Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
O.L.D (Obsessive Love Disorder)
Suka
Favorit
Bagikan
4. SKENARIO
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SKENARIO

Opening Title : Dengan latar gelap hitam menampilkan MAIN TITLE dan CREDIT TITLE

EXT. KANTOR - DAY

Sebuah gedung tinggi terlihat dari luar dan lingkungan sekitarnya.

CUT TO:

INT. RUANG KARYAWAN - DAY

Terlihat suasana kesibukan karyawan-karyawan di ruang kerja, sebagian ada yang fokus mengerjakan sesuatu di komputer yang menyala di hadapan mereka masing-masing dan sebagian terlihat berjalan sambil membawa berkas.

Seorang wanita cantik, memakai kemeja lengkap dengan blezer dan id card tergantung di leher, berumur 25 tahun, terlihat elegan (Yang akan kita kenal bernama NARA) memasuki ruangan sambil terlihat menempelkan hape ditelinganya, berbicara melalui telepon.

NARA
Ya, bu... Kayaknya minggu depan deh Nara bisa ke rumah.

Dari depan terlihat seorang cowok tinggi, tampan berumur 30 tahun, bernama Prama, berpapasan dengan NARA. Matanya melirik sekilas ke arah Nara. Bebebapa saat kemudian seorang Karyawan perempuan menghampiri Nara, sambil membawa berkas ditangannya. (Saat ini Nara sudah berdiri di depan meja kerjanya)

NARA
Udah dulu ya bu? ntar Nara telepon balik...Assallamualaikum.
IBU NARA (O.S.)
Waallaykumssalam...

Nara menutup telepon. Lalu mengambil berkas itu, membaca sesaat.

NARA
Datanya udah dimasukin semua?
KARYAWAN 1
Belum, yang bulan ini masih direkap.
NARA
Oh.

Nara membalik halaman berkas itu. Seorang karyawan perempuan yang lain baru saja keluar dari ruang manajer dan menghampiri Nara.

KARYAWAN 2
Nara... Lo ditungguin tuh sama pak Hendri.
NARA
Iya.
(Menutup lembaran berkas)
Oke, ntar kita diskusikan lagi.

Karyawan 1 mengangguk, lalu pergi meninggalkan meja Nara.

CUT TO:

INT. RUANG MANAJER - DAY

Seorang manajer bernama PAK HENDRI, 45 tahun, terlihat duduk di meja kerjanya. Sambil mengobrol dengan Prama yang duduk dihadapannya.

PAK HENDRI
Saya sudah memutuskan bulan depan kamu yang saya tugaskan untuk mengelola kantor cabang kita yang di Bandung. Mudahan-mudahan kamu bersedia pindah kesana?

Terdengar ketukan di pintu, disusul munculnya Nara membawa berkas ditanganya, agak kaget melihat Prama

NARA
Mmm... Maaf pak.
PAK HENDRI
Eh....Silakan...

Nara berjalan mendekat.

PRAMA
Kalau gitu saya permisi dulu pak.
PAK HENDRI
Iya...

Prama hendak pergi. Tapi langkahnya tertahan oleh ucapan pak Hendri.

PAK HENDRI
Oya Pram, untuk acara ke Bali nanti, kamu yang menjadi ketua tim disana bareng Nara juga.
PRAMA
Iya, pak...

Prama tersenyum ke Nara. Baru kemudian benar-benar meninggalkan ruangan. Nara menyerahkan berkas ditanganya.

NARA
Ini pak, semua data udah di rekap. Tinggal beberapa data yang belum masuk bulan ini.

Pak Hendri membaca dan membalik halaman berkas.

PAK HENDRI
Ini udah oke menurut saya....
(menutup berkas)
Oya, untuk agenda pertemuan dengan klien di Bali, udah dipersiapkan belum?
NARA
Udah pak. Nanti saya print, saya serahin ke bapak.
PAK HENDRI
Oke....

Pak Hendri menyerahkan kembali berkas ke Nara.

NARA
Saya permisi dulu...
PAK HENDRI
Terimakasih iya?

Nara mengangguk tersenyum. Kemudian berjalan meninggalkan ruangan.

CUT TO:

INT. LORONG KANTOR - DAY

Nara berjalan sambil membawa berkas ditanganya. Beberapa saat kemudian langkahnya tertahan oleh suara dering hapenya. Lalu menatap hape ditanganya. Terlihat dari layar hape panggilan dari Tiran. Nara langsung mengangkatnya sambil meneruskan jalan.

NARA
Iya hallo...
TIRAN (O.S.)
Elo dimana?
NARA
Ini mau otw... setengah jam lagi gue nyampe.
TIRAN (O.S)
Iya udah, gue tunggu iya.
NARA
Iya.

CUT TO:

INT. RESTORAN - AFTERNOON

Pelayan restoran meletakkan sepasang piring berisi makanan dan minuman di hadapan NARA dan Tiran.

NARA
(Melirik ke pelayan)
Makasih....
PELAYAN
Sama-sama.

Pelayan meninggalkan meja. NARA kembali bicara dengan Tiran yang duduk dihadapannya yang terlihat sedang memotret makanan/minuman, lalu mengirim hasil foto itu ke suaminya.

NARA
Nggak usah terlalu sedetail itu kali lapor ke suami elo... Lagi dimana?, mau kemana?. Elo itu harus bebas Tiran. Suami istri harus memberikan kebebasan ke pasangannya. bukan saling mengawasi.

Tiran meletekkan hapenya di meja.

TIRAN
Habis dia nggak percaya kalau gue lagi sama elo.
NARA
Makanya gue udah nyaranin elo mikirin lagi kelanjuntan pernikahan kalian. Andra itu bukannya sayang ke elo kalau gini caranya menurut gue. Masa elo nggak boleh ketemu siapa selain gue sama orangtua lo sih. 
TIRAN
Udah, deh. Nggak usah dibahas....

Rana menggelengkan kepalanya, sambil meneguk jus dihadapannya. Sepertinya ia nyerah berbicara dengan Tiran.

TIRAN
....Elo sendiri gimana ama Daniel?, Apa udah ada hilal mau diajak berumah tangga tahun ini?

Saat itu juga terdengar suara pengujung perempuan restoran sedang ribut, dengan suara agak keras.

PENGUNJUNG (O.S.)
Sekarang aja elo udah berani ngerayu pacar orang. Gimana ntar?.

NARA dan Tiran sama-sama menoleh ke sumber suara itu. Beberapa pengunjug juga ikut menoleh. Terlihat tiga orang remaja terdiri dari dua orang perempuan dan satu orang laki-laki, mereka tengah duduk tidak jauh dari meja NARA dan Tiran. Salah satu pengunjung perempuan itu hendak pergi tapi ditahan oleh pacarnya, lalu pengunjung perempuan itu menyiram sisa juice digelasnya ke muka perempuan yang tengah duduk.

PENGUNJUNG
Mau jadi pelakor lo?

NARA dan Tiran kaget. Pengunjung perempuan itu pergi, disusul pacarnya yang setengah berlari mengejarnya.

TIRAN
Makanya mungkin Andra ngawasin gue. Soalnya sekarang itu jamanya pelakor apalah namanya. Suami pacaran atau istri yang diam-diam selingkuh.
NARA
Beda kasusnya sama elo....Kalau lo nggak dibebasin mau ngapain. Zaman udah merdeka, istri juga harus merdeka.
TIRAN
Lebih baik gue nggak merdeka , dari pada suami gue di rayu pelakor.
NARA
Terserah deh, capek gue ngomong ama elo. Percuma, saran gue tetap nggak didengar.
TIRAN
Kamu sih nggak ngerasain berumah tangga. Segudang masalah.

NARA benar-benar nyerah berbicara. Lalu kembali menikmati makanan dihadapannya.

CUT TO:

INT. MOBIL DANIEL - NIGHT

Mobil Daniel terlihat parkir di depan apartemen NARA. Daniel mematikan mesin, NARA duduk disampinya terdiam sesaat lalu mulai bicara serius.

NARA
Mmm... Kamu sebenarnya serius nggak ama aku?

Daniel melirik ke arah NARA.

DANIEL
Aku serius. Aku sayang, cinta ama kamu Ran... Kok kamu ngomong gitu ?

NARA mulai bicara dengan nada agak tinggi, menahan emosi.

NARA
Aku capek, ditanya mulu sama orang kapan nikah?. Mau jawab apalagi, masa aku harus jawab nunggu kamu nyelsain S3 dulu atau nunggu kamu jadi pengacara hebat. Atau nunggu orangtua kamu....

Ucapan NARA terpotong, saat hape Daniel tiba-tiba berdering. Daniel mengeluarkan hape di sakunya. Terlihat dari layar hape panggilan dari mamanya. Daniel terdiam lama menatap layar hapenya, seperti ragu untuk mengangkatnya.

NARA
Nggak diangkat?

Daniel lalu membuka pintu mobil dan keluar. Berbicara dengan mamanya melaui via telepon. Berdiri sedikit menjauh dari mobilnya.

DANIEL
Hallo ma.
(terdiam sesaat)
Iya.

Daniel terdiam sesaat.

DANIEL
Ini lagi...

Daniel lalu menoleh ke arah NARA.

DANIEL
.....Di jalan mau pulang, macet.

NARA terkesima dan kecewa memandang Daniel. Lalu membuka pintu mobil, keluar.

DANIEL
Oke ma...

Daniel menutup telepon. NARA berdiri di samping pintu mobil melirik ke arah Daniel.

NARA
Gimana ntar kalau kita udah jadi suami istri?, sekarang aja...
(Menahan tangis)
Kamu nggak enak ngobrol ama mama kamu kalau ada aku..

Daniel tertegun dan menoleh ke arah NARA. Tak berani menjawab. Mereka sama-sama terdiam sesaat. NARA kembali bicara.

NARA
Sudah malam. Sebaiknya kamu pulang. Oya besok aku ke Bali beberapa hari. Sampai ketemu lagi. Aku masuk dulu.

Daniel mengangguk dan hanya mampu berkata sepatah kata.

DANIEL
Iya.

NARA meninggalkan Daniel dan Daniel hanya diam ditempatnya, memandang NARA yang kian menjauh.

CUT TO:

INT. LOBBI HOTEL - DAY

Prama terlihat berdiri di depan meja resepsionis.

RESEPSIONIS
Ini pak.
(Memberikan beberapa kunci kamar hotel)
Jadi total kamarnya ada 7 kamar, iya pak?
PRAMA
Iya, benar. Terimaksih.
RESEPSIONIS
Sama-sama pak. Silakan.

NARA, 3 orang karyawan perempuan dan 2 orang karyawan laki-laki terlihat duduk di lobbi sambil mengobrol, membawa koper mereka. Prama lalu menghampiri mereka. Memberikan kunci hotel.

PRAMA
Klien kita datangnya siang. Jadi sebelum jam 1 udah pada ngumpul di ruang meeting. Jangan sampai ada yang telat.

Para Karywan mengatakan siap, oke. Para karyawan bergegas hendak pergi sambil mengucapkan "Makasih". Saat NARA hendak pergi, kopernya agak susah ditarik. Prama reflek menahan koper NARA yang hampir terjatuh. Dan tak sengaja tanganya menyentuh tangan NARA. NARA spontan melihat ke tanganya yang tersentuh oleh tangan Prama. Prama langsung menarik tanganya, merasa tak enak.

PRAMA
Maaf....

NARA lalu bergegas pergi menyusul yang lain.

CUT TO:

INT. KAMAR HOTEL - NIGHT

Establish :Bangunan hotel terlihat dari luar.

NARA terlihat duduk di meja sudut ruangan, fokus mengerjakan sesuatu di laptopnya. Beberapa saat kemudian hapenya berdering. NARA langsung mengangkatnya.

DITA (O.S.)
Nar. Ayo turun!, Makan.
NARA
Iya. Lagi nyelsain laporan dikit lagi nih.
DITA (O.S.)
Cepatan iya?, ntar anak-anak udah keburu masuk kamar, tidur.
NARA
Ya, gue turun sekarang.

NARA langsung menutup laptopnya.

CUT TO:

INT. RESTORAN HOTEL - NIGHT

Dita mengakhiri panggilannya dengan NARA, lalu meletakkan hapenya di meja. Kembali menikmati makanan/minuman, sambil mengobrol bersama Nadya, Tary, Aldo dan Dio.

TARI
(melirik ke Dita)
Gimana?
DITA
Bentar lagi katanya turun.
DIO
Kalau Nara mau ama gue. Gue rela kerja siang malam... NARA nggak usah kerja, di rumah aja.
TARI
Maunya lo...
DITA
Sayangnya NARA udah punya pacar. Mana mau sama elo Dio....
TARI
Iya nih, nggak ngaca. Cowok seganteng Daniel, nggak mungkin lah dilepasin NARA.

Semua tertawa. Beberapa saat kemudian dari jauh terlihat NARA memasuki restoran. Dita melirik ke arah NARA.

DITA
Itu NARA udah datang.

NARA menghampiri mereka.

NARA
Lagi pada ngomongin apa sih? kok pada serius banget.
TARI
Dio mau daftar jadi pacar lo katanya, kalau lo putus ama Daniel.
NARA
(melirik ke Dio)
Benaran Dio?
DIO
(tertawa)
Sorry....Becanda.
ALDO
Tuh, ditantangin takut. Gimana mau ngelamar? 

Semua tertawa. Mata NARA melirik ke rekan-rekannya, tak melihat Prama.

NARA
Kayaknya ada yang kurang?
TARI
Mas Prama maksud lo?.

NARA mengangguk sambil menyuapi makanan kemulutnya.

NADYA
Mana mau gabung ama kita, orangnya pendiam, paling dikamar kerja. Nggak ada istirahatnya.
NARA
Eh, nggak boleh ngomongin orang...

Sementara tak jauh dari mereka duduk, terlihat seorang laki-laki memberikan segelas air putih ke pelayan yang membawa beberapa gelas air putih. Lalu laki-laki itu menunjuk ke arah perempuan yang terlihat sangat seksi, duduk tidak jauh dari rombongan NARA.

NADYA
Ngapain lo nanyain mas Prama?, Jangan....jangan....

NARA yang lagi menyuapi makanan dimulutnya, langsung terbatuk-batuk. Pelayan yang membawa minuman tadi dan kebetulan lewat di samping Nara. Langsung memberikan segelas air putih ke NARA.

NARA
(Meneguk minuman itu)
Makasih...

Pelayan tersenyum, lalu meneruskan langkah. NARA kembali menikmati makanan.

TARI
Btw kita nggak jalan nih?, Mumpung di Bali.
DITA
Boleh. ayok!!
DITA
Iya, yuk!

NARA tiba-tiba mengerutkan keningnya, seperti merasa pusing. Penglihatannya mulai terlihat buram. Wajahnya mulai mengeluarkan keringat.

NARA
Kayaknya gue ngak bisa ikut deh.
DITA
Kenapa? Lo sakit?
NARA
Nggak tau, kok tiba-tiba nggak enak gini, iya?
NADYA
Masuk angin kali...
NARA
Gue mau ke kamar aja ya?
NADYA
Ya udah sana. ntar tambah sakit.
TARI
Apa mau kita temanin?
NARA
Nggak usah. Gue masih kuat kok. Kalian jalan aja, paling nanti tidur doang udah langsung sehat. Gue duluan ya?
TARI
Iya, hati-hati Nar.

NARA meningalkan rekan-rekanya.

CUT TO:

INT. LOBBI HOTEL - NIGHT

Tangan NARA memencet tombol lift. Pintu lift terbuka, NARA yang terlihat berkeringat dan pucat kemudian masuk, lift perlahan bergerak tertutup. Namun tiba-tiba lift terbuka kembali, disusul masuknya Prama membawa segelas cup kopi. Mereka sama-sama tertegun saling melihat. Sampai NARA tersenyum tipis, menyapa Prama. Lift mulai bergerak. Mata NARA menoleh ke angka di tombol lift. Tiba-tiba pandangannya kembali buram dan wajahnya berkeringat. Ia mengerjapkan matanya perlahan berusaha untuk kuat, kepalanya semakin pusing. Akhinya NARA tak kuat lagi dan jatuh terkulai tak sadarkan diri.

Prama sangat syok, melepaskan kopinya dan langsung menolong NARA.

CUT TO:

INT. KAMAR HOTEL - NIGHT

Prama membopong NARA masuk ke dalam kamarnya, lalu membaringkan NARA di atas tempat tidur. Wajah NARA semakin berkeringat dan pucat, tangan Prama mengusap wajah NARA dengan segelas air putih yang tergeletak di meja kecil samping tempat tidur. Prama sangat panik sambil berusaha menyadarkan NARA. Dan NARA terlihat tak sepenuhnya sadar, ia tampak gelisah dengan keringat bercucuran di wajahnya.

Tiba-tiba NARA tanpa sadar menarik Prama. Wajah Prama hampir mendekati wajah NARA. Prama tiba-tiba berkeringat dan langsung menarik wajahnya yang sudah berdekakatan dengan Nara itu. Lalu meninggalkan NARA.

CUT TO:

INT. KAMAR MANDI HOTEL - NIGHT

Prama berdiri di depan wastafel, sambil menatap lama pantulan badanya. Tanganya mengusap wajahnya yang berkeringat. Ia terlihat frustasi.

CUT TO BACK:

INT. KAMAR HOTEL

Prama duduk disamping NARA yang masih berbaring di tempat tidur, masih tak sadarkan diri, berkeringat dan gelisah. Mata Prama menatap lama wajah NARA sampai ke leher Nara yang terlihat berkeringat, lalu Prama mendekatkan wajahnya, seolah akan mencium NARA. Tapi ia ragu, mundur... Lalu mendekatkan lagi wajahnya.... Akhirnya tiba-tiba tangan kanan NARA reflek merangkul leher Prama sangat erat, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Prama. Ada desiran dalam tubuh Prama, tapi tak ditepisnya. Dia bahkan menyambut rangkulan NARA sangat erat.

Lampu di meja kecil samping tempat tidur mati. Seketika ruangan kamar menjadi gelap.

CUT TO:

EXT. HOTEL - MORNING

Bangunan hotel terlihat masih gelap di pagi hari.

CUT TO:

INT. KAMAR HOTEL - MORNING

NARA menangis histeris sambil menarik-narik baju Prama. Bicara dengan nada tinggi.

NARA
(Terisak-isak sambil memukul bidang dada Prama)
Berengsek!!!....Berengsek!!!...Berengsek!!!.Elo Pikir gue cewek apaan haahh?

Prama hampir menangis, dan sangat merasa bersalah.

NARA
Lo pikir gue ceweknya yang bis di bawa tidur?
PRAMA
Maaf...Saya...
NARA
Apa salah saya?... Katakan?...
(berteriak sambil teriasak-isak)
Katakan?....

Prama tak bisa menjawab, sangat merasa bersalah.

NARA
Teganya kamu merengut semuanya....
(Menunduk di bidang dada Prama sambil terisak-isak)
Apa salah saya....?

NARA tak sanggup lagi, lalu perlahan terduduk. Prama berusaha menahan tubuh NARA yang sangat lemah. Tangisan NARA semakin menjadi dan ia seketika terduduk di lantai sambil menunduk terisak-isak. Prama meneteskan air matanya dan ikut terduduk dihadapan NARA. Tangan Prama perlahan menyetuh tangan NARA, tapi NARA langsung menepisnya.

NARA (V.O.)
Sejak hari itu, aku merasa dunia telah hancur, dunia telah mengutukku dan menghukumku...

CUT TO:

INT. APARTEMEN, KAMAR NARA - NIGHT

NARA masuk ke ruang apartemenya, membawa kopernya. Bersandar dinding, sambil menangis tertunduk.

NARA(V.O)
Dan Kini Aku benar-benar telah menyakiti diriku sendiri, sebuah dosa besar yang telah aku lakukan pada tubuh ini.

NARA semakin menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua tanganya.

CUT TO:

INT. RUMAH PRAMA, RUANG MAKAN - MORNING

Establish : Rumah Prama terlihat dari luar.

Prama (sudah mengenakan baju rapi, hendak ke kantor) berjalan tanpa bersemangat dengan pikiran kacau menuju meja makan. Asisten rumah tangga terlihat menyusun meja makan dengan makanan/minuman.

ASISTEN RUMAH TANGGA
Selamat pagi pak...
PRAMA
Pagi...

Asisten rumah tangga kembali ke dapur. Prama lalu duduk di kursi meja makan. Lalu membuka ponselnya, melihat kontak NARA, tanganya terlihat ragu-ragu hendak menghubungi NARA. Saat itu juga terlihat pemberitahuan pesan masuk dihapenya, yang tertulis pesan dari Seren. Prama membuka pesan itu.

SEREN (O.S.)
Sayang aku nggak bisa pulang ke rumah hari ini, pesanan di butik banyak banget.

Pesan dari Seren kembali masuk lagi.

SEREN (O.S.)
Oya, Kia tadi nelepon aku, kayaknya dia betah banget sekolah di Jerman. Kamu nggak usah khawatir. Love u sayang, suamiku.

Prama langsung menonaktifkan poselnya dan bergegas meninggalkan meja makan.

CUT TO:

INT. KAMAR NARA - MORNING

NARA (sudah mengenkan blezer) tampak depresif berdiri di depan kaca lemari pakaian, sambil menatap lama pantulan tubuhnya, air matanya mulai menetes. Beberapa saat kemudian NARA tak tahan lagi, semakin menangis dan seketika melepas kasar blezer di tubuhnya dan membuangnya ke lantai.

Kemuadian ia membuka lemari pakaiannya. Tampak beberapa koleksi blezer dan pakaian tergantung. NARA meraih blezer-blezer itu, lalu membuangnya ke lantai. NARA menangis dan menunduk, kemudian terduduk di lantai.

NARA
Apa yang harus aku lakuin untuk nembus dosa pada tubuh ini? Maafkan aku?

NARA menangis bersimpuh di lantai, sambil mencekram erat blezernya yang berserakan di lantai.

CUT TO:

 

INT. KANTOR, RUANG KARYAWAN - DAY

Dio menghampiri Nadya dkk, membawa beberapa gelas cup kopi. Dan berteriak ke rekan-rekanya "Kofe".

Nadya dkk. berebutan. NARA terlihat tidak antusias dan tak bersemangat, masih mengerjakan susuatu di komputer yang menyala dihadapannya.

Prama terlihat berjalan dari ruang kerjanya, tapi kemudian langkahnya tertahan begitu melihat Nara dari jauh yang terlihat melamun. 

NARA seketika menghentikan kegiatannya, lalu bergegas meninggalkan meja kerjanya. Prama memandang Nara dengan wajah bimbang.

 

CUT TO:

EXT. KANTOR, TAMAN - DAY

NARA duduk di kursi panjang taman, sambil terlihat melamun. Pandanganya menerawang kedepan. 

FLASH BACK TO:

INT. KAMAR HOTEL - NIGHT

NARA berbaring di tempat tidur, dengan kondisi tanpa sadar tiba-tiba tangan kanannya reflek merangkul leher Prama sangat erat, yang duduk disampingya di tepian tempat tidur. Rana menenggelamkan wajahnya pada bidang dada Prama. Ada desiran dalam tubuh Prama, tapi tak ditepisnya. Dia bahkan menyambut rangkulan NARA sangat erat. 

FLASH TO:

EXT. KANTOR, TAMAN - DAY

NARA manangis terisak-isak, sambil menunduk.

Insert: Tanpa Nara sadari, Prama sudah berdiri tidak jauh darinya, memandang Nara dengan wajah sedih.

Prama lalu menghampiri Nara.

PRAMA
Nara!

Nara tertegun dan seketika menghapus air matanya, lalu menoleh ke Prama.

PRAMA
Bisa bicara sebentar?
NARA
Saya nggak kenal kamu...jadi tolong jangan ganggu saya...

Nara buru-buru berjalan meninggalkan Prama. Prama mengejar Nara, kemudian menarik tangan Nara. Bicara dengan nada rendah.

PRAMA
Maafin saya. Apa yang terjadi malam itu. Saya...

NARA seketika melepas tangannya yang digenggam oleh Prama, air matanya mulai menetes. Lalu bicara tanpa memandang ke arah Prama.

NARA
Apa yang kita lakukan itu...Sungguh hal yang menjijikkan. Asal Kamu tahu saya nggak pernah melakukan dosa sebesar itu...

Nara terdiam sesaat, semakin menangis.

NARA
Kayaknya Kita nggak usah bicara lagi, kita memang nggak kenal. lebih baik cari cara nembus dosa kita masing-masing.
PRAMA
Saya benar-benar minta maaf...
NARA
(Menoleh ke Prama dengan tatapan tajam)
Bagaimana mungkin saya menggampangkan semuanya, memberi maaf pada orang asing yang tiba-tiba memetik bunga saya tanpa ijin...
(Kembali menangis)
Jadi tolong jauhi saya... bagi saya kamu itu....
(Suara tinggi)
Berengsek!!!

NARA kemudian meninggalkan Prama dan Prama meneteskan air matanya memandang NARA yang kian menjauh.

CUT TO:

INT. KAMAR APARTEMEN NARA - NIGHT

Establish : Gedung apartemen telihat dari luar.

Nara (Masih mengenakan baju kantor) nampak tertidur dalam posisi tengkurap, agak berantakan. Tanganya terlihat memegang hape. Beberapa saat kemudian hapenya berdering, ia kaget dan terbangun. Dengan mata merah habis menangis, NARA langsung mengangkatnya.

TIRAN (O.S.)
Gue di luar nih...
NARA
Iya, bantar gue ketiduran.

NARA bergegas membuka pintu kamar apartemennya. Masuklah Tiran dengan wajah kusut.

TIRAN
Gue tidur sini, ya?
NARA
Emang suami elo nggak marah?, Kalau lo pergi dari rumah.
TIRAN
Dia keluar kota....
NARA
Ooooh....Tapi Kenapa lo bete banget?

Tiran tak menjawab dan langsung berjalan masuk. NARA menutup pintu kembali, lalu menyusul Tiran.

CUT TO:

INT. RUANG MAKAN - NIGHT

NARA dan Tiran duduk saling berhadapan menikamti makan/minum, sambil ngobrol santai.

TIRAN
Gimana gue mau punya baby, kalau suami gue ninggalin gue mulu.
NARA
Emang lo yakin mau punya anak dari Andra? Ya....maaf secara sifatnya itu memang keterlaluan, terlalu membatasi lo.
TIRAN
Siapa tau dia bisa berubah kalau kita udah punya anak, lagian gue sayang banget ama dia. Terserah deh aturan dia ke gue gimana.

NARA mengehela napas. Menggelengkan kepalanya. Seperti kesal dengan sifat Tiran.

NARA
Susah ngomong ama orang yang menganggap cinta di atas segalanya.

Mereka terdiam beberapa saat sambil terus menikmati makan.

TIRAN
Kemarin kata dokter gue harus sering berhubungan kalau mau cepat hamil. Makanya gue bete banget kalau di tinggal gini.

Nara tertegun dan bicara terbata, menyembunyikan ketakutannya.

NARA
Mmm...emang kalau... sering berhubungan, bisa cepat hamil?
TIRAN
Ya... tergantung. Sepupu gue langsung hamil habis nikah. Cuma jarak 2 minggu. bahkan mungkin mereka ngelakuin sekali doang. Kalau perempuan lagi masa subur bisa langsung.

Nara semakin takut, seketika terhenti menyuapi makanan di mulutnya, dan langsung mengalihkan pembicaraan.

NARA
Aduh....gue lupa deh ada yang mau gue beli di supermarket.
TIRAN
Ya, udah sana, mumpung belum tutup.
NARA
Iya.....

Nara langsung bergegas meninggalkan ruang makan. Dan Tiran masih menikmati makanannya.

CUT TO:

INT. RUMAH ORANG TUA PRAMA, RUANG MAKAN - NIGHT

Prama memasuki ruang makan, sambil terlihat berbicara melalui via telepon.

PRAMA
Harusnya kamu pulang dong. Jangan curiga mulu. Udah berapa lama kamu ninggalin rumah?

Prama duduk di meja makan. Mama Prama terlihat menyusun meja makan, menyiapkan makan malam.

INTERCUT TO:

INT. BUTIK, RUANG KERJA - NIGHT

Seren duduk di ruang kerjanya, bicara dengan Prama via telepon.

SEREN
Kamu tahu sendiri kan yank, butik nggak bisa jalan kalau nggak ada aku.
PRAMA (O.S.)
Terus ngapain kamu capek-capek pakai karyawan, kalau ujungnya kamu nggak percaya ama mereka.
SEREN
Udah deh aku nggak mau debat ama kamu. Pokoknya awas iya kalau kamu berani bermain hati sama wanita lain...
PRAMA (O.S.)
Curiga aja....
SEREN
Ya wajar dong...Teman aku barusan nelepon, suaminya selingkuh. Makanya aku takut kalau kamu juga gitu...

Prama tak menjawab dan langusung mematikan telepon. Kelihatan wajahnya memerah menahan amarah.

SEREN
Halo...Hallo Yank.....

Seren terlihat sangat kesal. Dihadapannya tergeletak beberapa kertas sketsa pakaian. Seren menatap beberapa saat sketsa itu, lalu tiba-tiba meremasnya dan membuangnya ke lantai dengan perasaan geram.

CUT TO:

INT. RUMAH ORANG TUA PRAMA, RUANG MAKAN - NIGHT

Prama terlihat menikmati makan bersama mamanya, sambil mengobrol.

MAMA PRAMA
Suami istri itu kebutuhan. Harus saling bersama. Gimana mama mau dapat cucu kalau kalian jarang berdua?
PRAMA
Kan udah ada Kia ma...
MAMA PRAMA
Tapi mama Kan pengen dapat cucu dari kamu juga.
PRAMA
Udah lah ma. Masa lalu nggak usah dibahas lagi.

Mama Prama terlihat agak kesal, sambil meneruskan makan.

CUT TO:

INT. KAMAR MANDI - NIGHT

NARA berdiri di depan kamar mandi, sambil menghitung tanggal di kalender hapenya.

NARA
(Cemas)
Gue baru selesai halangan sekitar tgl 20...Terus insiden itu tgl 24. Kalau dihitung-hitung udah dua minggu dari sekarang...

NARA lalu mengambil test pack di atas wastafel. Wajahnya terlihat takut dan panik, ia menatap test pack itu sesaat. terlihat dari hasil test pack tidak ada perubahan pada garis.

NARA menghela napas panjang, sambil mengelus dadanya. Saat itu juga terdengar suara Tiran yang memanggilnya.

TIRAN
Nara....?

Nara kaget, panik dan buru-buru memasukkan test pack itu ke dalam plastik. Lalu memasukkan ke dalam tas yang tergeletak di atas wastafel.

NARA
Ya.
TIRAN
Telepon dari Daniel. Dia lagi diluar nungguin lo.

Nara bergegas ke luar ruangan.

CUT TO:

EXT. APARTEMEN - NIGHT

Daniel menyandarkan badanya di depan mobilnya yang terparkir di halaman apartemen, sambil menatap jam yang melingkar di tanganya. Beberapa saat kemudian terlihat NARA berjalan mendekat ke arah Daniel.

NARA
Ada apa?

Daniel lalu bergegas mengambil buah-buahan dan vitamin di dalam mobilnya dan memberikannya ke Nara.

DANIEL
Gimana? Apa kamu masih nggak enak badan?
NARA
Aku udah sehat kok, kecapean aja kemarin pulang dari Bali.
DANIEL
Tetap aja harus istirahat. Jangan lupa itu buahnya dimakan...!
NARA
Ya. Kamu nggak mau masuk? Ada Tiran juga di dalam...
PRAMA
Lain kali aja, udah malam, saya cuma ngantar buah doang. Ya udah sebaiknya kamu masuk..
NARA
Ya. Makasih ya. Kamu hati-hati ya?

Daniel tersenyum.

DANIEL
Iya. oya besok mau aku antar nggak pulang ke rumah?
NARA
Nggak usah, biasanya aku juga nyetir sendiri kok pulang.
DANIEL
Ya, udah. Bye....

Daniel meninggalkan NARA yang beberapa saat masih terpukau di tempatnya. Mobil Daniel melaju pergi.

NARA (V.O.)
Kamu itu laki-laki baik, sempurna. Bagaimana mungkin aku wanita kotor ini di izinkan dunia memiliki kamu....

NARA terlihat menitikkan air matanya, memandang mobil Daniel yang kian menjauh.

CUT TO:

EXT. HALAMAN RUMAH NARA - DAY

Seorang wanita 55 tahun, memakai jilbab (Yang akan kita kenal sebagai ibu Nara) terlihat sedang merawat tanaman di teras rumah. Beberapa saat kemudian nampak sebuah mobil hitam meluncur dan berhenti di depan rumah. Mama Nara seketika menghentikan aktivitasnya dan tersenyum lebar melihat Nara keluar dari mobil hitam itu.

NARA
Assallamualikum bu...
IBU NARA
Waallaykumssallam sayang...

Nara menghampiri ibunya dan mencium tangan ibunya.

NARA
Bapak mana bu?
IBU NARA
Belum pulang dari sekolah. Kok cuma sendiri sayang?
NARA
Biasanya juga sendiri bu, mau pulang ama siapa emang...?
IBU NARA
(Tersenyum tipis sambil menggoda)
Calon mantu ibu nggak di ajak nih?
NARA
Maksud ibu, Daniel?

Ibu Nara mengganguk. Nara merangkul tangan ibunya sambil berjalan masuk ke rumah.

NARA
Ibu kan tahu sendiri, Daniel orangnya ambisi banget mau nyelsain S3nya. Makanya Nara nggak enak gangguin dia.
IBU NARA
Sesibuk apapun sekali-sekali dia harus di ajak ke rumah. Ibu pengen tetangga kita tahu kalau calon mantu ibu pengacara hebat.

Nara dan ibunya tiba di sofa ruang tengah.

NARA
Bu. nggak baik terlalu pamer. Belum tentu jodoh juga kan?
IBU NARA
Eh, ngak boleh ngomong gitu. Perkataan adalah doa lho nak...

NARA mengalihkan pembicaraan.

NARA
Katanya ibu mau masak?, aku udah lapar banget nih...
IBU NARA
Oh iya. Kamu sih ngajak ibu ngobrol sampai lupa masak makan siang. Ya udah ibu ke dapur dulu, kamu istirahat...

Ibu Nara lalu bergegas meninggalkan ruang tengah.

CUT TO:

INT. KANTOR, RUANGAN PRAMA - AFTERNOON

Prama tanpa bersemangat duduk di ruang kerjanya, penampilannya terlihat berantakan, agak kacau. Sambil menatap layar ponselnya. Terlihat dari layar hape foto Nara di halaman kontak whatshapp. Prama menatap lama foto NARA.

NARA (O.S.)
Bagaimana mungkin saya menggampangkan semuanya, memberi maaf pada orang asing yang tiba-tiba memetik bunga saya tanpa ijin.... Jadi tolong jauhi saya...

Saat itu pula terdengar ketukan di pintu hingga Prama tersadar dari lamunannya dan langsung mematikan ponselnya.

Pintu terbuka dan masuklah Office Boy bernama pak Rahmat, 50 tahun, membawa secangkir kofe.

PAK RAHMAT
Permisi pak...
PRAMA
Silakan.

Pak Rahmat meletakan kofe kehadapan Prama.

PRAMA
Terima kasih...
PAK RAHMAT
Sama-sama pak, kalau gitu saya permisi dulu pak. Selamat bekerja.

Prama tersenyum. Pak Rahmat meninggalkan ruangan sambil berucap dalam hatinya.

PAK RAHMAT (O.S.)
Pak Prama memang orang yang sangat pekerja keras, wajar jika pak bos memilih sebagai wakil manager... Nggak pernah absen sekalipun itu hari libur.

Prama kembali mengerjakan sesuatu di komputer yang menyala dihadapannya.

CUT TO:

INT. KAMAR NARA - AFTERNOON

Ibu Nara memasuki kamar Nara sambil memanggil.

IBU NARA
Nara?

Terdengar percikan air shower dari dalam kamar mandi. Lalu pandangan ibu Nara tak sengaja terarah ke bungkusan plastik dan tas jinjing yang tergelatak di atas meja rias, tidak jauh dari tempat ia berdiri.

IBU NARA
(Mengambil plastik itu)
Kebiasaan, udah gede tapi masih aja nggak pernah bersih.

Ibu Nara hendak membuang bungkusan plastik itu ke tempat sampah, tapi ia terlihat ragu-ragu. Lalu membuka bungkusan plastik itu dan saat itulah terlihat test pack. Ibu Nara terperangah, tak percaya pada apa yang ia lihat.

IBU NARA
Astagfirullahaladzim...

Ibu Nara menutup mulutnya, syok.

CUT TO:

INT. KAMAR IBU NARA - AFTERNOON

Ibu Nara duduk di pinggiran tempat tidur, sambil menangis menatap test pack di tangannya.

IBU NARA
Bagaimana mungkin kamu merusak kepercayaan ibu nak, Apa ibu Salah mendidik kamu...

Ibu Nara semakin menangis, lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidur. Mencari kontak Daniel dan menghubunginya.

CUT TO:

INT. RUMAH NARA, KAMAR NARA - NIGHT

Establish : Rumah Nara terlihat dari luar.

Di dalam kamar. NARA tampak tertidur dengan posisi miring. Tiba-tiba terdengar suara mamanya yang berteriak pada seseorang, seperti sedang marah.

IBU NARA (O.S.)
Kamu apakan anak saya haahhh....? Kamu pikir kamu siapa berani-beraninya menyentuh anak saya...

Nara terbagun dari tidurnya, kaget. Kemudian bergegas keluar kamar.

CUT TO:

INT. RUMAH NARA, RUANG TENGAH - NIGHT

Ibu Nara Terlihat menangis histeris sambil mengguncang tubuh Daniel dan mencaci maki.

IBU NARA
Jangan Mentang-mentang kamu orang kaya, seenaknya aja kamu merusak anak gadis orang...

Daniel tak bisa bertindak, ia masih bingung dan pasrah. Bapak Nara berusaha mencoba mencegah istrinya, yang hendak memukul Daniel.

BAPAK NARA
Bu. Tenang bu. Nggak Enak didengar tetangga...
IBU NARA
Biariiiin. Biar sekalian dia dipukuli semua orang.

NARA setengah berlari mendekat dan menarik Daniel yang hendak dipukuli.

NARA
Ada apa bu...?

Ibu Nara semakin emosi dan seketika langsung melayangkan tanganya ke pipi NARA. NARA memegang pipinnya yang memerah akibat tamparan keras dari ibunya, air matanya mulai menetes. Daniel langsung menahan tubuh NARA yang hampir saja tejungkal ke belakang. 

DANIEL
(Panik)
Kamu nggak apa-apa?
BAPAK NARA
(Kaget)
Bu....!!!

Ibu Nara berbicara dengan nada tinggi, sambil menangis.

IBU NARA
Kalian berdua sama-sama berpendidikan tinggi tapi nggak paham agama. Nggak bisa bedain mana dosa mana nggak...

Nara dan Daniel semakin bingung.

DANIEL
Maksud tante?

Ibu Nara lalu mengeluarkan test pack dari dalam sakunya.

IBU NARA
(melirik ke Nara)
Ini punya siapa?

Seketika Nara terdiam dan sangat syok. Bertanya-tanya kenapa test pack itu ada di ibunya?. Daniel dan bapak Nara kaget dan syok.

IBU NARA
Ayo... jawab...

NARA tak berani menjawab dan seketika langsung menangis.

IBU NARA
(menangis)
Jawab. Ini punya kamu kan?

NARA perlahan mengangguk dan semakin menangis...

NARA
Maafin Nara. Bu, pak...Nara benar-benar minta maaf.

Daniel terperangah, kaget.

BAPAK NARA
(Terduduk lemah)
Astagfirullahaladzim... Apa kamu hamil nak?
NARA
(Menggelengkan kepalanya dan Hanya mampu berkata sepatah kata)
Nggak...
BAPAK NARA
Terus?

Nara bersimpuh dihadapan orangtuanya. Bicara di tengah isakannya.

NARA
Maafin Nara, pak, bu. Nara nggak bisa jaga diri...

Daniel terlihat sangat syok. Tak percaya apa yang dikatakan Nara.

BAPAK NARA
Apa yang kamu lakukan nak?
(menangis)
Bapak benar-benar malu ke allah nak..
IBU NARA
Dari dulu ibu pengen kamu nikah cepat-cepat karena ibu khawatir sama kamu nak biar nggak terjadi hal seperti ini. Kamu itu perempuan harus bisa jaga diri, bukan nyerahin diri. Ibu benar-benar kecewa sama kamu. Malu nak...

Ibu Nara menangis, lalu kemudian melirik ke arah daniel dengan tatapan tajam.

IBU NARA

Kamu jangan diam aja sebagai laki-laki, harus tanggung jawab...

Wajah Daniel terlihat sangat kecewa dan hanya mampu berkata sepatah kata.

DANIEL
Tapi bu...
IBU NARA
(Bicara dengan nada tinggi)
Tapi apa?, Kamu mau bilang kamu belum siap mau nikah?. Cepat telepon orangtuamu! Kalian harus nikah.

Daniel melirik ke arah NARA, matanya memerah menahan sedih dan kecewa.

NARA
Bu, bapak. Ini semua nggak ada hubungannya sama Daniel. Nara yang pantas disalahkan...
BAPAK NARA
Apa maksud kamu nak...?

Nara kian terbata. Menundukkan kepalanya.

NARA
Bukan Daniel...tapi...
(Tanggisannya semakin menjadi)
orang lain...

Semua syok dan kecewa.

CUT TO:

INT. MOBIL PRAMA - NIGHT

Mobil Prama melaju di jalanan. Di dalam mobil. Prama terlihat cemas, sambil berusaha untuk tetap fokus mengemudi. Telingannya terpasang earphone berbicara dengan seseorang melalui via telpon.

PRAMA
Di mana...?

Prama terdiam sesaat. Lalu...

PRAMA
Iya, saya kesana sekarang.

Prama melepaskan earphone ditelinganya dan dengan cepat memutar mobilnya dan mobil melaju dengan kecepatan tinggi.

CUT TO:

EXT. JALANAN DEPAN RUMAH NARA - NIGHT

NARA tampak depresif berdiri di pinggir jalan, sambil menangis mamandang ke arah mobil Daniel yang melaju pergi.

NARA (V.O.)
Hal yang paling tersiksa dalam hidup ini, berpisah tanpa diberi kesempatan untuk menjelaskan. Dan akan menjadi luka bathin yang perlahan akan membunuh kita dengan rasa bersalah.

NARA menutup mulutnya dengan salah satu tanganya, menahan isakkan, sambil menunduk. Saat itu juga terlihat dari arah belakang sebuah mobil hitam meluncur dan berhenti mendadak di pinggiran jalan...Tampak kemudian Prama keluar dari mobil hitam itu, langkahnya tertahan terkesima memandang ke arah NARA.

NARA tak tahan lagi, semakin menangis terisak-isak sambil menutup mulutnya dengan kedua tanganya. Prama semakin merasa bersalah.

CUT TO:

INT. RUMAH NARA, RUANG TAMU - NIGHT

Ibu Nara terlihat duduk di sofa ruang tamu sambil menangis, sementara Bapak Nara terlihat berdiri dihadapan istrinya.

BAPAK NARA
Sebaiknya ibu istirahat. Sudah malam. Bapak Khawatir tekanan darah ibu tinggi lagi. Besok kita bicarakan baik-baik.
IBU NARA
Bagaimana mungkin ibu bisa tidur, masalah sebesar ini. Cuma Nara putri kita satu-satunya, harapan ibu, kebangaan ibu. Tapi semuanya hancur pak.

Ibu Nara semakin menangis. Saat itu juga terlihat dari arah pintu Prama dan Nara berjalan pelan masuk. Ibu Nara terperangah dan bapak Nara menoleh. Prama berusaha untuk tetap tersenyum pahit menyapa orangtua Nara, sambil menunduk. Sementara Nara tak berani menatap orangtuanya.

Ibu Nara langsung mengambil Vas bunga dihadapannya, hendak melempar ke Prama, tapi langsung ditahan oleh suaminya.

IBU NARA
(Bicara dengan Nada tinggi)
Kuranghajar!!! Jadi kamu yang sudah merusak anak saya...?
BAPAK NARA
(Mengambil vas bunga di tangan istrinya)
Tenang dulu bu!
IBU NARA
Gara-gara laki-laki ini, anak kita jadi nakal pak...

Nara menangis. Sementara Prama tak berani menjawab, hanya menunduk diam.

IBU NARA
Orang ini pak yang telah merusak anak kita, bagaimana mungkin ibu bisa diam...
BAPAK NARA
Iya, tapi tenang dulu bu. Percuma Ibu Marah nggak akan selesai.

Prama tiba-tiba berlutut di depan orangtua NARA.

PRAMA
Saya minta maaf. Ini semua salah saya. Tolong Jangan salahkan NARA!
IBU NARA
Apa kata mu, maaf...?

Ibu Nara langsung menyerang Prama dan memukul-mukulnya

IBU NARA
Kuranghajar!!! Berani-beraninya kamu merayu Nara, mengajaknya berbuat yang nggak-nggak. Saya mendidik anak saya dari lahir tapi segampang itu kamu menghancurkan didikan saya.

Prama hampir terjungkal karena pukulan-pukulan Ibu NARA. Bapak NARA seketika berteriak.

BAPAK NARA
Sudah bu...cukup.
(Bicara datar)
Biar saya yang bicara dengannya. Tolong tinggalkan kami berdua!...Ibu Masuk!!
IBU NARA
Tapi, pak.
BAPAK NARA
(Meninggi)
Masuk!

Ibu Nara sambil meninggalkan ruang tamu, disusul NARA. OS terdengar suara pintu terbanting begitu keras.

BAPAK NARA
Bangun!!!

Prama perlahan berdiri. Keduanya berjalan menuju sofa, duduk saling berhadapan.

BAPAK NARA
Kalian tahu, apa yang kalian lakukan itu perbuatan yang sangat dibenci allah, dosa besar, agama kita sangat melarang keras perbuatan memalukan itu.

Prama tak berani menatap bapak Nara. Bicara sambil menunduk.

PRAMA
Maafin saya om. Saya ini manusia penuh Dosa. Mungkin sebanyak apapun saya minta maaf, nggak akan bisa merubah semuanya. Tapi saya benar-benar menyesal. Apa yang saya lakukan itu telah menyakiti Nara, Om sama Tante.
(Terdiam sesaat menahan tangis)
Saya Siap menerima hukuman apapun. Om boleh membunuh saya jika itu hukuman saya.
BAPAK NARA
Anak saya telah cacat, apa ada laki-laki lain yang mau menerimanya lagi?

INSERT: Tanpa mereka sadari, Nara mendengar pembicaraan mereka dari dinding ruang tengah. Nara terduduk menangis.

Air mata Prama mulai menetes.

PRAMA
Saya minta maaf, sudah membuat hidup NARA hancur. Saya siap bertanggung jawab. Maafin saya om.
BAPAK NARA
Tanggung jawab apa? Menikah Maksudnya?

CUT TO:

INT. KAMAR NARA - NIGHT

Nara duduk memeluk lututnya di lantai, menangis. Lalu mengambil handphonenya disampingnya. Membuka hape, telihat dari layar hape foto ia dan Daniel. Menatapnya sesaat kemudian menghapus foto itu. Jemarinya kemudian mencari kontak Daniel. air matanya semakin mengalir.

NARA
Maafin aku daniel.

Jemarinya Nara menyentuh tombol delete di layar hape menghapus kontak Daniel. Nara menangis terisak-isak sambil menundukkan kepalanya di lutut.

CUT TO:

EXT. HALAMAN KAFE - MORNING

Prama terlihat berdiri di depan kafe, terlihat cemas seperti sedang menunggu seseorang. Beberapa saat kemudian sebuah mobil meluncur dan berhenti di areal parkiran Kafe. Tampak kemudian Nara keluar dari mobil itu. Menutup kunci pintu mobil, kemudian terperangah melihat Prama yang berjalan mendekat. Keduanya beberapa saat saling menatap tanpa berkedip.

CUT TO:

INT. KEFE - MORNING

Kafe terlihat masih sepi. Pemilik kafe bernama Elvia, 25 tahun, membawa segelas jus dan membawannya kehadapan NARA dan Prama yang duduk saling berhadapan di sudut ruangan. Elvia tersenyum tipis menyapa Nara, lalu meninggalkan ruang kafe. NARA dan Prama sama-sama tak berani untuk memulai bicara "Bersuasana dingin" di antara mereka. Hingga kemudian Prama berinisiatif bicara.

PRAMA
Dia sepupu saya Elvia, pemilik kafe ini. Kamu nggak usah khawatir.

NARA hanya terdiam, kemudian Prama kembali bicara dengan nada rendah dan terbata.

PRAMA
Saya nggak nyangka kalau akhirnya...Harus seperti ini... Saya benar-benar minta maaf sama kamu, orangtua kamu dan....

Ucapan Prama terpotong dan Nara langsung bicara.

NARA
Saya cuma nggak mau ngelihat orangtua saya terluka, apalagi sampai membenci saya. Jadi, apapun resikonya saya siap menerimanya. Sekalipun itu harus mengorbankan kebahagian saya. 

NARA terdiam sesaat,matanya terlihat memerah menahan tangis. NARA kian terbata.

NARA
Saya siap jika harus menikah dengan kamu...

Prama tertegun, tak percaya apa yang diucapkan NARA.

PRAMA
Saya...
NARA
Kamu mau bilang kalau kamu sudah punya keluarga?

Prama tak mampu bicara, terlihat matanya memerah menahan tangis, hanya mampu mengangguk.

NARA
(menitikkan air mata)
Mungkin inilah hukuman atas dosa saya. Jadi...

NARA tak sanggup meneruskan kata-katanya, air matanya semakin menetes.

NARA
....saya Siap apapun itu hukumannya.

CUT TO:

INT. RUMAH NARA - NIGHT

Establish :Rumah NARA terlihat dari luar.

Di ruang tengah terlihat seperti biasa. Tidak ada hiasan dekorasi pernikahan, hanya beberapa orang bapak-bapak yang menjadi saksi pernikahan NARA dan Prama. Prama terlihat duduk dihadapan bapak Nara, sambil menjabat tangan, mengucapkan ijab kabul.

PRAMA
Saya terima dan kawinya Nara Chairatunisya binti Abdul Syukur dengan mas kawin emas sebanyak 10 gram dan seperangakat alat shalat dibayar tunai.
BAPAK NARA
Bagaimana saksi?

Semua saksi mengucapkan kata "Sah" dan "Alhamdulillah". Bapak Nara terlihat menitikkan air matanya.

CUT TO:

INT. RUANG MAKAN - NIGHT

Ibu Nara terlihat menangis duduk di kursi meja makan.

IBU NARA
Kenapa nasib kamu seperti ini nak? Dulu kamu kebanggaan ibu, harapan ibu nak. Kenapa kamu tega membuat ibu terluka?

Ibu Nara tak sanggup lagi dan semakin menangis.

CUT TO:

INT. KAMAR NARA - NIGHT

NARA duduk memeluk lutut di atas tempat tidur, sambil menangis.

NARA (V.O.)
Semua wanita di dunia ini, pasti mendambakkan pernikahan yang istimewa, spesial bersama orang dicintainya. Tapi aku bukanlah wanita yang spesial itu. Harapan, mimpi yang aku bangun dari awal hancur sudah. Bahkan untuk kembali dibangunpun sudah tidak ada harapan lagi.

NARA semakin menangis, sambil menundukkan kepalannya. Saat itu juga terdengar ketukan di pintu. NARA langsung mengahapus air matanya yang terus mengalir. Berusaha menenangkan dirinya sesaat. Lalu berjalan ke pintu. Membuka pintu kamar. Prama sudah berdiri di depan pintu. NARA memutar badanya dan kembali berjalan. Prama sangat merasa tak enak, berjalan pelan dibelakang Nara.

CUT TO:

INT. KAMAR IBU NARA - NIGHT

Ibu Nara terlentang menatap langit-langit, lalu mencoba tidur dalam berbagai posisi, tapi tak berhasil. Ia bangkit dari tempat tidurnya dengan rasa cemas. Menoleh ke arah suaminya yang masih tertidur. Beberapa saat kemudian suaminya ikut terbangun.

BAPAK NARA
Ada apa bu?
IBU NARA
Ibu khawatir pak, kalau NARA disentuh lagi sama Prama.
BAPAK NARA
Ya, allah ibu mereka sudah menikah.
IBU NARA
Ibu takut pak, Nara punya anak dari Prama.
BAPAK NARA
Astagfirullahaladzim bu. nggak boleh ngomong gitu.

Ibu Nara menangis, Bapak Nara hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya.

CUT TO:

EXT. TERAS RUMAH - MORNING

NARA dan Prama (Sudah mengenakan baju rapih) berdiri di depan teras rumah. Prama melirik ke arah NARA, tapi NARA tak sedikitpun mau meliriknya, terlihat tak bersemangat.

NARA
Mas, kita berangkatnya masing-masing aja. Saya takut ketahuan teman-teman kantor.

NARA langsung bergegas menuju mobilnya. Mobil NARA melaju pergi. Sementara Prama beberapa saat hanya terdiam melihat mobil Nara kian menjauh, lalu berjalan menuju mobilnya.

CUT TO:

INT. KANTOR, RUANG KARYAWAN - MORNING

NARA tanpa bersemangat berjalan menuju meja kerjanya. Karyawan-karyawan terlihat fokus mengerjakan sesuatu di meja mereka masing-masing. Dua orang Karyawan yang tengah berkumpul di sebuah meja kerja melirik ke arah NARA dan menegurnya. NARA Hanya tersenyum kecil, lalu duduk di kursi meja kerjanya. Saat itu juga seorang karyawan perempuan menghampiri Nara sambil membawa sebuah dokumen.

KARYAWAN
Nar, ini Laporan hasil finalisasi waktu kita meeting di Bali.
NARA
Iya. Terima kasih.
KARYAWAN
Sama-sama...

Karyawan lalu meninggalkan meja NARA. NARA membuka hasil laporan itu, sambil tampak melamun.

CUT TO:

EXT. TAMAN KANTOR - DAY

Nara duduk di kursi panjang taman, sambil terlihat melamun. Beberapa saat kemudian nampak Prama mendekat ke arah NARA, sambil membawa jus ke hadapan NARA. 

PRAMA
Kamu belum makan apa-apa dari tadi malam.

NARA tersadar dari lamunannya.

NARA
Mas, Please jangan bongkar hubungan kita. Gimana kalau ada yang lihat. Tolong jaga rahasia hubungan kita.

Prama melirik ke sekeliling taman, memastikan tidak ada orang yang melihat. lalu memberikan jus ke NARA.

PRAMA
Saya hanya nggak mau kamu sakit. Minum dulu!

NARA sedikit membaik tapi hanya diam sambil memegang jus itu, saat Prama hendak melangkah pergi. NARA kembali bicara.

NARA
Mas, kata ibu...kalau Mas mau pulang, nggak apa-apa saya juga nggak masalah mas, kalau mas nggak tiap hari bisa nemanin saya.

Prama tak menjawab dan langsung meninggalkan Nara. Saat itu juga terdengar suara panggilan di hape Nara. Nara mengambil hapenya di saku jasnya, terlihat dari layar hape nomor tak dikenal. NARA bertanya-tanya, siapa yang meneleponnya?.

CUT TO:

INT. RESTORAN - AFTERNOON

Pelayan meletakkan 2 cangkir minuman dihadapan Nara dan mama Prama. NARA tersenyum tipis ke pelayan, terimakasih. Mama Prama berucap dalam hatinya, sambil memandang NARA dihadapannya.

MAMA PRAMA (V.O.)
Dia cantik, masih gadis, kenapa dia mau memutuskan menikah dengan Prama?
MAMA PRAMA
Saya khawatir keputusan kalian ini, terlalu terburu-buru. Apalagi...maaf, kamu sebelumnya belum pernah berumah tangga, bagaimana mungkin kamu bisa menerima anak saya. Berumah tangga itu nggak gampang seperti pacaran, berat menjalaninya, apalagi Prama statusnya bukan sendri...
NARA
Saya tahu tante, sampai hari saja saya masih berat menerima takdir saya. Tapi tante nggak usah khawatir saya akan berusaha nggak akan ngelakuin kesalahan lagi.

Mama Prama mencicipi minumannya, sambil kembali bicara.

MAMA PRAMA
Isrti Prama belum tahu kalau kalian sudah menikah. Saya takut semuanya akan terbongkar.
NARA
Iya, saya sebenarnya juga merasa bersalah kalau seandainya istri mas Prama tahu. Karena sekuat apapun kami menyembunyikan pasti akan terbongkar. Tapi saya sudah ikhlas tante, kalau saya nggak terlalu diprioritaskan mas Prama, karena memang bukan saya yang pertama membangun rumah tangga bersama mas Prama.
MAMA PRAMA (V.O.)
Sungguh mulia hati mu nak, maaf Prama telah merenggut masa depan kamu. Saya berharap kamulah pasangan Prama sebenarnya.
MAMA PRAMA
Minum dulu, maaf saya terlalu khawatir dengan semua ini.

NARA lalu mencicipi minumannya.

MAMA PRAMA
Terus, apa rencana kalian kedepannya?
NARA
Mas Prama lagi cari rumah untuk kita. Mungkin nggak lama lagi kita pindah ke rumah baru. Walaupun saya belum paham mengurus rumah tangga, pelan-pelan saya akan belajar mengurus semuanya.
MAMA PRAMA (V.O.)
Nara benar-benar beda dengan Seren, Walaupun belum pernah berumahtangga tapi tahu arti berumahtangga yang sebenarnya. Harus saling bersama.
MAMA PRAMA
Mulai sekarang kamu nggak usah manggil saya tante. Kamu bisa manggil saya mama.
NARA
Mama?
MAMA PRAMA
Iya.

NARA tersenyum. Begitupun mama Prama tersenyum terharu menatap NARA.

 

CUT TO:

INT. RUMAH PRAMA, RUANG TENGAH - NIGHT

Ruang tengah terlihat gelap, hanya ada cahaya dari lampu bedside. Nampak Prama tertidur di sofa ruang tengah. Beberapa saat kemudian nampak Seren baru pulang dari kerja, langkahnya tertahan melihat Prama. Seren kemudian membenarkan selimut Prama dan sesaat memandang Prama yang tengah tertidur. Saat itu juga terdengar suara notifikasi masuk di hape Prama yang tergeletak di atas meja. Seren membuka pesan masuk di hape Prama. Seren terperangah. Terlihat dari hape pesan Dari NARA, layar pesan menampilkan paling atas tertulis pesan dari Prama "Kamu udah tidur?" Dan dibawahnya baru di balas NARA tertulis "belum".

Seren bertanya-tanya dalam hati siapa NARA?. Saat itu juga tampak Prama bergerak lalu perlahan membuka matanya.

PRAMA
(bicara dengan suara berat)
Tumben kamu pulang...?

Seren kaget dan segera kembali meletakan hape Prama di atas meja.

SEREN
Aku bersih-bersih dulu.

Seren kemudian berjalan meninggalkan ruang tengah. Prama langsung mengambil hapenya.

CUT TO:

INT. KAMAR NARA - NIGHT

Dengan cahaya ruang kamar bedside lamp dari atas meja kecil samping tempat tidur. Nara dengan mata merah habis menangis, terlihat melamun. Kali ini ia tengah berbaring di tempat tidur dengan posisi miring mengahadap ke lampu bedside itu.

FLASH BACK TO:

INT. KAMAR HOTEL - NIGHT

Prama duduk disamping NARA yang masih berbaring di tempat tidur, masih tak sadarkan diri, berkeringat, dan gelisah. Lalu tiba-tiba tangan kanan NARA reflek merangkul leher Prama sangat erat, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Prama. dan Prama langsung menyambut rangkulan NARA sangat erat.

FLASH TO:

INT. KAMAR NARA - NIGHT

NARA sesaat memejamkan matanya, terlihat takut.

NARA (V.O.)
Setiap malam, mimpi buruk itu selalu datang dan datang dalam benakku. Bagaimana aku bisa mengobati trauma bathin ini? Bahkan tidak ada yang tahu alasan sebenarnya aku menikahinya karena ingin melawan rasa takut ini.

Beberapa saat kemudian terdengar suara dering telepon dihapenya. NARA kaget dari lamunanya, lalu mengambil hapenya di atas meja kecil disampingya. Terlihat dari layar hape panggilan dari Prama. NARA terlihat ragu-ragu untuk mengangkatnya...tapi akhirnya NARA mengangkatnya.

NARA
Halo?
PRAMA (O.S.)
Maaf, sudah menganggu tidurmu...
NARA
Saya belum tidur mas.

 

INTERCUT TO:

EXT. RUMAH PRAMA, TAMAN BELAKANG - NIGHT

Prama berdiri di teras taman belakang. Bicara dengan Nara melalui via telepon.

PRAMA
Oh...Saya cuma mau ngasih tahu, tadi pemilik rumah mengabari, besok kita bisa melihat rumahnya. Kalau suratnya sudah beres kita bisa langsung pindah ke sana.
NARA (O.S.)
Ya mas.

CUT TO:

INT. RUMAH PRAMA, RUANG MAKAN - NIGHT

Seren berjalan hendak menuju dapur. Tiba-tiba langkahnya tertahan, tak sengaja pandanganya terarah ke jendela yang menghadap taman belakang. Seren terkesima memandang bayangan Prama yang terlihat berbicara melalui via telepon. Seren berjalan mendekat ke jendela dan semakin tertegun mendengar ucapan Prama.

PRAMA
Sebaiknya kamu istirahat...sudah malam...

Seren semakin penasaran dan bertanya-tanya dalam hati "Siapa yang ditelepon Prama semalam ini?".

CUT TO:

INT. RUMAH PRAMA, RUANG MAKAN - MORNING

Establish : Rumah Prama terlihat dari luar.

Prama (Sudah mengenakan baju rapih) terlihat tak antusias menikmati sarapan pagi. Seren sudah rapih berjalan mendekat ke meja makan, sambil terlihat berbicara melalui telepon.

SEREN (PHONE)
Iya, sudah saya kirim semuanya ke panjahit. minggu depan selesai.

Seren duduk berhadapan dengan Prama.

SEREN (PHONE)
Ini saya mau ke butik. Ya udah dulu ya...bye.

Seren menutup telepon. Lalu meliik ke Prama, yang terlihat tak bersemangat.

SEREN
Kamu kelihatan aneh akhir-akhir ini...aku jadi penasaran, jangan-jangan....

Ucapan Seren terpotong oleh ucapan Prama.

PRAMA
(Meninggi)
Saya yang aneh, apa kamu yang nggak pernah peduli dengan saya. Makanya nggak paham apa yang saya inginkan, apa yang saya pikirkan...
SEREN
Kok kamu gitu sih ngomongnya yank. Kamu marah iya gara-gara aku nggak pernah pulang...?

Prama tak menjawab. Wajanya terlihat bete.

SEREN
(Emosional)
Oke Kalau gitu...mulai hari ini aku nggak mau ngurus butik lagi.Sekalian aja di jual butiknya, percuma kayaknya dari dulu kamu nggak pernah suka sama kerjaan aku.

Prama mengehela nafas, terlihat wajahnya memerah menahan amarah.

PRAMA
Emang aku pernah membatasi karirmu?
SEREN
Nggak...
PRAMA
Terus kenapa kamu ngomong gitu....?
SEREN
(Agak takut)
Ya, maaf...
PRAMA
Nggak banyak kok tuntutanku. Cukup Kia yang harus kamu peduliin..
SEREN
(Panas)
Kianya nggak masalah tinggal sama mama, kamu aja yang jadi masalah. Jangan-jangan ini alasan kamu doang yang mau ninggalin aku dari dulu. Ingat ya, sampai kapanpun aku nggak mau pisah ama kamu....aku tuh cinta, sayang sama kamu...kamu aja yang nggak paham ama aku.

Prama semakin kesal.

PRAMA
Terserah deh....

Prama lalu melepaskan garpu ditanganya, lalu meraih tasnya dan bergegas meninggalkan meja makan. Dan Seren terlihat sangat kesal memandang Prama dari jauh.

CUT TO:

INT. BUTIK, RUANG KERJA - DAY

Seren duduk di ruang kerja, mendesain sketsa gaun rancangannya. Tapi tak bisa berkosentarasi. Kemudian mengambil hapenya mencoba menghubungi Prama beberapa kali tapi tak ada jawaban. Seren lalu menulis pesan ke Prama.

SEREN (V.O.)
(Menulis pesan di hape)
Sayang, Kamu masih marah iya sama aku?, Please maafin aku?

Seren lalu mengirim pesan itu ke Prama.

CUT TO:

INT. KANTOR, RUANG KARYAWAN - AFTERNOON

Ruang kantor sudah semakin sepi. Hanya ada beberapa karyawan yang terlihat bersiap-siap hendak pulang. Sementara Nara terlihat masih fokus mengerjakan sesuatu di komputer yang menyala dihadapannya. Beberapa saat kemudian terdengar suara notifikasi pesan masuk di hepe Nara. Nara mengambil hape yang tergeletak dihadapannya. Membuka dan membaca pesan itu yang ternyata dari Prama. Yang tertulis : "Udah siap?".

Saat itu juga dari belakang tampak 2 orang karyawan peremupuan hendak pulang, menyapa Nara.

KARYAWAN
Nar...kita duluan iya?

Nara agak kaget dan langsung meletakkan hapenya kembali.

NARA
O..Ya. hati-hati ya...

Nara langsung bersiap-siap, mematikan komputer dan menyusun barang-barangya. Prama terlihat keluar dari ruanganya, sesaat menahan langkah memandang Nara dari kejauhan. Pandangan Nara tak sengaja juga terarah ke Prama. Keduanya sesaat saling berpandangan, tersenyum tipis. Prama lalu meneruskan langkah meninggalkan ruang kantor.

CUT TO:

EXT. JALANAN - AFTERNOON

Lingkungan sekitar terlihat hujan. Mobil Prama terlihat terparkir di pinggiran jalan agak jauh dari kantor. Di dalam mobil Prama duduk di bangku pengemudi sambil sesekali melirik ke arah sekitaran jalan melalui kaca mobil depan, seperti tak sabar menunggu Nara. Beberapa saat kemudian dari kaca mobil terlihat Nara setengah berlari, sambil melindungi kepalannya dengan tasnya. Lalu berdiri di pinggiran jalan, sambil mengelap tubuhnya yang basah. Prama terkesima dan memandang Nara tanpa berkedip. Lalu tersadar dari lamunannya dan bergegas keluar dari mobil, mendekati Nara, sambil membawa jacket dan langsung melindungi kepala Nara dengan jacketnya. Nara terperangah dan keduanya sesaat saling menatap tanpa berkedip dan sangat dekat.

PRAMA
(Tersenyum)
Ayok!!!

NARA tersenyum tipis, lalu keduanya setengah berlari menuju mobil, dengan tangan Prama memegang jacket melindungi kepala mereka.

Insert: Dari belakang, agak jauh dari mobil Prama, terlihat Seren memakai payung berdiri di samping mobilnya, terkesima dan kecewa.

Nara dan Prama masuk ke dalam mobil. Mobil Prama perlahan melaju. Seren tanpa sadar seketika melepaskan payungnya. Tubuh Seren basah kuyup, pandangannya masih terfokus pada mobil Prama yang kian menjauh, sangat syok pada apa yang ia lihat.

CUT TO:

INT. MOBIL PRAMA - AFTERNOON

Prama mengemudi sambil tersenyum menoleh sekilas ke arah Nara. Nara terlihat menatap pemandangan luar dari kaca mobil disampingnya. Tidak ada pembicaraan di antara mereka.

CUT TO:

INT. BUTIK - AFTERNOON

Seren dengan pakaian masih basah dan terlihat depresif, memasuki ruang butiknya. Seorang karyawan terlihat menyapanya tapi tak diubrisnya. Seren terus berjalan memasuki ruang kerjanya dengan tatapan kosong. Lalu menahan langkah dan menatap lama foto ia bersama Prama yang tergeletak di atas meja kerjanya. Air matanya mulai menetes.

SEREN
Jadi ini alasannya. Kenapa dari dulu kamu pengen banget mengakhiri pernikahan kita... Karena perempuan itu.

Mata Seren seketika merah, emosinya semakin meluap. Lalu bergegas meraih foto itu dan seketika melemparnya ke lantai sambil berteriak.

Beberepa karyawan di ruang butik terlihat panik dan takut mendengar amukan Seren.

Seren semakin terlihat tidak bisa mengontrol emosinya, membuang semua berkas-berkasnya dan semua yang di atas meja ke lantai, termasuk gelas sambil menjerit histeris. Wajah Seren terlihat sangat kacau dan berantakan sambil menangis histeris.

CUT TO:

EXT. HALAMAN RUMAH - NIGHT

Nara dan Prama terlihat mengobrol dengan seorang laki-laki penjual rumah, berumur 38 tahun di depan sebuah mobil.

PENJUAL RUMAH
Rumahnya cocok untuk kalian berdua. Nuansanya adem buat pengantin baru yang lagi kasmaran kayak kalian berdua. 

Nara tertegun. Prama hanya tersenyum sambil bicara.

PRAMA
Makasih banyak.
PENJUAL RUMAH
Sama-sama. Kalau gitu saya permisi dulu.

Penjual rumah lalu masuk ke dalam mobilnya, menyapa NARA dan Prama kembali dari jendela mobil sebelum kemudian melajukan mobilnya.

PRAMA
(Mengajak NARA)
Kita juga pulang sekarang, yuk...!!!

Prama melangkah hendak menuju mobilnya. Tapi NARA terdiam seperti memikirkan sesuatu.

PRAMA
Ada apa?
NARA
Mmmm....
PRAMA
Kamu tenang aja, malam ini aku nggak ikut pulang kok, cuma ngantar kamu doang. Habis itu aku pulang. Aku nggak akan merusak ketenangan kamu.

Nara tersenyum pahit. Lalu melangkah menuju mobil, disusul Prama.

CUT TO:

EXT. RUMAH ORANG TUA PRAMA, TAMAN BELAKANG - MORNING

Mama Prama bicara di telepon dengan Prama di kursi meja santai halaman belakang. Sambil menikmati secangkir teh.

MAMA PRAMA
Mama cuma bilang ke Nara, kalau mama khawatir gimana kelanjutan pernikahan kalian. Terus terang mama juga takut kalau Seren tahu.

Di latar belakang tampak papa Prama berjalan mendekat, tertegun mendengar pembicaraan istrinya di telepon.

INTERCUT TO:

INT. MOBIL PRAMA - MORNING

Prama menyetir mobil, sambil bicara dengan mamanya via telepon.

PRAMA
Seren juga bakal tahu nanti ma, tapi saya akan mempertahankan Nara, itu kesepakatan kami dari awal sebelum memutuskan menikah. Mau apapun yang terjadi kami tetap menjalaninya.
MAMA PRAMA (O.S.)
Ya... kalau boleh jujur, mama juga lebih suka Nara dari pada Seren. Tapi Apa kamu yakin bisa melindungi Nara dari Seren? Secara kan Seren orangya keras.

INTERCUT TO:

EXT. RUMAH PRAMA, TAMAN BELAKANG - MORNING

Wajah papa Prama terlihat memerah menahan amarah, berdiri di belakang istrinya.

PRAMA (O.S.)
Tenang aja ma. Besok juga kami udah pindah ke rumah baru, saya bakal banyak sama Nara di rumah itu, demi melindungi Nara. Lagian kami satu kantor juga ma.

Papa Prama lalu berdiri di depan istrinya dan bicara emosional.

PAPA PRAMA
(Meninggi)
Bagus...Kamu seorang ibu tapi mendukung anak kamu sendiri berselingkuh..

Mama Prama Kaget dan langsung menutup telepon.

PAPA PRAMA
Jadi diam-diam...mama menemui wanita itu?

Mama Prama hanya mengangguk, sedikit menunduk, takut dan khawatir.

PAPA PRAMA
Nggak ada dalam sejarah keluraga kita orang punya istri dua apalagi sampai selingkuh. Saya yakin itu semua karena rayuan gadis itu. Prama nggak mungkin jatuh cinta pada wanita lain selain Seren. Seren itu sempurna cantik, nggak ada yang ngalahin dia.
MAMA PRAMA
Dia jauh lebih baik dari Seren. sopan, paham posisinya sebagai istri. Papa aja yang nggak mau kenal sama dia.
PAPA PRAMA
Logikanya kalau memang dia gadis baik-baik, nggak mungkin dia mau menggoda suami orang.
MAMA PRAMA
Siapa bilang dia wanita penggoda, dari wajahnya aja polos.
PAPA PRAMA
Wajah bisa saja terlihat polos, tapi hatinya licik. Itu makanya Prama tertipu.
MAMA PRAMA
Terserah papa mau nilainya gimana, yang jelas mama tetap menganggap Nara menantu mama.

Mama Prama bergegas meninggalkan papa Prama dengan wajah kesal. Papa Prama geleng-geleng kepala, tak terima dengan keputusan istrinya.

CUT TO:

INT. LOBBI KANTOR - MORNING

Nara berjalan tanpa bersemangat di antara karyawan-karyawan yang berjalan. Beberapa saat kemudian di latar belakang dari kajauhan tampak Seren memasuki lobbi dan setengah berlari mengikuti Nara, mendekat dan seketika menarik kasar tangan Nara. Nara kaget dan menoleh. Seren dengan wajah memerah menahan amarah menatap tajam Nara.

SEREN
(Emosional)
Dasar wanita berengsek...

Seren seketika langsung melayangkan tanganya ke pipi NARA. Nara syok dan terjungkal ke lantai. Semua orang-orang yang berjalan di lobbi kaget dan syok

SEREN
(Berteriak)
Kurang hajar...Dasar pelakor kamu, nggak punya harga diri...

Nara menangis, sembil mengusap pipinya. Seren kembali menyerang Nara.

SEREN
(Berteriak sambil menangis)
Berani-beraninya kamu selingkuh sama suami saya...

Seren lalu memukul-mukul kasar Nara. Nara terlihat kesakitan.

SEREN
Dasar wanita gila...Berengsek!!!...Berengsek!

Saat itu juga terlihat Prama memasuki lobbi, sangat syok langsung berlari mendekat. Menarik tangan Seren yang menjambak-jambak rambut Nara.

PRAMA
(Berteriak menahan tubuh Heren)
Seren...
SEREN
(Menarik-narik tubuhnya dari Prama)
Lepasin!!!...Lepasin!

Beberapa orang terlihat mengeluarkan hape, memotret.

PRAMA
Seren...cukup....Seren....
SEREN
Dasar Pelakor...Brengsek...Brengsek....

Seren berhasil melepaskan tubuhnya dari Prama, lalu hendak menampar NARA kembali, tapi langsung ditahan oleh Prama. Prama kelihatan marah sekali, lalu bicara dengan nada tinggi.

PRAMA
Cukup Seren...Nara itu istri saya...
SEREN
(Syok)
Apa kamu bilag, istri?
PRAMA
Iya. Saya dan NARA sudah menikah.

Seren semakin syok, lalu hendak menghajar Nara kembali. Tapi Prama langsung menarik tubuh Seren menjauh dari NARA dan membawanya ke luar kantor.

SEREN
(Berteriak sambil menangis)
Kuranghajar....Gue bunuh lo...wanita pezina...

Nara terduduk lemas, sambil menangis.

NARA (V.O.)
Semua wanita di dunia ini tidak ada yang mau dipanggil pelakor. Kalau aku bisa mengubah takdirku, mungkin aku tidak akan memilih jalan yang salah ini...

Nara tertunduk dan semakin menangis, Beberapa orang tampak meninggalkan tempat ini.

CUT TO:

INT. KANTOR, RUANG KARYAWAN - MORNING

Tari dan Nadya terlihat fokus melihat video Nara yang di pukul oleh Seren, sambil berdiri di meja kerja.

TARI
(Kaget)
Ini benaran Nara?
NADYA
Iya, tadi heboh benget di lobbi kita aja yang nggak tahu.
TARI
Tapi...Kok dia mau selingkuh ama mas Prama?
NADYA
Lebih dari selingkuh, udah nikah katanya.
TARI
Serius? Berarti Pelakor benaran dong.

Saat itu juga terlihat Nara berjalan tampak depresif dan kacau, melewati mereka menuju meja kerjanya. Beberapa karyawan melirik-lirik ke Nara dan berbisik-bisik. Nadya dan Tari kaget dan langsung menyimpan hape. Nara mengambil tas di mejanya, lalu meninggalkan ruangan.

CUT TO:

INT. KAFE - DAY

Nara dan Tiran terlihat duduk berhadapan di suatu sudut. 2 jus ada dihadapan mereka. Nara tampak menangis.

TIRAN
Apa yang lo lakuin sama Prama itu tetap aja namanya selingkuh di mata orang. Walaupun kalian sebenarnya terpaksa.
NARA
(Bicara terisak)
Gue benar-benar nggak tahu harus gimana, ibu sama bapak udah terlanjur kecewa. Makanya, gue memutuskan menikah sama mas Prama. Daniel juga sudah tahu, dia mutusin gue karena nggak terima.
TIRAN
Nar, harusnya elo jangan buru-buru ngambil keputusan... Apa karena lo hamil?

Nara menggeleng.

TIRAN
Terus...Kenapa lo mau nikah ama Prama?
NARA
Gue cuma nggak mau lihat ibu, bapak gue sedih karena gue udah cacat, nggak ada yang mau sama gue lagi, apalagi jadi istri.
TIRAN
Masalah perawan apa nggak, itu sudah menjadi rahasia umum. Apalagi sekarang, banyak mungkin orang-orang yang nggak perawan lagi. Tapi mereka tetap menikah pada pilihan mereka. Mereka nggak mau mengorbankan diri mereka lagi.
NARA
Bagi gue itu kesalahan besar, dosa ke allah, orangtua gue, diri gue, dan orang-orang terdekat gue. Gue juga udah dosa sama keluarga Prama, termasuk istrinya.
TIRAN
Nar lo nggak salah, itu cuma kesalahan yang nggak disengaja. Gue nggak mau lo nyalahin diri lo apalagi sampai mengorbankan kebahagian lo. Masih ada kesempatan Nar, tinggalin Prama...!!!
NARA
Kayakya udah nggak ada kesempatan lagi. Ini hukuman yang harus gue terima. Mau nggak mau gue harus jalanin.

Nara menitikkan air matanya, pasrah.

CUT TO:

INT. RUMAH PRAMA, RUANG TENGAH - NIGHT

Di ruang tengah Prama dengan mata memerah menahan marah berdiri membelakangi Seren. Seren memegang erat pergelangan tangan Prama, mencegah Prama hendak pergi. Prama bicara dengan nada datar.

PRAMA
Untuk kali ini tolong jangan ditolak lagi...Aku mau kita pisah.

Seren melepaskan pengangannya pada tangan Prama, matanya terlihat memerah menahan amarah.

SEREN
(Meninggi)
Aku nggak mau. Sampai kapanpun aku nggak mau pisah ama kamu.

Prama menoleh dan bicara dengan nada tinggi.

PRAMA
Kita itu udah nggak cocok dari dulu. Kamu aja yang masih pengen bertahan.
SEREN
(Emosional)
Pokoknya aku nggak setuju...Kamu yang harus pisah sama wanita kotor itu. Hubungan kalian menjijikkan tahu nggak?
PRAMA
Cukup...dia bukan wanita kotor...dia istri saya sekarang.
SEREN
Kita menikah udah hampir tiga tahun, saya yang istri kamu dari awal bukan dia seorang pelakor.

Prama mengehela nafas dan terlihat sangat marah.

PRAMA
Kita memang suami istri dari awal. Tapi apa kamu sadar hak kita sebagai suami istri selama ini nggak pernah kamu penuhi. Kamu sibuk kerja...kerja...kerja. Apa kamu pikir aku ini suami yang hanya pelengkap... atau hanya teman kamu. Dari awal saya selalu bilang ayok kita bangun rumah tangga layaknya suami istri, tapi kamu nggak pernah mau merubah diri. Selalu bilang cinta, sayang tapi kewajiban kamu sendiri sebagai istri nggak pernah kamu penuhi.
SEREN
(Suara meninggi)
Oh.. Jadi itu maunya kamu..
(Menarik Paksa tangan Prama)
Ayookk...kita penuhi sekarang hak kita....Ayok...

Prama melepas kasar tangan Seren.

PRAMA
Aku nggak butuh lagi...Lebih baik kamu fokus ama kerjaan kamu, karirmu, impianmu. Itu kan yang maunya kamu...?

Seren tak menjawab, cuma menangis. Prama kemudian benar-benar meninggalkan Seren. Beberapa saat kemudian Seren berlari ke balkon rumah pandangannya terarah ke mobil Prama di halaman rumah yang semakin menjauh. Seren semakin menangis.

CUT TO:

INT. RUMAH PRAMA, NARA - NIGHT

NARA dengan mata merah habis menangis, duduk di sofa ruang tamu, sambil terlihat melamun. Penampilannya kelihatan agak berantakkan dan kusut. Ruangan terlihat gelap, hanya ada cahaya dari lampu bedside. Beberapa saat kemudian terdengar suara kunci pintu di buka...tampak kemudian Prama berjalan masuk, lalu menyalakan lampu ruangan. Prama agak tertegun melihat Nara ada di rumah. Nara tersadar dari lamunannya dan segera menyapa Prama. Nara berusaha untuk tetap baik-baik saja di hadapan Prama.

NARA
Mas...Udah pulang?

Prama menatap Nara tanpa berkedip, masih tak percaya Nara ada dihadapannya. Dan hanya mampu berkata sepatah kata.

PRAMA
Udah...

Nara lalu mengambil jas dan tas di tangan Prama. Prama semakin terperagah dengan perlakuan Nara.

NARA
(Bicara lembut)
Mas...udah makan?...Apa mau aku siapin makan malam?

Prama seketika merasa berdebar-debar.

PRAMA
...Mmmmm...Nggak Usah..mas udah makan...kamu istirahat aja...

Tanpa bicara Nara bergegas meninggalkan Prama hendak menuju lantai atas. Prama tanpa berkedip memandang NARA dari belakang. Tiba-tiba Nara menahan langkah, menoleh dan bicara serius.

NARA
Mulai sekarang...sesuai omongan aku di awal. Aku akan menjalani kehidupan layaknya istri, aku nggak mau kita dosa lagi karena nggak tinggal bareng sebagai suami istri.

Prama tertegun dan Nara kembali meneruskan langkah, sambil terlihat menitikkan air matanya menuju lantai atas.

CUT TO:

INT. KAMAR MANDI - NIGHT

Keran air yang ada di wastafel terlihat menyala. Tampak kemudian Nara duduk memeluk lututnya sambil menangis di balik pintu kamar mandi.

NARA (V.O.)
Aku merasa dunia semakin menghukumku. Membiarkan aku tersesat pada jalan yang kupilih...Tuhan...jika ini jalan untuk menembus dosaku, tolong jangan hukum aku lagi....

Prama yang hendak mengetuk pintu kamar mandi, seketika menarik tanganya kembali, mendengar tangisan Nara di dalam. Ia terlihat sangat merasa bersalah.

Nara semakin menangis sambil menutup mulutnya menahan isakannya.

CUT TO:

INT. RUANG MANAJER - DAY

Establish : Kantor terlihat dari luar.

Nara, Prama, dan Pak Hendri, duduk di sofa ruang manajer. Kelihatannya berlangsung pembicaraan serius di antara mereka.

PAK HENDRI
Apa yang kalian lakukan itu memang salah, merusak imege kalian di kantor ini. Jujur orang-orang di kantor memaksa saya untuk segera mengeluarkan kalian...tapi saya juga nggak bisa asal main pecat ... apalagi prestasi kalian sangat banyak demi kemajuan kantor ini.
PRAMA
Saya dan Istri saya benar-benar minta maaf pak. ini semua sudah terjadi, kami juga nggak mungkin harus mengakhiri pernikahan kami. Kalau memang harus di pecat saya siap pak...
PAK HENDRI
Kalau menurut saya lebih baik kamu terima saja usulan saya yang awal, pindah ke cabang kantor kita di Bandung. Dan kamu NARA kamu tetap disini, sesuai posisimu kepala Karyawan.

Nara sangat merasa tak enak.

NARA
Iya, pak. Terima kasih...Saya benar-benar minta maaf...

CUT TO:

INT. KANTIN KANTOR - DAY

Beberapa karyawan terlihat menikamti makan siang mereka. Sementara di meja paling depan tampak Nadya, Tary, dan Dita makan/minum sambil ngobrol.

DITA
Benar kan yang gue lihat waktu kita di Bali. Nara memang keluar dari kamar Prama subuh-subuh gitu.
NADYA
Pemampilannya baik, sopan, panutan lagi di kantor, taunya pelakor.

Semua tertawa.

TARI
Eh...Btw gimana kelanjutan mereka di kantor ini?
NADYA
Gak jadi di pecat, Prama yang pindah ke Bandung.
TARI
Kalau Nara?
NADYA
Iya masih disini, sama kita. Katanya nggak ada yang bisa gantiin dia sebagai kepala Karyawan.

Saat itu juga dari jauh terlihat Nara memasuki kantin. Tari, Nadya, dan Dita saling berpandangan dan Nadya mengangkat-angkat alisnya.

Nara duduk sendiri di kursi meja sudut ruangan. Matanya melirik sekitaran, orang-orang terlihat asyik mengobrol di meja mereka masing-masing, ada rasa sesak di dada NARA dan terpukul karena orang-orang menjauhinya.

NARA (V.O.)
Dan inilah bagian hukuman yang aku terima. Dulu aku pernah di hargai semua orang. Tapi karena satu kesalahan, semua kebaikan ku lenyap, musnah karena kebencian orang-orang pada dosaku...

NARA terlihat menitikkan air matanya.

CUT TO:

INT. RUMAH NARA, PRAMA - MORNING

Prama menikmati sarapan, sambil melirik ke arah NARA yang terlihat fokus mencuci gelas di wastafel dapur. Keduanya sama-sama kehilangan bahan pembicaraan. Beberapa saat kemudian Nara mengambil jus di kulkas, lalu membawanya ke hadapan Prama, menuangkannya ke gelas. Sampai Prama berinisiatif bicara.

PRAMA
Nanti kalau pekerjaan udah beres, aku akan balik ke Jakarta lagi sore.
NARA
Jangan terlalu dipaksain mas, kamu nggak harus bolak balik Jakarta Bandung tiap hari demi aku. Aku nggak apa-apa kok sendiri di rumah.

NARA kembali berjalan ke dapur, merapikan peralatan dapur.

PRAMA
Saya khawatir, Seren menemui kamu lagi...
NARA
Aku bisa jaga diri mas. Lagian wajar kalau Seren marah.
(Menahan sedih)
Saya memang salah.
PRAMA
Nar, tolong jangan salahin diri kamu lagi, Saya yang harusnya disalahkan, bukan kamu.

Mata NARA terlihat digenangi air mata, tapi berusaha di tahannya. Nara melirik ke jam dinding menunjukkan pukul 05.50.

NARA
Mas...udah hampir jam 6 nanti telat...Aku juga mau siap-siap ke kantor..
PRAMA
Iya...

Prama lalu bersiap-siap dan meninggalkan meja makan. Prama sesaat melirik ke arah NARA yang terlihat fokus dengan kerjaannya. NARA menitikkan air matanya. 

PRAMA
Aku berangkat dulu...

NARA tak menjawab, berat bagi Nara untuk menoleh ke Prama yang berjalan pergi. Beberapa saat kemudian terdengar nada telepon di hepenya. Nara bergegas mengambil hapenya di meja makan. Terlihat dari layar hape panggilan dari mama Prama.

CUT TO:

EXT. RUMAH PRAMA - DAY

Sebuah mobil hitam meluncur dan berhenti di depan rumah. Tampak kemudian Nara keluar dari mobil hitam itu sambil membawa sekeranjang buah-buahan ditangannya. Saat itu juga dilatar belakang tampak mama Prama sudah berdiri dan tersenyum menyapanya.

MAMA PRAMA
Ayo... masuk!

NARA tertegun melihat mama Prama berdiri dihadapannya. Lalu mencium tangan mama Prama.

NARA
Apa kabar ma?
MAMA PRAMA
Baik. Kamu sendiri gimana?

Keduanya kemudian berjalan menuju teras rumah, sambil mengobrol.

NARA
Baik juga ma...Oya mas Prama udah pindah kerja ke Bandung.
MAMA PRAMA
Iya, kemarin dia nelepon mama ngasih tahu, mama juga minta dia jangan terlalu fokus disana. Kasian kamu sendiri di Jakarta.

Keduanya saat ini tiba di pintu masuk.

CUT TO:

INT. RUMAH ORANG TUA PRAMA, RUANG TAMU - DAY

Papa Prama sudah berdiri di ruang tamu, sambil melirik ke arah Nara.

MAMA PRAMA
Ini Nara pa...

Nara langsung mencium tangan papa Prama.

NARA
Papa sehat?

Papa Nara tertegun dengan sifat Nara sangat sopan. Papa Prama hanya mengangguk dan terlihat wajahya sangat dingin. Lalu duduk di sofa disusul mama Prama dan Nara.

PAPA PRAMA (V.O.)
Dia memang sopan, wajahnya memang tidak kelihatan menyimpan kejahatan. Kayaknya dia juga orang berpindidikan.
NARA
...maaf saya nggak sempat beli apa-apa, pulang kantor langsung kesini.
(Memberikan buah-buahan)
Cuma ini pa, ma...
MAMA PRAMA
Nggak usah repot-repot sayang, sudah datang aja mama senang banget. Lagian di rumah juga banyak buah. Kok di bawain segala.
NARA
Nggak apa-apa ma. Lagian toko buahnya dekat kok dari kantor Nara.

Asisten rumah tangga meletakkan 3 cangkir teh dihadapan mereka dan sepiring buah-buahan yang sudah dipotong lengkap dengan 3 piring kecil dan garpu.

MAMA PRAMA
Baru ngomongin buah. Eh.... buahnya langsung datang benaran.

Nara tertawa pendek. Kemudian ia mengambil piring kecil itu dan meletakannya di hadapan papa Prama, lalu manaruh potongan buah itu ke pring.

PAPA PRAMA
(Agak salah tingkah)
Terima kasih...

Nara lalu meletakkan piring kecil ke hadapan mama Prama juga.

NARA
Ma, Pa kalau lagi nggak sibuk. Kapan-kapan makan bareng di rumah kami. Nanti saya juga akan mengundang orangtua saya.
MAMA PRAMA
Iya sayang...Ngomong-ngomong gimana rumah baru kalian?
NARA
Iya...mau nggak mau harus betah ma. Tapi kita jarang di rumah juga, apalagi mas Prama lebih banyak di Bandung.

Papa Prama menyuapi potongan buah dimulutnya, sambil bicara.

PAPA PRAMA
Apa kamu nggak masalah kalau sering di tinggal Prama kerja?
NARA
Nggak pa. Justru saya juga mendukung kerjaan mas Prama, soalnya mas Prama kayaknya menikamti banget posisinya yang sekarang di Bandung.
PAPA PRAMA (V.O.)
Dia juga sangat pengertian. Pantas Prama lebih memilih Nara.
MAMA PRAMA
Prama memang dari dulu pengenya kerja disana. Tapi Seren yang dari dulu nggak pernah setuju kalau Prama pindah kerja.
Kemarin Seren jugga marah banget ke kita. Katanya kita yang mendukung hubungan kalian. Padahal...
NARA
(Sedih)
Pa, Ma Saya minta maaf, karena gara-gara kesalahan kami...Seren jadi nyalahin kalian juga....Sebenarnya saya sudah minta mas Prama lebih banyak tinggal sama Seren tapi mas Prama selalu menolak.
MAMA PRAMA
Nggak ada yang salah disini. Kalian juga nggak salah. Seren aja yang ngak tahu diri. Lagian percuma juga tinggal bareng, orangnya ambisi banget sama kerjaan, gimana Prama nggak betah hidup sama Seren.
PAPA PRAMA
Sebenarnya Prama sudah lama ingin pisah sama Seren. Tapi Serennya yang nggak mau, dia selalu bilang sangat mencintai Prama. Makanya dulu kami tidak setuju Prama pisah sama Seren.
MAMA PRAMA
Tapi kamu nggak usah khawatir, Prama dan Seren memang jarang tinggal bareng dari dulu.
NARA
(Menahan sedih)
Nggak apa-apa juga ma, kalau seandainya mas Prama tinggal sama Seren, saya nggak masalah di rumah sendiri. Mas Prama dari awal memang milik Seren...
(Merendah)
saya aja yang nggak tahu diri...

Wajah NARA terlihat sedih. Papa Prama lalu mengalihkan pembicaraan.

PAPA PRAMA
Saya udah lapar kita makan siang dulu. Keasyikkan ngobrol dari tadi.
NARA
Kalau gitu saya permisi dulu ma, pa.
MAMA PRAMA
(Menarik tangan NARA)
Jangan...kamu harus makan disini nak. Baru boleh pulang.
NARA
Tapi ma...
MAMA PRAMA
Nggak ada tapi tapi...Ayok!.

Mama Prama menarik tanan Nara. NARA tersenyum terharu .

CUT TO:

INT. KANTOR PRAMA - DAY

Prama terlihat berbicara dengan seseorang di ruang kerjannya melalui via telepon. Beberapa saat kemudian pintu terbuka mendadak. Dibuka dari luar oleh Seren, yang mukanya memerah menahan amarah, sambil membawa lembaran surat ditanganya. Beberapa Karyawan terlihat melirik ke arah Seren.

SEREN
(Merobek surat itu)
Mau sampai kapanpun aku nggak mau cerai sama kamu.

Wajah Prama terlihat memerah menahan amarah, sambil berdiri dan bicara dengan suara tinggi.

PRAMA
Barani-beraninya kamu datang ke kesini... Tanpa ijin...
SEREN
(meninggi)
Emang aku harus ijin dulu, kamu itu masih suami aku. Ngapain aku kayak orang asing masuk kesini...Sekalian aja biar semua orang tahu aku istri kamu bukan pelakor itu.

Prama terlihat marah sekali, bicara datar.

PRAMA
Keluar...!

Seren mulai agak takut dan bicara lembut.

SEREN
Aku nggak mau...
PRAMA
(Berteriak)
Keluar.....!!!!

CUT TO:

INT. RUMAH, KAMAR - NIGHT

Nara terlihat mengerjakan sesuatu dilaptopnya, tapi tak bisa berkosentarasi, sambil sesekali melirik ke hapenya. Berharap Prama menghubunginya. kali ini ia duduk di kursi meja belajar. Beberapa saat kemudian hapenya berdering, tapi ternyata telepon dari ibunya. Nara terlihat agak kecewa, lalu mengangkat telepon ibunya. 

NARA
Halo, bu...
IBU NARA (O.S.)
Paket nya udah nyampe kan?

Nara mengambil beberapa strip pil KB dihadapannya.

NARA
Bu...untuk apa sih ibu harus ngirim ini segala?
IBU NARA (O.S.)
Ibu cuma khawatir, kalau kamu hamil gimana? Pernikahan kalian itu belum sah di mata hukum. Emang kamu nggak takut kalau punya anak? terus Prama tiba-tiba ninggalin kamu.
NARA
Tapi bu....
IBU NARA (O.S.)
Pokoknya ibu nggak mau tahu, kamu nggak boleh lupa, harus dimakan.
NARA
(Kesal)
Iya.

NARA menutup telepon. Mengehela nafas. Menatap pil KB itu ditanganya.

NARA
Gimana mau hamil... Mas Prama aja nggak berani nyentuh saya lagi.

Nara lalu menyimpan pil KB itu di dalam laci.

CUT TO:

Jam dinding menunjuk pukul 00.45...belakangan tampak Nara berbaring di tempat tidur dengan posisi terlentang, mencoba tidur dalam berbagai posisi, tapi tidak berhasil. Beberapa saat kemudian terdengar suara pintu kamar terbuka. NARA langsung memejamkan matanya, pura-pura tidur.

NARA (V.O.)

Ternyata mas Prama nggak bohong, benaran pulang...

Prama masuk ke dalam kamar, lalu berdiri di samping NARA. Tanganya perlahan hendak menyentuh pipi NARA. NARA memejamkan matanya semakin kuat terlihat agak takut. Prama kemudian menarik tanganya kembali dari pipi Nara, lalu berjalan ke meja belajar, meletakan tas dan membuka jam yang melilit ditanganya, sambil sekilas melirik ke arah NARA.

CUT TO:

INT. RUMAH - MORNING

Establish : Rumah terlihat dari luar.

Di ruang makan. Nara terlihat mempersiapkan cofe dan potongan roti di atas meja makan. Beberapa saat kemudian dilatar belakang tampak Prama berjalan dan mendekat, lalu duduk di meja makan. Nara mengoleskan selai, kemudian meletakannya di piring Prama.

PRAMA
Terima kasih...

Prama meminum kofe yang dibuatkan Nara, lalu kembali bicara.

PRAMA
Mmm...Kamu nggak keluar? Libur gini.
NARA
Nggak. Biasanya saya juga di rumah kalau libur....Mas kalau mau pergi nggak apa-apa?
PRAMA
Nggak lah kalau kamu di rumah saya juga di rumah. Nggak mungkin saya ninggalin kamu sendiri di rumah hari libur.

Nara seketika merasa berdebar-debar, tapi berusaha tetap tenang. Sambil menikmati sarapan.

PRAMA
Gimana...Kalau kita jalan?
NARA
Jalan bareng maksudnya?
PRAMA
Iya.

Nara tertegun. Semakin berdebar-debar.

CUT TO:

INT. MOBIL PRAMA - DAY

Prama terlihat mengemudi sambil sekilas melirik ke arah Nara. Nara terlihat menikmati pemandangan sekitaran jalan. Lalu menoleh ke Prama.

NARA
Kita mau kemana?
PRAMA
Enaknya kemana, taman, pantai, mall... atau mau ke gunung?

NARA tertawa kecil.

NARA
Masa mau pergi ke gunung.
PRAMA
Siapa tahu kamu punya jiwa petualang. Anak gunung.
NARA
Nggak lah. Masa cewek suka naik gunung...ada-ada aja mas.
PRAMA
Terus enaknya kita kemana?
NARA
Kalau ke pantai, gimana?
PRAMA
Boleh....

Nara terlihat tersenyum senang sambil menoleh ke arah jalan. Prama tersenyum melirik ke arah Nara

PRAMA
Kamu suka pantai?
NARA
Suka. aku tuh suka pantai dari dulu, kadang hampir seharian di pantai... Apalagi kalau lagi banyak masalah.
PRAMA
Emang pantai bisa dengarin curhat kamu?
NARA
Bisa...

Prama tertawa.

PRAMA
Gimana emangnya?
NARA
Aku merasa bebas aja kalau lagi di pantai. Semua pikiran bisa lepas.
PRAMA
O...ya?...Berarti kalau kita lagi galau mending ke pantai aja ya dari pada curhat ama teman.
NARA
Iya, pantai itu kayak teman. Dia bisa dengarin kita, cerita kita, terus....
(Seperti memikirkan sesuatu, senang)
.... apalagi ya....?

Prama tersenyum melihat keceriaan Nara.

CUT TO:

EXT. PANTAI - DAY

Sekilas pemandangan ombak di lautan lepas. Nara dan Prama berjalan santai di pinggiran pantai. Nara menghela nafas dan bicara.

NARA
Benar kan, rasanya bebas kalau berada di pantai.
PRAMA
(Tersenyum menoleh ke Nara)
Kamu happy?
NARA
Happy banget...Makasih iya mas...

Prama tersenyum. Mereka berhenti sambil memandang kedepan.

PRAMA
Kalau dilihat nggak ada ujungnya lautan...

Prama menunjuk ke kapal di tengah lautan.

PRAMA
Coba tebak kira-kira kapal itu mau berlabuh kemana? nggak kelihatan dimana tepian pantai disekitaran sana.
NARA
(Binggung)
Iya..iya..Kemana iya...?Kalau mau kesini kayaknya jauh banget.
PRAMA
Nggak jauh kalau pemilik kapalnya mau sabar mengarungi lautan. Walaupun ombaknya gede untuk nyampe kesini. Tapi itulah jalannya....
(Menoleh ke Rana)
Kayak Gitu hidup kita, walaupun kita nggak punya tujuan, binggung sama keadaan kita yang sekarang, tapi yakinlah kita akan menemukan titik yang kita mau.

Nara tertegun. Keduanya beberapa saat berpandangan dengan penuh persaan. Lalu...

PRAMA
Nar...boleh nanya nggak?
NARA
Boleh...Mau nanya apa?
PRAMA
Kamu...nyesal nggak ama keputusan kamu yang tiba-tiba harus hidup sama aku, orang yang benar-benar asing dalam hidup kamu?
NARA
(Sedih)
Aku nggak pernah nyesal, karena aku tahu hidup dikuasai takdir. Bagaimanapun aku menolak semuanya sudah digariskan. Hanya saja...sampai hari ini aku masih kepikiran gimana cara menghapus dosa itu?... Gimana agar semua orang bisa maafin kita...? ....Kalau mas sendiri gimana, nyesal?
PRAMA
Nggak...Malahan aku merasa manusia paling beruntung bisa kenal sama kamu. Perempuan yang benar-benar sempurna banget...Kalau boleh diberi pilihan, biar aku aja yang nanggung dosa kita berdua.

Nara tertegun, tak terasa air matanya menetes, terharu. Prama tersenyum tipis dan tanganya reflek menyentuh wajah Nara, menghapus air mata Nara, dan membelai pipi Nara. Kemudian menatap wajah Nara lama. Nara seketika merasa berdebar-debar, ada desiran dalam tubuhnya. Prama tiba-tiba mengecup bibir Nara. Nara tertegun merasa berdebar-debar. Prama menghentikan kecupanya, menatap wajah Nara sesaat, lalu mengecup kembali bibir Nara. Nara tak menolak dan langsung membalas kecupan bibir Prama.

NARA (V.O.)
Akankah duniaku yang gelap ini akan kembali terang bersamanya menuju cahaya itu...?

CUT TO:

INT. KAMAR HOTEL - NIGHT

Berawal dari lampu bedside yang menyala di atas meja kecil samping tempat tidur...Tampak Kemudian Nara tersandar di dinding sudut kamar, bibirnya tengah di kecup lembut oleh Prama.

NARA (V.O.)
Walaupun dunia menghukumku, membenciku dan menghujatku. Tapi hari ini aku benar-benar tidak bisa melepaskan pria yang ada dihadapan ku ini...

Prama perlahan melepaskan bibirnya. Lalu memegang tangan Nara dan Nara menyambut genggaman tangan Prama. Mereka kemudian berjalan pelan menuju tempat tidur.

Prama membaringkan tubuh Nara di atas ranjag tempat tidur, Nara sesaat menahan bidang dada Prama yang semakin mendekat ditubuhnya.

NARA (V.O.)
Dosa yang selama ini selalu membayang di pikiranku. Akhirnya terabaikan dalam satu malam...Dan kini aku melanggar hati nuraniku sendiri untuk tidak berbuat kesalahan yang kedua kali...

Prama semakin mendekatkan wajahnya pada wajah NARA.

CUT TO:

INT. HOTEL - MORNING

Establish : Bangunan hotel terlihat dari luar.

Nara (sudah mengenakan baju rapih) duduk di kursi meja makan ruangan kamar hotel. Sepasang menu breakfast ada dihadapannya. Beberapa saat kemudian Prama sudah rapih hendak ke kantor mendekat dan duduk berdekatan dengan Nara.

PRAMA
Kok belum sarapan?
NARA
Sarapannya harus bareng dong. Kalau sendiri nggak enak.

Prama lalu mengambil segelas cofe di hadapannya dan memberikannya pada NARA.

NARA
(Ceria)
Makasih....

Prama tersenyum sambil menyilangkan tanganya di atas meja menoleh dan memandang lama NARA. NARA seketika merasa berdebar-debar, agak salah tingkah.

NARA
(Menepuk pelan pipi Prama)
Ih...kok dilihatin gitu sih...
PRAMA
Kenapa?, Malu...?
NARA
Nggak malu tapi nggak enak aja, kayak ada yang salah dari aku. Emang ada yang salah ya mas?
(Menyentuh pipinya)
Dandanan aku terlalu berlebihan ya?
(Menyentuh bibir)
atau Lipstik aku yang terlalu merah? 
PRAMA
Nggak ada yang salah kok.
(Mendekatkan wajah pada pipi Nara dan berbisik)
kamu itu cantik.

Prama langsung mencium lembut pipi Nara. Nara terperangah dan semakin berdebar-debar, agak salah tingkah. Kemudian menyuapkan irisan makanan dengan garpu ke dalam mulut Prama. Prama tersenyum melihat Nara gemetaran.

CUT TO:

INT. RUMAH SEREN, RUANG TENGAH - NIGHT

Potret Nara dan Prama di pantai seperti ingin berciuman terlihat di layar hape...tampak kemudian hape itu tengah dipegang oleh Seren. Mukannya memerah menahan amarah, menatap tajam foto itu.

SEREN
Oh....jadi gini permainan licik lo perempuan brengsek. Lihat aja lo nggak tahu siapa gue...Nggak bakal gue biarin suami gue lama-lama menjadi milik elo.

Asisten rumah tangga menghampiri Seren membawa sebuah amplop cokelat ukuran besar.

ASISTEN RUMAH TANGGA
Bu...ada paket...
SEREN
Dari siapa?

Asisten rumah tangga membaca nama pengirim, yang tertulis "pengacara Abrar". Seren langsung mengambil ampop itu, lalu membukannya, yang berisi selembar kertas. Seren terperangah melihat tulisan di kertas itu "Surat pernyataan cerai" Yang sudah di tandatangan Prama. NARA langsung merobek surat itu dan membuangnya.

SEREN
(Emosional)
Kuranghajar...sampai kapanpun nggak bakal gue tanda tangan.

Seren lalu mengambil hape dihadannya. Menghubungi mamanya.

SEREN
Halo ma...?

CUT TO:

INT. LOBBI HOTEL - MORNING

Beberapa pengunjug hotel terlihat berjalan melewati lobbi. Nara dan Prama muncul dari sebuah lorong hotel, tangan NARA merangkul lengan Prama sambil mengobrol santai.

NARA
Ya, kita harus pisah lagi dong. Mas Harus ke Bandung, terus aku ke kantor.
PRAMA
Atau mau liburan lagi?
NARA
Mau sih...tapi kan mas nggak bisa ninggalin kantor. Kalau aku bisa aja sih cuti beberapa hari.
PRAMA
Weekend depan kita jalan-jalan lagi...
NARA
(Terlihat berpikir sesaat)
Aku punya ide...

Prama menahan langkah dan melirik ke arah Nara.

PRAMA
Apa?
NARA
Gimana kalau hari ini aku minta cuti, nemanin mas di Bandung?
PRAMA
Benaran?
NARA
(Teresnyum mengangguk)
Iya.

Keduanya beberapa saat berpandangan dengan penuh perasaan sambil tersenyum. Nara lalu menggenggam tangan Prama. Dan Prama membalas genggaman tangan Nara. Mereka kemudian meneruskan jalan.

CUT TO:

EXT. PINGGIR JALAN, TOKO BUNGA - DAY

Mobil Prama terlihat parkir di pinggir jalan. Prama dan Nara memasuki toko bunga, melirik-lirik berbagai jenis bunga.

PRAMA
Kamu suka yang mana?

NARA langsung melihat-lihat berbagai jenis bunga mawar dan menyentuhnya terkagum-kagum.

NARA
(Menunjuk bunga mawar merah)
Yang ini...

Prama memberikan bunga mawar itu ke Pemilik toko untuk merangkainya. NARA dan Prama kembali mirik-lirik bunga yang ada di toko. Beberapa saat kemudian pemilik toko memberikan rangkaian bunga mawar itu ke Prama. NARA yang tengah asyik melihat-lihat bunga kaget dengan kedatangan Prama dibelakangnya membawa rangkaian bunga mawar dan memberikan padanya.

NARA
(Tersenyum)
Makasih....
PRAMA
(Tersenyum)
Yuk....

Nara kembali merangkul lengan Prama, sambil keluar toko.

CUT TO:

INT. RUMAH BANDUNG - DAY

Prama dan Nara memasuki sebuah rumah. Nara melihat sekeliling ruangan.

PRAMA
Ini tempat tinggal aku kalau lagi di Bandung. Sederhana tapi nggak brisik kayak di Jakarta.
NARA
(Senang)
Tapi ini nyaman banget, udaranya juga bagus.
PRAMA
Kita bisa ngabisin liburan berdua disini. Kamar ada di lantai atas, kamu bisa istiirahat dulu...Oya ada yang mau aku lihatin ke kamu.
NARA
Apa?

Prama lalu berjalan ke jendela kaca sudut ruangan, Nara mengikutinya. Prama membuka gorden jendela. Terlihat jelas pemandangan taman belakang yang di penuhi pepohonan. Nara terkagum-kagum memandang ke luar.

NARA
Pemandangan kayak gini nggak ada di kota...jadi pengen tinggal di Bandung.

Prama tersenyum melirik ke arah Nara. Nara terlihat bahagia sambil memandang ke luar.

PRAMA
Ini juga rumah kita.

Terdengar dering telepon dari hape Prama. Prama mengeluarkan hape disakunya. Terlihat dari layar hape panggilan dari Seren.

NARA
(menoleh ke Prama)
Siapa?
PRAMA
(Buru-buru mematikan layar hape)
Biasa dari kantor...
NARA
Ya udah mas ke kantor aja. Aku nggak apa-apa kok sendiri di rumah.
PRAMA
Kalau ada apa-apa cepat telepon aku...
NARA
Iya...Sana pergi ntar telat lagi.

Prama tiba-tiba mencium kening Nara. Nara agak kaget. Prama tersenyum.

PRAMA
Bye....

Prama kemudian meninggalkan Nara. Nara terseyum malu, agak berdebar-debar.

CUT TO:

INT. RESTORAN - AFTERNOON

Seren dan Prama duduk saling berhadapan. Kelihatannya berlangsung pembicaraan yang bersuasana panas di antara meraka.

SEREN
Terus aku harus bilang apa?, kalau Kia nanyain kamu. Nggak mungkin kan aku bilang kalau papanya udah nggak tinggal di rumah kita lagi, tapi tinggal sama istri baru.
PRAMA
Kamu nggak usah khawatir, aku yang akan jelasin ke Kia.
SEREN
(Emosional)
Mau jelasin gimana...? Kamu mau bilang ke anak yang umur 5 tahun kalau kamu udah nikah lagi, terus udah nggak mau tinggal bareng...Aku ini masih istri kamu lho. Mana hak aku sebagai istri. Kamu harus adil dong, pulang tinggal sama aku.
PRAMA
(Emosional)
Sekarang kamu nanyain hak. Dulu kemana aja....?
SEREN
Udah lah mas, nggak usah bahas masa lalu. Aku tahu aku salah. Tapi please, beri aku kesempatan, kita bangun lagi rumah tangga kita. Kia juga mau aku sekolahin disini. Itu kan yang kamu mau?
PRAMA
Jangan korbankan Kia demi kemauan kamu...Mau apapun yang kamu lakukan aku tetap sama keputusan aku. Aku mau kita pisah. Dan masalah Kia kamu nggak usah khawatir, kamu bisa fokus sama karir kamu, aku yang akan memberikan perhatian ke Kia.
SEREN
(meninggi)
Mau ngasih perhatian ke Kia sama wanita pelakor itu maksud kamu...?

Wajah Prama terlihat memerah menahan amarah.

CUT TO:

INT. RUMAH - AFTERNOON

Jam dinding menunjukkan pukul 17.50...Nampak kemudian beberapa makanan/minuman sudah tersusun di meja makan. Di sofa panjang nampak Nara tengah tertidur dengan posisi miring, tengannya menggenggam hape. Beberapa saat kemudian terdengar suara kunci pintu dibuka dan masuklah Prama dan pandangannya terarah ke NARA, terkesima dan bahagia.

Prama meletakkan tasnya dan membuka jasnya. Lalu mendekat ke NARA, pelan-pelan mengambil hape di tangan Nara dan meletakkannya di atas meja. Saat itu juga terlihat Nara perlahan membuka matannya dan terbangun.

NARA
Mas, udah pulang...? Maaf aku ketiduran...
PRAMA
Kamu tidurnya nyenyak banget...
(mengusap rambut Nara)
Capek, ya?
NARA
Mas yang capek...kalau aku cuma di rumah aja dari tadi...
PRAMA
(Tersenyum)
Ya udah aku mandi dulu, terus kita makan...Kamu mau keluar nggak kita jalan-jalan?

Nara menggeleng.

NARA
Nggak...Aku mau dirumah aja, mas juga capek dari pagi nyetir sendiri Jakarta Bandung, terus besok ke kantor lagi.
PRAMA
Nggak capek kok, malahan tambah semangat kalau ada kamu...
NARA
Mulai lagi gombalannya...Udah sana mandi!

Prama tertawa lalu meninggalkan Nara. Nara tersenyum-senyum memandang Prama yang melangkah pergi.

CUT TO:

EXT. RUMAH - NIGHT

Lingkungan sekitaran rumah Prama. Di depan rumah terlihat mobil Prama terparkir.

CUT TO:

INT. RUANG TENGAH - NIGHT

Layar televisi menyala, tampak kemudian Nara dan Prama tengah menonton acara televisi itu, kali ini mereka duduk di sofa panjang.

NARA
Mas tahu nggak?, impian pernikahan aku dari dulu pengen punya suami yang pengertian, nggak pernah memabatasi aku dalam berkarir, dia pekerja keras tapi sangat perhatian... Dan ternyata sekarang impian itu ada di mas.

Nara kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Prama.

NARA
Makasih ya mas...udah Mewujudkan mimpi aku.

Prama terdiam sesaat, wajahnya terlihat sedih.

PRAMA
Sebenarnya mas dari dulu pengen banget bilang maaf ke kamu...

Nara menarik kepalanya di bahu Prama, menatap Prama penasaran dan curiga.

NARA
Maaf, kenapa?
PRAMA
Udah menghancurkan impian pernikahan kamu.
NARA
Maksud mas?
PRAMA
Semua perempuan di dunia ini pengenya nikah dengan pesta yang mewah sama orang yang dicintainya. Tapi kita....

Nara buru-buru meletakkan telunjuk ke depan bibir Prama.

NARA
Sssst... apa yang aku rasakan hari ini jauh lebih sempurna dari pada pesta pernikahan yang mewah.

Prama tersenyum terharu menatap Nara, Nara kembali menyadarkan kepalanya di bahu Prama. Prama kemudian mengecup kepala Nara, lalu merapatkan kepalanya ke kepala Nara.

PRAMA
Mas punya sesuatu?
NARA
Apa?

Prama lalu mengeluarkan kotak kecil dari sakunya. Membukanya, dan ternyata sebuah cincin. Nara terperangah melihat cincin itu.

NARA
Benaran ini mas?
PRAMA
Iya. Sebagai ganti dulu mas nggak ngelamar kamu tapi kita langsung nikah.

Nara menangis terharu. Prama memasangkan cincin itu di jari manis NARA. Prama lalu mengecup lembut tangan NARA.

 

CUT TO:

INT. RUMAH SEREN, KAMAR - NIGHT

Seren menyadarkan badanya di ranjang tempat tidur, bersama Seorang anak perempuan bernama Kia, 5 Tahun. Mereka berdua tengah asyik menonton film kartun di hape, yang hampir selesai.

KIA
Mami, kok papa belum pulang-pulang? Kia kan kangen sama papa. Udah lama nggak ketemu.
SEREN
Tadi, papa ngabarin mami katanya lagi banyak kerjaan di kantor, kalau semua pekerjaan udah beres, papa pulang sekalian bawain hadiah banyak buat Kia.
KIA
Benaran mami...papa mau beliin hadiah untuk Kia?
SEREN
Iya. Sekarang Kia tidur ya? Biar besok bisa bangun cepat dan dapat hadiah.
KIA
Yeyyy....Asyik...

Seren mencium kening Kia, lalu membaringkan Kia. Beberapa saat kemudian Kia tertidur. Seren bergerak mematikan lampu. Lalu berjalan menuju jendela kamar.

Seren berdiri memandang keluar dari jendela, sambil menyilangkan tanganya di depan dada. Tatapanya tajam menatap ke keluar dan berucap dalam hatinya.

SEREN (V.O.)
Kalau cara kasar aku nggak bisa merebut Prama kembali. Maka cara haluspun akan aku lakukan.

Seren tersenyum licik.

CUT TO:

 

INT. RUMAH BANDUNG, KAMAR - MORNING

Establish : Rumah terlihat dari luar di pagi hari.

Di ruang tegah. NARA dan Prama terlihat tertidur di sofa panjang, dengan posisi Prama menyandarakan tubuhnya di sofa, sementara Nara terlihat berbaring miring, kepalnya di paha Prama dan selimut menutupi tubuhnya sampai pinggang. Tangan mereka terlihat saling menggenggam. Beberapa saat kemudian NARA membuka matanya, agak kaget dengan posisi tidur mereka. Lalu menarik pelan jemarinya dari tangan tangan Prama, bangkit. NARA sesaat tersenyum memandang Prama yang masih tertidur. Kemudian berdiri meninggalkan sofa.

Beberapa saat kemudian Prama menggerakan badannya dan membuka matanya, terbangun dari tidurnya. Melirik sekeliling ruangan, mencari Nara.

PRAMA
Nara?

Prama lalu berjalan mencari Nara. sampai ia melihat Nara sudah di dapur menyiapkan sarapan di meja makan.

PRAMA
Ternyata kamu disini?

NARA menoleh.

NARA
Eh...Udah bangun mas?

Prama lalu duduk di kursi meja makan.

PRAMA
Kamu cepat banget bangunya, ini kan hari minggu.
NARA
Kalau aku juga ikutan nggak bangun-bangun. Terus siapa yang mau nyiapin sarapan kita?
PRAMA
(Meminum secangkir cofe)
Makanya aku mau ada pembantu di rumah kita, jadi kamu nggak usah terlalu repot. Kita juga ada luang untuk quality time berdua.
NARA
Di rumah juga kita berdua mas?
PRAMA
Tapi beda, kamu kebanyakan sibuk ngurus rumah.
NARA
Ngurus mas juga kan?

Saat itu juga terdengar hape Prama berdering dari ruang tengah.

NARA
Ada telepon mas?
PRAMA
Siapa yang nelepon hari libur gini?
NARA
Urusan penting kali.

Prama lalu bergegas meninggalkan meja makan. Nara memandang Prama dengan rasa curiga dan sedih.

CUT TO:

INT. RUMAH ORANG TUA PRAMA, TAMAN BELAKANG - DAY

Kia terlihat bermain kejar-kejaran dengan Papa Prama di taman. Mama Prama dan Seren tengah duduk di sebuah kursi meja taman. Tiba-tiba Kia berlari ke arah rumah sambil berteriak.

KIA
Papa...?

Semua kaget dan menoleh. Dari jauh terlihat Prama dan Nara mendekat. Nara tertegun melihat Kia yang langsung merangkul Prama, begitupun Prama memeluk Kia sangat erat.

Seren tersenyum senang melihat pelukan Prama ke Kia.

PRAMA
Sayang...

Prama melepas pelukannya. Sedikit menunduk sejajar dengan tinggi Kia.

KIA
Papa, Kia dari kemarin nungguin papa, kok papa nggak pulang? Kia udah lama lho pa di Indonesia. Kata mami, papa banyak kerjaan di kantor.

Prama langsung mengendong Kia.

PRAMA
Iya. Banyak banget, sampai lupa kalau Kia udah pulang.

NARA terlihat menahan sedih, Prama sesaat melirik ke Nara yang berubah sedih. Prama merasa tak enak. Mereka kemudian berjalan mendekat ke arah meja taman.

MAMA PRAMA
(merangkul Nara)
Kok kalian nggak pernah nemuin mama lagi?

Seren terlihat kesal melihat kedekatan mereka.

PRAMA
Kemarin Nara nemanin saya di Bandung. Jadi baru nyampe Jakarta pagi.
NARA
Iya ma. Nara sengaja cuti ke Bandung nemanin mas Prama.

Seren semakin panas dan kesal.

KIA
(Melirik ke arah Nara)
Tante siapa? Teman kerja papa?

Semua tertegun. Papa Prama mengalihkan pembicaraan. Mencegah pembicaraan lebih lanjut tentang siapa Nara.

PAPA PRAMA
(Sambil melangkah ke kursi)
Dari tadi kita berdiri aja ngobrol. Duduk.

Semua mengikuti papa Prama duduk.

MAMA PRAMA
Gimana udara di Bandunnya?, Mudah-mudahan habis ini ada kabar baik iya.

Nara hanya tersenyum. Seren semakin panas.

KIA
Pa...dulu kata mami. Kalau Kia pulang lagi ke Indo, papa mami mau ngasih hadiah adek buat Kia. Tapi kok adeknya belum ada di rumah.

Sontak semua tertegun, kaget. Wajah Nara semakin terlihat sedih tapi berusaha ditutupinya.

NARA
Ma...Nara ke dapur dulu, masak makan siang kita...
PAPA PRAMA
Ada asisten di dalam yang masak. Nggak usah repot-repot Nar. Kita bisa ngobrol aja disini.
NARA
Nggak apa-apa pa...biasanya juga Nara yang masak sendiri di rumah. Iya kan mas?

Prama hanya tersenyum. Nara bergegas meninggalkan taman belakang.

CUT TO:

INT. DAPUR - DAY

Nara terlihat tidak berkosentrasi. Tanganya memotong-motong sayuran dengan pisau tajam di atas meja kitchen. Pandangan matanya terarah pada taman belakang dari balik dinding kaca. 

Pov Nara : Di taman belakang Prama terlihat bermain kejar-kejaran dengan Prama dan terlihat sangat akrab, bahagia.

Wajah Nara terlihat sangat sedih, tapi berusaha untuk tetap tenang. Berucap sendiri dengan nada rendah.

NARA
Untuk hari ini doang Nar, kamu harus bisa nerimanya.

Saat itu juga, dilatar belakang tampak Seren mendekat ke Nara.

SEREN
(meninggi)
Gimana sakit kan? Lihat Suami saya sebahagia itu sama anaknya.

Nara kaget dari lamunannya, tanganya sedikit tersayat luka.

NARA
Aww....

Seren menarik dan menggengam kuat tangan luka Nara. Nara meringgis kesakitan.

SEREN
Sakit yang kamu rasakan ini, nggak sebanding dengan apa yang udah kamu ambil dari saya... Sampai kapapun saya nggak akan biarin suami saya sama kamu.

Nara menangis kesakitan, lalu menarik paksa tanganya dari genggaman Seren.

NARA
(Emosional)
Kalu kamu nggak mau lepasin mas Prama. Aku juga nggak mau lepasin mas Prama. Kita udah saling cinta, nggak bisa dihancurin oleh siapun. Termasuk kamu, yang dari dulu cintanya hanya bertepuk sebelah tangan ke mas Prama.

Seren semakin marah. Langsung mengambil pisau dan menyondorkan ke muka Nara.

SEREN
Kuranghajar....!!! Dasar pelakor...kamu itu wanita menjijikan, nggak tahu diri...

Nara menahan pisau yang hampir mengenai wajahnya, telapak tanganya sedikit terluka karena tajamnya pisau.

NARA
Lepasin!!!

Saat itu juga dari dinding kaca terlihat mama Prama hendak masuk. Seren langsung meletakkan kembali pisau di atas meja. Mama Prama masuk. Nara langsung mencuci tanganya yang sedikit berdarah di wastafel.

MAMA PRAMA
Udah siap belum makanannya, Nar?
NARA
Udah ma...

Nara langsug mengaduk sayuran di panci. Seren buru-buru meninggalkan dapur. Mama Prama mendekati NARA, sambil membantu Nara menyiapkan makanan.

MAMA PRAMA
Seren nggak nyakitin kamu kan?

Nara agak tertegun.

NARA
...Nggak Kok ma...
MAMA PRAMA
Mama dari dulu memang nggak setuju, Prama nikah sama Seren...Tapi....

Mama Prama terlihat sedih.

NARA
(Penasaran)
Tapi, kenapa ma?
MAMA PRAMA
Tapi karena papa dulu keras, pengen banget Prama nikah sama Seren. Karena Seren orang kaya, cantik, berpindidikan kayak Prama. Makanya Papa setuju dan nerima lamaran Seren.
NARA
Jadi dipaksa gitu ma?
MAMA PRAMA
Nggak di paksa, tapi karena Prama orangnya polos, nerima aja nikah sama Seren. Dan lebih parah lagi...

Mama Prama terdiam sesaat, sambil memandang ke luar melihat Prama, Seren, Kia bermain kejar-kejaran.

NARA
(Semakin penasaran)
Apa ma?
MAMA PRAMA
Kia bukan anak Prama.

Nara sangat syok.

MAMA PRAMA
Baru nikah 5 bulan Kia langsung lahir, padahal kalau menurut Prama dia nggak pernah nyentuh Seren sebelum nikah...Mau minta cerai juga nggak mungkin waktu itu. Tapi lama-lama Prama juga sayang ke Kia seperti anak kandungnya sendiri. Itu yang membuat dia bertahan sama Seren selama ini.

Mama Nara langsung meraih tangan NARA, sambil meneteskan air matanya.

MAMA PRAMA
Nara...Kamu bisa bantu mama?
NARA
Bantuin apa ma?
MAMA PRAMA
Mama mau kamu punya anak dari Prama...

Nara tertegun.

NARA
Hamil?

Mama Prama mengangguk.

MAMA PRAMA
Iya. mungkin dengan cara ini Seren mau pisah sama Prama. Lagian mama sudah lama banget pengen banget punya cucu dari Prama. Mama pernah minta Seren hamil lagi waktu itu tapi Seren menolak alasannya sibuk sama Kerjaan. Nggak sempat mau program hamil.... Kamu mau kan Nar mewujudkan impian mama?

Nara semakin tertegun, tak bisa menjawab.

CUT TO:

EXT. RUMAH ORANG TUA PRAMA - NIGHT

NARA, Prama, Seren, Kia, Papa Prama, dan Mama Prama berdiri di teras Rumah. Kia menangis, meminta Prama untuk ikut pulang.

KIA
Pa...ayo pulang pa...

Prama terlihat menahan sedih, menenangkan Kia.

PRAMA
Papa masih banyak kerjaan di kantor sayang, nanti kalau udah selesai papa cepat-cepat pulang.

Kia semakin menangis dan berteriak.

KIA
Papa bohong...
(melirik NARA)
Kata mama karena tante ini papa nggak mau ketemu mama lagi.

Semua tertegun. Seren merasa tak enak atas ucapan Kia karena dirinya. Langsung menarik Kia, hendak membawanya pergi. Prama terlihat sangat marah menatap tajam Seren.

SEREN
Sayang...Papa banyak kerjaan, ayo kita pulang.
KIA
Nggak mau..
(Melirik ke Nara)
Tante jangan ambil papa Kia...? Please tante, Kia janji nggak ninggalin papa lagi.

Nara tak bisa menjawab, sedih. Seren langsung mengendong Kia dan membawanya ke mobil. Nara berteriak histeris memangil papanya.

Mobil Seren melaju pergi. Nara terlihat semakin sedih dan Prama merasa sangat tak enak.

PRAMA
Ma, pa kalau gitu kita juga mau pulang.
MAMA PRAMA
Iya..Hati-hati..

Nara berusaha untuk tenang, lalu mencium tangan mertuanya. Mereka kemudian masuk ke dalam mobil. Orangtua Prama hanya diam dan sangat merasa tak enak pada Nara.

CUT TO:

INT. RUMAH, RUANG TAMU - NIGHT

Nara tanpa bersemangat masuk ke rumah, melewati ruang tamu. Prama mengikutinya dari belakang. Susana tak enak. Tidak ada obrolan, Serba murung. Prama sangat merasa bersalah.

NARA
Mas, aku capek banget. Aku tidur duluan ya?

Nara bergegas ke lantai atas dengan wajah kusut dan sedih.

CUT TO:

INT. KAMAR - NIGHT

Lampu bedside lamp menerangi kamar. Nara tidur dengan posisi miring dengan selimut menutupi tubuhnya, sambil terlihat meneteskan air mata. Beberapa saat kemudian Prama berbaring di samping Nara. Prama melirik ke Nara, yang membelakanginya. Air mata Nara terus mengalir, Nara menutup mulutnya dengan satu tanganya agar tangisan tak terdengar. Prama tertegun mendengar pelan tangisan Nara. Prama lalu bergerak dan menoleh ke Nara, tanganya perlahan menyentuh lengan Nara. Nara seketika memejamkan matannya, mengendalikan air matanya. Prama tak bisa berkata apa-apa dan semakin merasa tak enak, lalu membaringkan tubuhnya, terlentang menatap langit-langit.

CUT TO:

INT. RUMAH, RUANG MAKAN - MORNING

Nara (Sudah mengenakan baju rapih) terlihat tidak antusias, pikirannya kacau sambil memblender jus. Beberapa saat kemudian Prama mendekat terlihat sudah rapih. Nara tak menyapa Prama. Nara kemudian menuangkan jus di gelas Prama. Prama kaget melihat telapak tangan Nara tertempel hansaplast, lalu melihat telapak tangan Nara, panik.

PRAMA
Tangan kamu luka?

Nara melepas paksa tangannya dari genggaman Prama.

NARA
Luka kecil doang...
PRAMA
(Menarik tangan Nara kembali)
Tetap aja namanya luka.
NARA
Nggak usah lebay mas...

Nara menarik kembali tanganya, air matanya mulai menetes.

NARA
Luka ini nggak sesakit apa yang aku rasaain saat ini.

Lalu hendak meninggalkan Prama. Tapi kemudian tiba - tiba Prama merangkulnya dari belakang.

PRAMA
Maafin aku...Aku tahu kamu terluka karena kejadian tadi malam...Pleas maafin aku...! Aku nggak mau kamu terluka.

Nara tak tahan lagi. Ia mulai menangis. Prama semakin mempererat rangkulannya.

PRAMA
Tolong...jangan buat aku menderita karena kesedihan kamu.

Nara semakin menangis, lalu membalikkan bandanya dan merangkul Prama.

NARA
Aku takut mas...kamu benar-benar ninggalin aku...
PRAMA
Aku nggak akan ninggalin kamu. Mau gimanapun orang lain menilai kita...Kamu tetap istri aku...Nggak ada yang bisa misahin kita...

Keduanya berangkulan erat seolah tak ingin dipisahkan.

NARA (V.O.)
Dan sejak perasaan ini semakin dalam dan kuat. Aku semakin menjadi manusia yang egois, yang tidak ingin terpisah darinya. Dan ketakukan aku yang semakin dalam akan kehilangannya, membuat aku melawan hati nuraniku sendiri.

CUT TO:

INT. RUMAH TIRAN - AFTERNOON

Di ruang tengah. Nara dan Tiran duduk di sofa, sambil mengobrol. Wajah Nara terlihat murung dan kusut.

NARA
Gue benar-benar nggak mau kehilangan mas Prama, mau apapun itu kata orang tentang gue. Gue udah terlanjur sayang.
TIRAN
Kalau sayang ngapain lo pusing, bukannya kalian udah baikan?
NARA
Iya, tapi gue masih tetap nggak tenang kalau mas Prama belum juga cerai sama Seren.
TIRAN
Lo harus sabar, mau gimana pun susah lo untuk cerai, apalagi Seren ngotot banget nggak mau cerai. Ditambah lagi mereka juga punya anak.
NARA
Tapi kan bukan anak kandung...
TIRAN
Iya, tetap aja sayang kalau udah jadi anak. Banyak kok orang nggak jadi cerai gara-gara mikirin anak.

Nara melirik ke arah Tiran.

NARA
(Cemas)
Terus gue harus gimana?
TIRAN
Ya makanya yang gue bilang tadi, sabar. Lo jangan egois, nanti mas Prama kabur... Sekarang lo tunjukin perhatian lo, sayang lo ke mas Prama, supaya hatinya nggak goyah.
NARA
Kalau mas Prama kayaknya nggak mudah goyah apalagi sampai jatuh cinta. Dia sendiri yang bilang dia nggak pernah pacaran. Nggak mungkin kan dia gampang cinta ke orang.
TIRAN
Maksud gue itu, jangan sampai dia goyah karena sayang ke anaknya. Kalau menurut gue, lo harus punya anak juga, Biar Nggak ada alasan mas Prama untuk ninggalin lo.

Saat itu juga terdengar suara notifikasi pesan masuk di hape Nara. Nara mengambil hapenya. Membuka dan membaca pesan dari Prama. Yang bebunyi:

PRAMA (O.S.)
Aku mampir bentar ketemu Kia dulu ya, Soalnya Kia lagi sakit.
TIRAN
Dari mas Prama?
NARA
Iya.. Ternyata benar yang lo bilang. Mas Prama kayaknya sayang banget ama Kia. Gue semakin takut kalau kayak gini.
TIRAN
Udah lah... Itu lo doang yang parno. Kan mampir doang ketemu anaknya, masa nggak boleh?
NARA
Boleh sih. Tapi kan gue cuma takut aja.
TIRAN
Takut apa?...Takut mas Prama nginap sama Seren?
NARA
Tuh kan, lo bikin gue tambah takut.

Tiran tertawa. Nara terlihat bersiap-siap hendak pulang.

NARA
Kalau gitu. Gue pulang dulu ya?

Nara lalu meninggalkan ruang tengah, disusul Tiran yang mengantarnya.

CUT TO:

EXT. DEPAN RUMAH TIRAN - NIGHT

Nara menghidupkan mesin mobil, lalu melambaikan tangan ke Tiran yang berdiri di teras rumah. Nara kemudian melajukan mobilnya. Saat itu juga dari arah berlawanan dari mobil Nara, mobil Andra meluncur dan berhenti didepan Rumah. Andra keluar dari mobil. Berjalan ke teras Rumah, Tiran mengambil tas dan jas Andra. Keduanya kemudian berjalan masuk.

ANDRA
Itu Nara?
TIRAN
Iya. Dari tadi sore di Rumah, Curhat.
ANDRA
Oh.....

CUT TO:

INT. MOBIL NARA - NIGHT

Mobil Nara terlihat terparkir di pinggir jalan dekat rumah Tiran. Dari kaca mobil depan. Nampak Nara dengan mata merah habis menangis, melamun duduk di kursi pengemudi. Beberpa saat kemudian Nara menoleh memandang ke arah rumah Seren. Dari jauh terlihat mobil Prama terparkir di depan rumah Seren. Nara menghela nafas, lalu menundukan kepalanya di setir mobil dengan rasa sedih. Beberapa saat kemudian Nara kembali mengangkat kepalanya, terdiam sesaat terlihat kecewa dan agak depresif. Kemudian memasang sabuk pengaman ketubuhnya. Menghidupkan mesin mobil. Mobil Nara melaju pergi.

CUT TO:

INT. RUMAH SEREN, KAMAR KIA - NIGHT

Kia tertidur di atas tempat tidur. Prama merapikan boneka Kia yang agak berantakan di atas tempat tidur dan membenarkan selimut Kia. Lalu mengusap-ngusap lembut kepala Kia, agak khawatir.

CUT TO:

INT. RUMAH SEREN, DEPAN KAMAR KIA- NIGHT

Seren terlihat mondar-mandir di ruangan depan kamar Kia, sambil sesekali melirik ke arah pintu kamar yang tertutup. Beberapa saat kemudian Prama keluar dari kamar. Seren lalu mendekatinya.

SEREN
Mas nggak nginap disini aja?, ini udah malam.
PRAMA
(Cuek, Sambil Jalan)
Nggak...Kayaknya Kia udah nggak panas lagi...

Prama sesaat menahan langkah dan menoleh ke Seren dengan tatapan tajam.

PRAMA
Oya, lain kalau kamu nggak bisa jaga Kia...Aku yang akan bawa Kia pergi dari sini. Aku nggak mau karena kesibukan kamu Kia jadi nggak ke urus.

Seren tak menjawab. Prama lalu meninggalkan Seren, dan Seren hanya diam memandang Prama dengan tatapan kecewa.

CUT TO:

INT. RUMAH NARA, RUANG MAKAN - NIGHT

Nara terlihat melamun, duduk di kursi meja makan. Tak lama kemudian dia dikagetkan suara pintu terbuka dari ruang tamu hingga ia tersadar dari lamunannya dan segera melangkah meninggalkan ruang makan.

CUT TO:

INT. RUMAH NARA, RUANG TAMU - NIGHT

Prama berjalan masuk melewati ruang tamu dan masuk ke ruang Tengah. NARA sudah berdiri dan menghampiri Prama.

PRAMA
Kok belum tidur?

Nara mengambil tas di tangan Prama. Mereka mengobrol sambil berjalan menuju kamar.

NARA
Belum...Nungguin Mas.
PRAMA
Udah makan?

NARA menggeleng. Prama sesaat menahan langkah.

PRAMA
Kok belum?... ntar sakit ...

Mereka kembali meneruskan langkah.

NARA
Tadi sore udah mas, sekarang nggak lapar, pengen cepat tidur. Kalau Mas sendiri udah makan?

Saat ini mereka sudah sampai di dalam kamar.

PRAMA
Udah...
NARA
(Curiga)
Dimana?
PRAMA
Kenapa?, Cemburu ya..
NARA
(Cemberut)
Siapa yang cemburu. Nanya doang kok.

Prama tertawa, lalu mencubit lembut pipi NARA.

PRAMA
Wajah kamu ngomong kalau kamu lagi cemburu.

NARA agak malu, salah tingkah. Tapi berusaha untuk tetap tenang.

NARA
Udah sana, mas mandi dulu..
PRAMA
(Tersenyum menggoda)
Iya. Tapi nanti habis mandi kita...

Nara semakin malu, sambil mendorong kecil Prama agar ke kamar mandi. Prama tertawa sambil berjalan menuju kamar mandi. Kemudian Nara menuju meja sudut kamar, meletakkan tas Prama sambil tersenyum-senyum sendiri. Lalu tak sengaja pandangan Nara terarah ke laci meja yang sedikit terbuka, beberapa strip pil kb terlihat di dalam laci itu. Nara kemudian membuka laci itu, mengambil strip pil kb itu. Melihat-lihat strip pil kb itu sesaat, lalu seketika membuangnya ke tempat sampah.

CUT TO:

INT. MOBIL PRAMA - MORNING

Prama menyetir sambil bicara dengan Nara disampingnya. Nara terlihat menahan ngantuk, matanya sesekali terpejam.

PRAMA
Mas benar-benar nggak enak, nggak bisa nemanin kamu ketemu ibu bapak, padahal mas pengen banget ngobrol sama bapak.
NARA
Bapak juga ngerti kok mas, kalau mas sibuk banget di Kantor. Ntar kapan-kapan ibu sama bapak nginap di tempat kita.

Nara semakin ngantuk, tapi berusaha untuk ditahannya.

PRAMA
Tidur aja dulu, masih lama juga nyampenya.
NARA
Akhir-akhir ini aku emang sering ngantuk, lemas banget bawaannya, pengen tidur.
PRAMA
Jangan terlalu kerja nyampe malam. Kalau udah di rumah langsung Istirahat, nggak usah buka-buka laptop lagi.

NARA hanya mengangguk, lemas.

CUT TO:

INT. RUMAH ORANG TUA NARA - DAY

Di meja makan tergeletak terigu, telur, margarine dan beberapa bahan adonan kue lainnya, terlihat ibu Nara mengaduk adonan kue di sebuah loyang. Beberapa saat kemudian Nara masuk dan mendekat.

NARA
(Tersenyum lepas)
Ibu?

Nara duduk berdekatan dengan ibunya, merangkul ibunya dari samping. Ibunya hanya tersenyum pahit masih fokus mengaduk adonan, seperti masih agak marah.

IBU NARA
Kamu sendiri?
NARA
Ya bu, mas Prama ada rapat, langsung ke Bandung nggak sempat mampir. Mas Prama nitip salam tadi untuk ibu sama bapak, katanya minggu depan kalau ada libur dia mampir kesini.

Ibu Nara masih cuek.

IBU NARA
Oh....
NARA
(Bicara serius)
Ibu masih nggak nerima ya, kalau Nara sama mas Prama...?
(Sedih)
Maafin Nara ya ma?

Ibu NARA seketika menghentikan kegiatannya, tiba-tiba meneteskan air matanya, menangis. Nara ikut menangis dan kembali merangkul ibunya dari samping.

IBU NARA
Ibu bukannya nggak terima nak, tapi ibu ngerasa bersalah pada diri ibu sendiri... Mungkin ibu salah ngajarin kamu mana yang baik dan mana yang nggak boleh dilakuin...

Nara tak tahan lagi, semakin menangis sambil merangkul ibunya.

NARA
Bu...NARA benar-benar minta maaf sama kejadian itu. Nara benar-benar nggak sengaja bu...Maafin Nara bu..

Ibu Nara semakin menangis, lalu membalas pelukan Nara. Mereka sama-sama menangis.

IBU NARA (V.O.)
Kalau kamu benar-benar udah yakin sama keputusan kamu. Ibu selau merestui apapun keputusan kamu nak... yang penting kamu bahagia...Maafin ibu juga nak...

CUT TO:

INT. KANTOR - DAY

Nara terlihat fokus mengerjakan sesuatu dikomputernya. Karyawan-karyawan lain juga terlihat masih fokus dengan pekerjaan masing-masing. Tiba-tiba Nara memegang kepalanya, terasa agak pusing.

NARA (V.O.)
Kok tiba-tiba pusing gini ya...
(Agak mual)
Jangan-jangan...

Nara lalu meraih kalender yang terpajang di atas meja. Nara menatap lama kalender itu, sambil terlihat memikirkan sesuatu.

CUT TO:

INT. RUMAH NARA, KAMAR MANDI - AFTERNOON

Nara memegang test pack sambil tersenyum lebar menatap test pack itu. Air matanya menetes, terharu. Seperti tak percaya pada apa yang ia lihat.

Nara semakin tak kuasa menahan tanggis bahagianya, air matanya terus mengalir.

CUT TO:

INT. RUMAH ORANG TUA PRAMA - AFTERNOON

Mama Prama bicara di telepon dengan Nara. Kali ini ia duduk di sofa panjang ruang keluarga.

MAMA PRAMA
(senang)
Ya allah, Mama benar-benar senang dengarnya nak....Selamat sayang...Akhirnya keinginan mama di dengar juga sama allah...
NARA (O.S.)
Iya ma, alhamdullilah doa mama terkabul.

Mama Prama tersenyum terharu dan air matanya mulai menetes bahagia.

MAMA PRAMA
Kamu udah ngasih tahu Prama?

INTERCUT TO:

INT. RUMAH NARA, KAMAR - AFTERNOON

NARA duduk di atas tempat tidur, sambil bicara dengan Mama Prama via telepon.

NARA
Belum ma. Mas Prama belum pulang.
MAMA PRAMA (O.S.)
Prama pasti senang banget. Mama jadi penasaran gimana ekspresi anak mama nanti pulang kantor, ketika tahu dia mau jadi ayah.

Tiba-tiba di hape Nara, ada panggilan masuk dari Prama.

NARA
Ma kayaknya ada telepon masuk dari mas Prama, udah dulu ya ma? Entar Nara telepon lagi...
MAMA PRAMA (O.S.)
Iya sayang. Pokoknya kamu harus hati-hati, nggak boleh banyak kerja di rumah, istirahat.
NARA
Iya, ma. Terima kasih.

Nara menutup telepon. Lalu buru-buru menerima telepon dari Prama.

 

CUT TO:

INT. RUMAH ORANG TUA PRAMA. RUANG KELARGA - AFTERNOON

Mama Prama meletakan hapenya di atas meja sambil tersenyum-senyum bahagia. Saat itu juga Papa Prama datang dan duduk di sofa.

PAPA PRAMA
Telepon dari siapa?
MAMA PRAMA
Nara...
PAPA PRAMA
Kenapa? ada masalah?
MAMA PRAMA
Ada... Tapi kali ini berita bahagia.
PAPA PRAMA
(Penasaran)
Maksudnya ma?
MAMA PRAMA
Nara hamil pa...
PAPA PRAMA
(Senang)
Serius?

Mama Prama mengangguk sambil tersenyum lebar.

PAPA PRAMA
(Senang)
Alhamdullilah ma, akhirnya kita punya cucu juga dari Prama. Kalau gitu kita siap-siap aja ke rumah mereka sekarang ma.
MAMA PRAMA
Jangan sekarang pa, udah sore. Nggak enak tiba-tiba kita gangguin mereka. Lagian Prama belum tahu. Biar Nara aja yang ngasih tahu duluan. Nggak jadi kejutan dong kalau kita datang.
PAPA PRAMA
(Tertawa pendek)
O...ya. Benar ma, nggak enak masa kita yang ngasih tahu ke Prama duluan.
MAMA PRAMA
Papa sih, nggak sabaran banget. Dulu, nggak suka sama Nara, sekarang jadi mantu kesayangan.
PAPA PRAMA
Udah lah ma, nggak usah dibahas yang sudah-sudah. Papa malu.

Mama Prama tersenyum-senyum.

CUT TO:

INT. RUMAH - NIGHT

Prama fokus mengerjakan laporan kantor di laptop yang menyala dihadapannya. Kali ini ia duduk di meja kerja sudut ruangan. Beberapa saat kemudian tangan Nara meletakan test pack ke hadapan Prama. Prama terperangah, menghentikan sesaat kegiatannya. NARA tersenyum lebar berdiri di samping Prama. Prama mengambil test pack dan menatapnya sesaat. Tapi ia agak binggung, karena tidak paham dengan petunjuk test pack.

PRAMA
(Melirik ke Nara)
Maksudya?
NARA
Kalau satu garis berarti negatif, tapi kalau garisnya dua berarti kita akan jadi orangtua.

Prama kembali memperhatikan test pack itu. Terlihat jelas pada test itu dua garis. Prama tersenyum lebar, senang. Kemudian berdiri menghadap Nara.

PRAMA
Benaran?, Mas nggak mimpi kan?

NARA menggeleng, sambil tersenyum terharu.

PRAMA
Kita akan menjadi orangtua?

NARA mengangguk. Prama meneteskan air matanya dan langsung merangkul NARA.

PRAMA
Makasih sayang...


NARA membalas pelukan Prama erat.

CUT TO:

INT. RUMAH NARA, RUANG MAKAN - MORNING

Establish: Rumah terlihat dari luar

Di ruang makan. Nara dan Prama duduk saling berhadapan. Nara mengelus lembut telapak tangan Prama dengan kedua tangannya. Segelas susu dan secangkir cofe ada dihadapan mereka.

NARA
Aku panasaran, kalau nanti bayi kita udah lahir, Apa kayak mas pintar, pekerja keras juga, perhatian, terus penyayang.
PRAMA
Kalau cowok kayak papanya. Tapi kalau cewek dia juga pintar kayak kamu, cantik, terus...
(Mencubit lembut pipi Nara)
Gemes juga.

Nara menarik tangan Prama di pipinya, agak kesakitan.

NARA
Awww...Sakit mas...

Prama tertawa kacil, lalu memegang tangan Nara sambil menatap Nara tanpa berkedip.

PRAMA
Makasih iya...Kamu udah mewujudkan impian aku.

NARA tersenyum terharu.

CUT TO:

INT. RUMAH SAKIT, RUANG DOKTER - DAY

Layar monitor menampilkan sebuah foto calon bayi...Tampak kemudian Nara berbaring di ranjang, menitikkan air matanya terharu. Mama Prama di samping Nara juga ikut manangis terharu sambil menggenggam tangan Nara. Seorang dokter juga ikut tersenyum senang, sambil mejelaskan hasil USG usia kandungan Nara memasuki 1 bulan.

Nara tak henti-hentinya menangis terharu memandang layar monitor.

CUT TO:

INT. MOBIL PRAMA - NIGHT

Prama menyetir mobil sambil sesekali melirik ke arah NARA. NARA terlihat tersenyum.

NARA
Kita mau kemana mas?
PRAMA
Aku pengen nagajak kamu dinner.
NARA
Dinner?
PRAMA
(Tersenyum)
Iya...

Nara tersenyum lebar, senang.

NARA
Mas memang suami luar biasa, calon papa yang super perhatian. Nggak capek-capeknya, pulang kerja langsung ngajak jalan, terus dinner.
PRAMA
Sebagai ganti yang tadi, aku nggak bisa nemanin kamu ke dokter. Kalau nggak ada rapat mendadak pagi, aku bakal lari nemuin kamu sama bayi kita.
NARA
Udah ada mama juga yang nemanin aku. Masa aku ngerepotin mas mulu, di rumah aja udah sering ngerepotin. Ntar bayi kita manja, kalau sering dimanjain sama mas.

Prama tertawa. Tiba-tiba Nara menutup mulutnya, merasa mual. Prama panik lalu cepat-cepat memberikan tisu dan langsung mengarahkan mobilnya di pinggir jalan. Prama menyodorkan sebotol air mineral pada Nara.

PRAMA
(Sangat panik)
Minum dulu...

Nara meminum air mineral itu, wajahnya terlihat berkeringat. Prama mengusap-ngusap punggung Nara.

PRAMA
Kita ke dokter sekarang iya?
NARA
Nggak usah mas...ibu Hamil semuanya kayak gini...
(Kembali menutup mulutnya merasa mual)
Kita pulang aja ya mas?
PRAMA
Iya...Iya...Pulang...

Prama langsung menghidupkan mesin mobil kembali, mobil melaju.

CUT TO:

INT. BUTIK, RUANG KERJA - NIGHT

Seren menatap hapenya dengan tatapan tajam, wajahnya memerah menahan amarah. kali ini ia duduk di kursi ruang jerja. Terlihat dari layar hape foto hasil USG Nara yang dikirim mama Prama.

SEREN
(Geram)
Kuranghajar!!!

Seren menatap ke depan dengan tatapan tajam, seperti memikirkan sesuatu.

CUT TO:

INT. RESTORAN - NIGHT

Seren duduk berhadapan dengan seorang wanita 55 tahun, yang berpenampilan agak menyeramkan, matanya terlihat hitam karena eyeliner yang begitu tebal. Seren mengeluarkan foto Nara dan memberikan ke wanita itu. Wanita itu menatap lama foto Nara, sambil tersenyum licik.

CUT TO:

EXT. DI SEBUAH TEMPAT SEPI - NIGHT

Seren terlihat sangat marah, menunjuk-nunjuk Nara yang menangis terduduk lemah sambil ketakutan.

SEREN
(Emosi meluap-luap)
Udah berapa kali gue bilang lepasin suami gue...
(Berteriak)
Pelakor......

Seren lalu hendak memukul Nara, tapi Nara berhasil bangun dan berlari kencang. Keringat bercucuran di wajahnya, Nara semakin ketakutan tiba-tiba dari depan terlihat Seren sudah berdiri dihadapannya. NARA semakin menangis ketakutan dan Seren langsung mencekik kuat lehar Nara.

SEREN
Mau kemanapun kamu lari. Nggak bakal gue biarin lo hidup. Berengsekkkk!

Nara semakin menangis kesakitan, lalu berteriak.

CUT TO:

INT. KAMAR NARA - MORNING

NARA dengan mata masih terpejam berteriak sambil menggerakkan kepalanya dengan nafas terengah-engah setelah mengalami mimpi buruk. Prama disampinnya kaget dan langsung bangun.

PRAMA
Nara?

Nara tersadar dari mimpi buruknya, sambil menangis ketakutan. Hendak bangun tapi tiba-tiba badannya terasa lemah dan kaku, susah untuk bangun.

NARA
(Panik)
Badan aku kenapa mas?

Prama semakin syok, lalu merangkul tubuh Nara yang masih terbaring, menenangkan Nara. Nara terduduk lemah di pelukan Prama, wajahnya terlihat putih, pucat.

CUT TO:

INT. RUMAH SAKIT - DAY

Nara terbaring lemah, wajahnya putih sangat pucat, air matanya terus mengalir. Seorang dokter tengah memeriksa keadaan Nara. Prama, orangtua Nara, dan Orangtua Prama terlihat sangat cemas.

DOKTER
Pak pak Prama kita bisa bicara sebentar?

Prama mengangguk langsung menyusul dokter ke luar ruangan.

CUT TO:

INT. RUMAH SAKIT, RUANG DOKTER - DAY

Dokter duduk berhadapan dengan Prama sambil menjelaskan keadan Nara.

DOKTER
Saya sudah memeriksa semuanya, tapi saya tidak menemukan penyakit apapun ditubuhnya, suhu tubuhnya juga masih normal.
PRAMA
(Sedih dan khawatir)
Nggak mungkin dokter, coba di cek lagi, istri saya nggak bisa bangun. Saya khawatir apalagi dia sedang hamil. Tolong dokter diperiksa lagi!
DOKTER
Maaf pak, sudah berapa kali saya cek memang nggak ada penyakit. Kalau hubungannya dengan masalah kehamilan, saya rasa nggak ada hubungannya, belum pernah wanita selama hamil mengalami penyakit ini...Kandungan ibu Nara juga baik-baik aja pak...

Prama terlihat sangat khawatir dan meneteskan air mata.

CUT TO BLACK.

INT. RUMAH SAKIT, KAMAR PASIEN - DAY

Ibu Nara menangis duduk di samping Nara, sambil memegang tangan Nara.

IBU NARA
Apa yang sakit nak?
NARA
(Menangis)
Tubuh Nara sakit bu, sakit banget.

Mama Prama meneteskan air matanya, Saat itu juga Prama masuk. Kemudian duduk di samping Nara berusaha untuk tetap tersenyum pahit menutupi kesedihannya.

MAMA PRAMA
Gimana?
PRAMA
Kata dokter nggak apa-apa...Ini cuma bawaan kehamilan...Nanti akan normal lagi...Yang Penting Nara harus istirahat total...

Prama Mengusap kepala Nara.

MAMA PRAMA
Alhamdullilah...Kalau gitu mama sama ibu juga ikut nemenin kamu di sini. Jagain kamu kalau Prama lagi kerja.
PRAMA
Nggak usah ma. Saya mungkin akan cuti dulu. Sampai Nara benar-benar sembuh. Kalian nggak usah khawatir, Saya nggak akan ninggalin NARA disini.
IBU NARA
Terima kasih Prama.

Semua terlihat bernafas lega, antara sedih dan senang. Sementara Prama berusaha untuk menutupi kesedihannya.

CUT TO:

EXT. RUMAH SEREN - DAY

Mobil Prama terlihat terparkir di depan rumah Seren. Beberapa saat kemudian sebuah mobil hitam meluncur dan berhenti di samping mobil Prama. Seren dan Kia (memakai seragam sekolah) keluar dari mobil hitam itu.

KIA
(Senang)
Mi... ada papa...

Kia berlari masuk kedalam rumah, Seren mengikutinya dari belakang terlihat agak takut.

CUT TO:

INT. RUMAH, RUANG TENGAH - DAY

Prama duduk di sofa ruang tangah, tampak depresif. Saat itu juga Kia berlari senang dan mendekat.

KIA
Papa?

Prama berusaha untuk tetap tenang dan tersenyum. Kemudian memeluk Kia dan mengendong Kia.

KIA
Papa udah nggak sibuk kerja lagi kan?
PRAMA
Nggak sayang...sekarang papa bisa nemanin Kia jalan-jalan, ngantar sekolah juga.

Seren hanya diam berdiri, terlihat wajahnya antara senang dan takut.

KIA
Benaran pa?
PRAMA
Iya
KIA
Tapi nggak sama tante yang kemarin lagi kan pa?

Prama tak menjawab, hanya tersenyum.

KIA
Yeyyy...Benaran kata mami, tante jahat mau meninggal jadi papa bisa balik ke Kia sama mami lagi.

Prama kaget dan syok. Matanya menatap tajam Seren yang menunduk diam, tak berani menatap Prama.

PRAMA
Kia masuk kamar dulu ya!, papa mau ngobrol sama mama.
(Berseru ke dapur)
Bi?

Asisten rumah tangga mendekat.

ASISTEN RUMAH TANGGA
Iya pak...
PRAMA
Tolong antar Kia ke kamar ya.

Asisten rumah tangga mengangguk, lalu membawa Kia ke kamar. Prama menatap tajam Seren.

CUT TO:

INT. BUTIK, RUANG KERJA - AFTERNOON

Prama dan Seren berdiri agak berjauhan. Prama dengan wajah memerah menahan amarah menatap tajam Seren yang hanya diam takut tapi berusaha untuk tetap tenag. Pandangan Seren menatap ke luar jendela, membelakangi Prama. Kelihatanya berlangsung perdebatan yang sangat panas di antara mereka.

PRAMA
Kalau sampai terjadi apa-apa sama Nara, aku nggak akan diam, kamu orang yang pertama yang harus membayar semuanya.

Seren menoleh. Maka terjadilah saling pandang dari jauh. Sama-sama menahan amarah.

SEREN
(Meninggi)
Silakan...Aku nggak takut....Asal kamu tahu aja, keegoisan kamu ini mau tetap bertahan sama hubungan kalian...Akan jadi ancaman nyawa buat wanita kotor itu...

Prama mengepalkan kedua tangannya, terlihat sangat marah, mendekat ke Seren, hendak melayangkan tanganya tapi berusaha ditahannya.

PRAMA
Maunya kamu apa?

Seren tersenyum tipis.

SEREN
Aku mau wanita kotor itu mati.

Prama tidak tahan dan langsung melayangkan tanganya ke pipi Seren.

SEREN
(Menangis)
Seumuran kita nikah, kamu nggak pernah nampar aku kayak gini. Sekarang kamu benar-benar udah jadi suami yang kejam.

Prama menunduk terdiam, tersadar dari apa yang telah ia lakukan salah. Seren lalu mengambil berkas map di atas meja.

SEREN
Oke kalau itu yang kamu mau. Sekarang kamu bisa pilih, mau tanda tangan ini atau....
(Berteriak)
...wanita itu akan mati.

Prama masih diam menunduk, Kelihatan mata dan wajahya memerah menahan amarah sambil mengepal kuat tangannya

PRAMA
Mau apapun rencana kamu, aku nggak akan pernah ningalin Nara.

Prama meninggalkan ruangan, sementara Seren terlihat sangat kesal lalu membuang map di tanganya itu.

CUT TO:

INT. RUMAH SAKIT, KAMAR PASIEN - NIGHT

Prama menangis di samping Nara yang tertidur. Prama menggenggam tangan Nara sambil menunduk menangis.

PRAMA
Maafin aku Nar...Aku benar-benar minta maaf...Gara-gara Aku, kamu harus menanggung semuanya...

Prama memandang wajah Nara semakin menangis. Lalu beralih melirik ke perut Nara sambil bicara kembali.

PRAMA
Nak maafin papa?, Papa janji akan jaga kamu sama mama...Kamu harus bantu papa juga ya nak biar mama cepat sehat.

Prama tak sangup lagi, menggelelamkan kepalanya di tangan Nara. Nara yang masih terpejam, terlihat air matanya menetes dari sudut matanya.

CUT TO:

EXT. RUMAH NARA - DAY

Lingkungan sekitaran rumah terlihat dari luar.

CUT TO:

INT. RUMAH NARA, KAMAR- DAY

Seren duduk dekat Nara yang terbaring di tempat tidur, sambil ngobrol.

NARA
(Senang)
Benaran lo hamil?, Udah berapa bulan?

Tiran mengangguk tersenyum.

TIRAN
Kata dokter udah masuk 2 bulan. Tapi gue nggak tahu. Malahan duluan lo yang tahu kalau lo hamil.
NARA
Berarti duluan lo dong hamilnya?
TIRAN
Iya, anak gue kayaknya pemalu, makanya lama banget ngasih tahu mamanya kalau dia udah ada.

Keduanya sama-sama tertawa.

TIRAN
Bayi kita juga bestie nanti kayak kita, sokolah bareng, kuliah bareng, jalan bareng, sampai hamilnya juga bareng.

Nara tersenyum, berusaha ingin bangun memeluk Tiran tapi tak bisa. Tiran seketika menahan tubuh Tiran.

TIRAN
Masih sakit iya?

Senyum Nara sekeika memudar.

NARA
Iya...Gue nggak tahu kapan gue bisa bangun lagi?, sudah hampir 2 minggu tapi badan gue masih nggak bisa gerak, sakit banget.

Tiran hampir menangis.

TIRAN
Sabar ya sayang...gue yakin besok lo udah bisa bangun...
NARA
Gue takut...Kalau benaran gue nggak bisa bangun sampai anak gue lahir, gimana?
TIRAN
Nggak lah... Dokter kan udah bilang harus istirahat total dulu.

Tiran lalu mengalihkan pembicaraan.

TIRAN
Kalau lo udah sehat kita belanja bareng, kalau dulu kita ke toko kosmetik, tapi sekarang kita ke toko baby. 

Nara kembali tersenyum. 

NARA
Gue pengenya anak kita sama-sama cewek, biar kayak mamanya suka bareng kemana-mana...
TIRAN
Emang kalau cowok nggak bisa jalan bareng...?
NARA
Cowok sukanya kerja, nggak suka main...Kalau bereng pasti ama pasangannya, mana mau sama temannya.

Mereka sama-sama tertawa. Saat itu juga pintu terbuka pelan dan masuklah Prama tersenyum menyapa Tiran.

TIRAN
Gue kayaknya mau pulang dulu deh Ran, nanti suami gue nyariin.
NARA
Ya udah, ntar kesini lagi ya?
TIRAN
Siap...
(Melirik ke Prama)
Titip Nara ya mas?

Prama mengangguk, tersenyum.

PRAMA
Hati-hati.

Tiran meninggalkan kamar. Prama mendekat dan duduk di samping Nara.

PRAMA
Gimana, udah enakan belum setelah ngobrol ama Tiran?
NARA
Udah sih...tapi dikit doang...

Nara tiba-tiba terdiam sesaat terlihat sedih.

NARA
Bosan...pengen keluar dari sini...

Prama terdiam sesaat terlihat wajahnya juga ikut sedih. Lalu Prama melirik ke arah meja melihat buah yang sudah di potong belum di makan.

PRAMA
(Mengambil buah)
Makan dulu ya? Habis ini kita keluar.
(Hendak menyuapi Nara)
A...a...

Nara menggeleng, menutup mulutnya. Prama kembali menyuapi Nara.

PRAMA
Nggak boleh nolak, bayi kita yang mau...
(Menyodorkan garpu ke mulut Nara)
a...a...a...

Nara tersenyum dan membuka mulutnya.

PRAMA
Ibu hamil harus sering makan, kalau nggak kasian nantinya bayinya teriak-teriak.
(Melirik ke perut Nara)
Lapar ma...Lapar...

Nara tertawa. Prama tersenyum sambil terus menyuapi Nara.

CUT TO:

INT. RUMAH NARA, RUANG TENGAH - NIGHT

Prama dan NARA berbaring sambil ngobrol di kasur santai, dengan tv menyala dihadapan mereka.

NARA
(Sedih)
Kalau bayi kita udah lahir, tapi aku belum juga bisa bangun. Apa dia bakal nerima aku yang cacat ini?

Prama tertegun, matanya terlihat memerah menahan sedih. Tapi berusaha untuk ditutupinya.

PRAMA
Jangan ngomong gitu, mas yakin kamu bakal sehat...Kita jalan-jalan lagi. Kamu akan nenamin mas tinggal di Bandung.
(Menunjuk ke perut NARA)
Dan nanti si kecil ini akan ikut kita ke Bandung juga.

Nara tersenyum terharu. Prama memandang Nara sesaat lalu mengalihkan pembicaraan.

PRAMA
Nar...kamu ingat kapan pertama kali kita bertemu?
NARA
Di Bali itu...
PRAMA
Bukan....
NARA
Dimana?

FLASH BACK TO:

INT. KANTOR, RUANG KARYAWAN - DAY

NARA memakai kemeja lengkap dengan blezer dan id card tergantung di leher terlihat elegan berjalan sambil terlihat menempelkan hape ditelinganya, berbicara melalui telepon. Dari depan terlihat Prama, berpapasan dengan NARA. Matanya melirik sekilas ke arah NARA.

FLASH TO:

INT. RUMAH NARA, RUANG TENGAH - NIGHT

NARA
Apa mas, udah suka ama aku pertama kali kita bertemu itu?

Prama tersenyum mengangguk menoleh sesaat ke Nara. Lalu Bicara sambil mentap langit-langit

PRAMA
Saya ngelihat kamu perempuan istimewa, ramah, ceria, pintar. dan yang menarik...
(menoleh ke NARA kembali)
Kamu itu cantik... pengen banget ngobrol sama kamu dulu...
NARA
Aku juga kayak gitu, dulu penasaran, pengen banget bahas kerajaan sama mas...Pasti seru...Aku lihat mas orangnya suka kerja dari dulu....
PRAMA
Terus apa lagi yang menarik?

Nara tersenyum. Keduanya berpandangan dengan penuh persaan.

NARA
Kamu itu nggak banyak ngomong di kantor, itu yang aku suka. Kamu juga laki-laki baik, suami paling baik, perhatian, dan calon ayah terbaik...

Prama tersenyum terharu. Mereka sama terdiam beberapa saat. Prama menghela nafas dan kemudian bicara kembali.

PRAMA
Kayaknya ini udah malam, kita ke kamar ya?

Nara menggeleng, seperti anak kecil manja. Hendak bergerak tapi tubuhnya terasa sakit. Prama kaget dan langsung menahan tubuh Nara.

PRAMA
Hati-hati. Jangan dipaksain...
NARA
(Tersenyum)
Aku nggak apa-apa mas...Oya ceritain waktu mas kuliah? Aku jadi penasaran...kok mas jomblo padahal kata teman mas, mas cowok idola di kampus...

Prama tersenyum, lalu memiringkan badannya menghadap ke Nara. Menghela nafas, lalu bicara.

PRAMA
Sebenarnya bukannya nggak mau pacaran atau nggak mau kenalan sama cewek. Dulu mas itu mahasiswa super sibuk, paling aktif. Pernah jadi ketua kelas, terus mas juga ditunjuk sebagai ketua BEM di kampus. Pokonya padat banget. Kadang mas juga suka gantiin dosen ngajar teman-teman di kelas....

Nara terkagum-kagum. Dan hanya mampu berkata sepatah kata.

NARA
Waooow!

Mata Nara mulai terlihat sesekali terpejam menahan ngantuk. Tapi berusaha ditahanya.

Dialog di bawah ini akan beriringan dengan suara dari hati Nara yang jauh lebih terdengar dibanding suara Prama yang melanjutkan cerita yang nyaris tak terdengar.

NARA (V.O.)
Jika aku diberi kesempatan untuk tetap hidup di setiap masa dan peradaban yang terus berganti. Maka aku tidak akan membuat cerita kita berakhir, tapi akan terus berulang....berulang....dan Berulang. Karena aku ingin hanya kita yang memiliki dunia. Bukan orang lain yang hanya ingin merebut posisi kita sebagai pemilik dunia.
PRAMA
Mas juga waktu itu punya cita-cita pengen lanjut kuliah di Amerika, makanya mas kalau ada waktu kosong. Belajarnya hampir tiap hari.

NARA perlahan memejamkan matanya tertidur. Prama seketika menghentikan ceritanya, tersenyum lebar menatap wajah Nara dari dekat.

CUT TO:

INT. RUMAH NARA - MORNING

Establish: Lingkungan rumah terlihat tenang dari luar.

Di ruang tengah. NARA masih tertidur sendiri dengan posisi miring di atas kasur santai. Beberapa saat kemudian Nara perlahan membuka matanya. Nara kaget tak melihat Prama disampingnya lagi. Nara seketika terbangun dan tertegun tiba-tiba merasakan badanya sudah tidak sakit lagi, terasa normal dan sudah bisa digerakkan. NARA tersenyum lebar sesaat, kemudian mata menyapu ruangan mencari Prama.

NARA
Mas?

Tak ada suara dari Prama. Senyum Nara perlahan memudar dan bergerak dari tempat tidurnya.

NARA
Mas Prama?

CUT TO:

INT. RUMAH ORANG TUA PRAMA, RUANG KELUARGA - MORNING

Prama berdiri dekat sofa dengan wajah sedih, tampak depresif. Menghadap orang tuanya yang duduk di sofa. Mama Prama menangis. Papa Prama dengan wajah memerah menahan amarah, lalu membanting sebuah map dihadapannya. Kemudian berdiri terlihat sangat marah menunjuk-nunjuk Prama.

PRAMA
(Emosional)
Pria macam apa kamu?. Kamu pikir keluaraga kita ada yang kayak kamu. Ganti ganti istri, terus cerai nggak jelas. Kamu orang berpindidikan, pemimpin tapi otak kamu nggak dipakai. Nggak bisa memimpin keluarga kamu sendiri. Apa kamu nggak kasihan lihat Nara?....Hahhhh....

Prama tak menjawab, hanya diam menunduk dan meneteskan air matanya.

IBU NARA
(Bicara diantara isakan)
Nak...Kok kamu tega banget sih sama menantu mama. Dia sedang hamil anak kamu. Dimana hati nurani kamu sebagai ayah...

Papa Prama mengepalkan tangannya membelakangi Prama, terlihat sangat marah dan kecewa.

PRAMA
Ma... Bukan sekarang tapi setelah anak kita lahir...
MAMA PRAMA
(Semakin menangis)
Tetap aja kamu nyakitin dia...
PAPA PRAMA
Pokonya papa nggak mama tahu, kamu nggak boleh cerai sama Nara. Kalau sampai kamu berani melanggar omongan papa. Jangan pernah nganggap kami sebagai orangtua kamu lagi....
(Sedih dan kecewa)
Kami malu...malu nak sama semua orang...Dulu kamu tiba-tiba nikah sama Nara, apa kamu nggak mikir gimana malunya kita? Terus sekarang kamu ingin cerai lagi....Dimana otak kamu.

Papa Prama tak sanggup menruskan kata-katanya lagi, sangat kecewa.

PRAMA
(Menangis dan tak hanya mampu berkata sepatah kata)
Ma...Pa Maaf...
PAPA PRAMA
(Sambil menunjuk dan mendorong dada Prama)
Keluar....Keluar kamu dari sini!...Keluar.

Mama Prama tak tahan lagi dan semakin menangis.

CUT TO:

INT. RUMAH ORANG TUA NARA, KAMAR - DAY - 5 BULAN KEMUDIAN

Nara duduk sambil termenung di kursi meja belajar sudut kamar, wajahya murung dan kusut, tampak depresif. Dihapannya tergeletak map yang terbuka berisi kertas surat cerai. Tak lama kemudian dia dikagetkan suara pintu terbuka hingga ia tersadar dari lamunannya. Ibu Nara masuk dan mendekat.

IBU NARA
(Sedih)
Nak, ibu nggak mau kamu terus-terusan seperti ini. Kamu masih muda, impian kamu masih panjang, masih ada kesempatan buat kamu menata hidup. Lupakan Prama nak!

Nara hanya mampu berkata sepatah kata, air matanya menetes.

NARA
Iya, bu.

Ibu Nara tak tahan lagi, semakin menangis.

IBU NARA
Sampai kapanpun ibu sama bapak, nggak rela kalau Prama balik lagi sama kamu. Tolong nak demi ibu dan bapak lepasin Prama. Dia laki-laki nggak baik, kejam....

Ibu Nara tak sanggup bicara lagi, semakin menangis. Lalu meninggalkan kamar Nara.

Nara menghapus air matanya. Menghela nafas. Berusaha untuk mengendalikan kesedihannya. Lalu mengelus perutnya. Kemudian kembali menangis.

NARA
Maafin mama nak, kamu nggak sempat lihat dunia mama yang kejam ini...

Nara tak sanggup lagi, semakin menangis. Terduduk lemah di lantai, sambil menutup mulutnya menahan isakan.

NARA (V.O.)
Jika dari awal aku tahu hukumanya seperti ini, aku tidak akan berani mengambil resiko ini. Naluriku teratawa atas apa yang telah ku langgar sebelumnya untuk tidak terperangkap padanya.

CUT TO:

INT. KANTOR PRAMA - DAY

Prama terlihat depresif berdiri di depan meja kerjanya, memandang foto ia dan Nara. Air matanya mulai menetes.

PRAMA
Kamu harus hidup Nar, kamu nggak boleh ninggalin dunia...Maafin aku Nar...

Prama terduduk di lantai sambil menangis.

NARA (V.O.)
Aku berharap dunia telah memaafkan kami berdua. Tidak menjebak kami lagi pada jalan dosa itu. Dan kini walau seberat dan sesakit apapun kami akan menanggungnya. Menjalani hidup kembali seperti di awal kami bertemu yang tak ada tujuan, dan kini harus terpisah tanpa tahu kemana tujuan kami.

CUT TO:

INT. KAMAR NARA - DAY - 5 TAHUN KEMUDIAN

Nara (sudah mengenakan baju rapih) berjalan menuju meja sudut kamar, hendak mengambil hapenya. Tapi tak sengaja pandangan matanya terarah pada kotak cicin yang terselip di rak buku. Ia melihat ke kotak cincin itu lebih lama. Kemudian dia mengambil kotak cincin itu dan membukannya, menatap beberapa saat cincin itu dengan perasaan sedih. Lalu menutup kembali kotak cincin itu dan menyimpanya di laci meja. Nara mengambil hapenya dan meninggalkan kamar.

CUT TO:

EXT. RESTORAN - AFTERNOON

Di sebuah restoran ruangan terbuka. Nara dan Tiran duduk saling berhadapan makan/minum sambil ngobrol santai.

TIRAN
Benaran lo yakin belum mau berumah tangga lagi?
NARA
(Menahan sedih)
Belum, masih sakit rasanya untuk mulai lagi. Nanti lah kalau gue udah ketemu sama orang yang benar-benar mau nerima masa lalu gue. Itupun masih gue pikir dulu.

Tiran lalu menggenggam tangan Nara, menenangkan Nara.

TIRAN
Sabar ya, nggak selamanya kok dunia itu ngasih lo ujian berat. Pasti gue yakin suatu hari senyum lo, kebahagian lo bakal balik lagi.

Nara tersenyum pahit.

NARA
Makasih ya...Oya btw kok lo nggak ngajak Refan ikut?
TIRAN
Kan lo sendiri yang bilang, anak cowok nggak suka jalan bareng, makanya anak gue nggak mau kalau di ajak jalan. Lagian dia lebih senang ikut papanya sih. Bete lah gue sendiri di rumah, nggak ada teman.

Nara tertawa.

NARA
Terus suami lo udah nggak kayak dulu lagi kan? Membatasi kebebasan lo.
TIRAN
Itulah...sejak Refan lahir, gue benar-benar bersyukur Andra berubah banget. Sekarang malahan dia ngebebasin gue pergi atau mau ketemu siapa aja. Dalam tanda kutif nggak macam-macam maksudnya. Cuma sekarang gue aja yang malas banget jalan.
NARA
Syukur deh gue senang banget dengarnya, semoga hubungan kalian awet sampai punya cucu nanti.
TIRAN
Kamu juga Nar, harus bahagia bertemu orang yang tepat, terus langsung merried. Nggak boleh mikirin masa lalu lagi.

Nara tersenyum terharu.

CUT TO:

EXT. DEPAN KANTOR PRAMA - DAY

Mobil Seren terlihat terparkir di depan kantor Prama. Seren mematikan mesin mobil. Kia bersiap-siap hendak turun mengambil tasnya.

SEREN
Ingat selama tinggal sama papa nggak boleh gangguin papa kerja ya?
KIA
Iya, mami...
(Terdiam sesaat)
Mi Kia mau nanya?
SEREN
Mau nanya apa?
KIA
Anak yang orantuanya udah pisah, emang gini ya mi? harus hidup pindah-pindah, kadang sama papanya kadang sama mamanya. Kia kan jadi capek.

Seren tertegun dan sedih.

SEREN
Kia hidup itu harus adil, kasihan kan papa sendiri nggak ada yang nemanin.
KIA
Ya sih mi. Kadang Kia juga kasihan sama papa, nggak pernah mau kalau Kia ajak ke Jakarta. Katanya sibuk mulu.

Seren tersenyum tipis.

SEREN
Udah sana!, Papa udah nungguin.
KIA
 Ya udah ya mi. Kia pergi dulu.
SEREN
Oke. Hati-hati sayang.

Kia lalu membuka pintu mobil. Seren melambaikan tangan sesaat. Kemudian memandang ke gedung kantor Prama dengan tatapan prihatin.

CUT TO:

INT. KANTOR PRAMA - DAY

Prama berdiri memandang ke luar jendela dengan pandangan menerawang, sambil melamun.

PRAMA (V.O.)
Saat aku menginginkan kamu untuk hidup menikmati dunia, justru sampai hari ini aku yang nggak pernah bisa bernafas menikmati dunia.

Prama semakin terlihat sedih.

PRAMA (O.S)
Nara, dimanapun kamu saat ini, aku harap kamu baik-baik saja.


Beberapa saat kemudian Kia setengah berlari masuk.

KIA
(Senang)
Papa?

Prama seketika kaget tersadar dari lamunannya dan menoleh. Tersenyum. Kia lalu memeluk Prama erat.

CUT TO:

EXT. PANTAI - DAY

Nara berjalan sendiri menikmati pantai. Lalu menahan langkah dan tersenyum pahit memandang kapal dan lautan dari kejauhan.

NARA (V.O.)
Itu lah yang kupahami dari cinta. Terlalu berlebihan memujanya akan membawa kita ke jalan perpisahan yang menyakitkan. Manusia terkadang lupa kalau hidupnya terlalu dikuasai oleh cinta. Padahal yang harus dilakukan manusia bukan dikuasai tapi bagaimana dia bisa mengendalikan persaannya dan menjalankan logikanya. Seperti saat ini, apa yang aku rasakan sekarang, karena masa laluku yang terlalu berlebihan memuja cinta.

Nara kembali meneruskan langkahnya menelusuri pantai. Terlihat keindahan hamparan lautan di siang hari.

SELESAI

 

 

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar