihat kesakitan. PONSELNYA BERDERING. Ada nama Raka. Dengan susah payah sambil menahan sakit di jantung, Rali mengangkatnya.

RAKA DALAM telepon

(dengan suara lemah)

Dek, yang sabar, ya. Ibu udah ninggalin kita hari ini. Ibu udah wafat.

BEAT. Rali terdiam hampa. Ia mematung. Matanya berkaca. Dan jantungnya semakin sakit. Rali pun roboh.

BLACK OUT:

BERSAMBUNG

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar