Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Matahari Kecilku
Suka
Favorit
Bagikan
1. #1 (Scene 1 - 5)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

1. INT. RUMAH SAKIT - RUANG PERSALINAM - NIGHT.

Tittle : Desember 2006, Rumah Sakit Siloam, Surabaya.

SFX. Hujan dan petir.

Establised. Ruang persalinan rumah sakit Siloam Surabaya. Terdapat beberapa peralatan medis dan ranjang persalinan.

POV. Meriam berusaha berjuang melahirkan di sebuah ruang persalinan rumah sakit Siloam, Surabaya. Dia dibantu oleh dokter dan perawatan.

PERAWAT

Ayo, bu sedikit lagi!

Meriam mulai mengatur pernapasan.

Dokter mulai melihat perkembangan janin yang akan keluar dari rahim Meriam.

DOKTER

Sedikit lagi, Bu, kepalanya sudah hampir keluar.

Meriam mengatur pernapasan lagi dengan aba-aba dokter. Bulir keringat berjatuhan.

DOKTER

Dorong lagi, Bu. Sebentar lagi bayinya keluar. Kepalanya sudah kelihatan.

Meriam mulai mencengkram sprei, dia berusaha keras melahirkan bayinya. Hingga dia berteriak kencang.

SFX. Suara tangisan bayi.

DOKTER

(Wajah suram dan sedih)
Selamat, bayi anda perempuan, tapi...

Meriam memincingkan matanya, dia merasa ada firasat buruk tentang bayinya.

MERIAM

Apa yang terjadi kepada putri saya, dokter?

DOKTER

Anda harus bisa menerima sebuah kenyataan, bahwa bayi anda mengalami kondisi cacat pada kedua kakinya. Sehingga bayi anda tidak akan pernah mungkin seumur hidup bisa berjalan.

Meriam tampak sedih dan terpukul.

Seorang perawat yang sudah membersihkan tubuh bayi perempuan milik Meriam itu. Dia langsung memberikan kepada Meriam untuk digendong. Sejenak Meriam hanya terdiam dan terpaku menatap putri kecilnya yang cantik.

MERIAM

(Kedua mata berkaca-kaca)
Ibu tidak akan pernah menyia-nyiakan kamu sebagai seorang anak. Karena Ibu yakin kamu adalah anugerah terindah yang selama ini Tuhan berikan kepada ibu.

Meriam mengecup ujung kepala putrinya dan menangis. Bibirnya gemetaran.

MERIAM (CONT'D)

Ibu akan memberi kamu nama Riana Dewi Rembulan.

Meriam tersenyum dengan menangis.

CUT TOO

2. INT. RUMAH KONTRAKAN - RUANG MAKAN - DAY

Tittle : Januari 2011, Surabaya.

Establised. Di sebuah perkampungan kumuh letak rumah kontrakan sederhana Meriam dan Riana.

POV. Meriam dan Riana sedang di ruang tamu menikmati sarapan pagi, sebelum aktivitas harian dimulai.

Terlihat wajah Riana sedih sambil menundukkan kepalanya ke bawah.

Meriam menatap Riana.

MERIAM

Sayang, kenapa sarapannya nggak kamu makan?

Riana tampak murung, kedua matanya berkaca-kaca sambil menatap ke arah kedua kakinya yang buntung.

RIANA

Bu, kenapa Riana harus terlahir seperti ini? Kenapa Tuhan tidak adil untuk Riana, Bu?

Meriam menatap dan meraih kedua tangan Riana di atas meja makan.

MERIAM

Kehidupan memang tidak akan pernah semudah apa yang kita bayangkan.
(JEDA)
Ibu tahu kamu selalu merasa tidak pernah percaya diri dan yakin tentang dirimu sendiri.
(JEDA)
Ibu tahu kalau kamu merasa sangat sedih sekali ketika kamu tidak bisa berlari maupun berjalan bersama teman-temanmu untuk bermain.
(JEDA)
Tapi Ibu yakin semua orang memiliki sebuah kesempatan untuk bahagia meraih impiannya, keterbatasan bukanlah segalanya.

Kedua mata Riana berkaca-kaca dan meneteskan air mata.

RIANA

(Bibirnya gemetaran, tangannya berkeringat dan tremor)
Maafkan Riana yang selalu merepotkan ibu.

RIANA (CONT'D)

Riana janji suatu saat nanti akan membuat Ibu bangga dengan impian yang Riana pilih.

Riana tersenyum, menghapus air matanya.

Meriam beranjak berdiri lalu memeluk hangat Riana.

MERIAM (V.O)

Apapun keinginan Riana, Ibu janji akan mewujudkannya.
(JEDA)
Dan ibu akan berusaha menjadi Ibu yang terbaik untuk Riana.
(JEDA)
Walaupun di mata orang ibu bukanlah wanita baik-baik.

Riana menangis dalam pelukan Meriam.

CUT TOO

3. EXT. JALAN KAMPUNG KEDUNG TURI - DAY.

Meriam berjalan sambil mendorong kursi roda Riana menuju ke rumah Ratna.

INTERCUT.

4. EXT. RUMAH RATNA - DAY

Meriam mengetuk pintu rumah Ratna. Kemudian Ratna membuka pintu.

MERIAM

Assalamualaikum, Ratna.

TETANGGA (1)

Walaikumsalam, Mer.

RIANA

Halo Tante.

TETANGGA (1)

Riana, kamu cantik sekali hari ini pakai baju bunga-bunga.

RIANA

Terima kasih, Tan.
(JEDA)
Tante juga cantik, kok.

TETANGGA (1)

Terima kasih, cantik.

MERIAM

Rat, aku nitip anakku ya. Nanti kalau ada apa-apa kamu bisa telepon aku. Karena hari ini aku ada kerjaan sebagai SPG event rokok di pusat perbelanjaan Mall Tunjungan Plaza Surabaya.

TETANGGA (1)

Iya, tenang aja. Aku akan jaga anakmu baik-baik. Udah kamu berangkat aja kerja.

MERIAM

Ya udah kalau gitu aku berangkat dulu ya kerja. Terima kasih ya mau direpotin

TETANGGA (1)

Sama-sama, Mer.

MERIAM

Nak, kamu jangan nakal-nakal ya. Ibu, mau berangkat kerja dulu ya, Nak.

RIANA

Iya, Bu.

Riana mencium telapak tangan Meriam, lalu Meriam meninggalkan rumah Ratna. Dia langsung berangkat kerja.

CUT TOO

5. EXT. JALAN KAMPUNG KEDUNG TURI - DAY.

Kampung kedung turi yang sangat ramai dengan aktivitas beberapa warga sekitar. Di sana ada seorang pedagang sayur sambil membawa sebuah gerobak. Beberapa ibu-ibu pun berkerumun menghampiri tukang gerobak sayur.

TUKANG SAYUR

Sayur! Sayur! Sayur

NURMA

Bang, Sayur!

Tukang sayur berhenti di pos perkampungan kedungturi.

TUKANG SAYUR

Bu Nurma, Mau belanja apa?

NURMA

Saya mau beli ini dan ini.

TUKANG SAYUR

Tumben belanjaannya Bu Nurma sedikit banget nggak kayak biasanya?

NURMA

Biasalah. Kalau orang kaya itu mah tinggal pencet-pencet HP, mah bisa pesan Via go-food. Lagian masak itu kayak orang susah aja.

Gerombolan ibu-ibu datang menghampiri tukang sayur di pos. Mereka menggunakan baju daster.

TETANGGA (1)

Aduh, Jeng Nurma lagi belanja apa? Hari ini mau masak menu apa nih, Jeng?

NURMA

Biasalah Jeng. Saya masak yang ringan-ringan aja kayak ayam bumbu kecap sama sayur lodeh.

Meriam berjalan melewati gerombolan ibu-ibu yang sedang berbelanja sayur. Namun gerombolan ibu-ibu itu menatap begitu sangat sinis ke Meriam. Mereka terlihat berbisik satu sama lain.

NURMA (CONT'D)

Eh, Jeng Jeng Kalian mau denger nggak gosip mengenai si Meriam itu.

TETANGGA (1)

Gosip tentang apaan tuh Jeng Nurma? Saya kok ketinggalan gosip ya akhir-akhir ini?

TETANGGA (2)

Iya nih Jeng Nurma bikin saya penasaran aja gosipnya. Saya ini lagi nungguin gosip apa yang lagi hot-hot melotot di kampung kedungturi ini?

TETANGGA (1)

Idih jeung Nurma bikin saya semakin penasaran aja tentang gosip mengenai si Meriam.

NURMA

Sabar dong jeng jeng sekalian. Saya kan masih mau mengatur pernafasan.

Meriam berjalan cuek melewati ibu-ibu yang sedang bergosip sambil berbelanja di Tukang Sayur.

Terlihat wajah penasaran dari ibu-ibu yang sedang berbelanja di tukang sayur.

TETANGGA (3)

Ya ampun, Si Meriam itu cukup meresahkan banget!

TETANGGA (1)

Meresahkan, Kenapa, Jeng Rika?

NURMA

Emang gitu sih. Si meriam itu memang sangat meresahkan sekali bagi kita ibu-ibu di sini.

TETANGGA (1)

Kayaknya si Meriam itu perempuan yang gak bener deh.
Dia itu sukanya berangkat pagi pulangnya malam eh nggak deh pulangnya subuh.
Dia bahkan kalau pulang selalu pakai baju yang super seksi dan gemes.
Sampai bikin resah parah suami-suami kita.
Terutama suami saya yang matanya selalu jelalatan.
Dia selalu tidak pernah absen buat ikutan ronda, demi ngelihat Meriam!

TETANGGA (2)

Eh pantesan suami saya sering sekali nyebut-nyebut nama Meriam ketika dia dalam keadaan tertidur pulas bersama saya!
Sumpah si Meriam itu benar-benar meresahkan!

NURMA

Manggilnya pakai suara desahan atau biasa aja Bu?

TETANGGA (2)

Ih seriusan banget manggilnya itu pakai suara-suara yang sedikit mendesah.
Terus nih ya kalau suamiku jadi jarang mau ngelihat wajah aku ketika dia mau gituan.

TETANGGA (3)

Tuh kan, apa kata bu RT itu bener.
Kalau suami-suami kita itu selalu saja mengidam-idamkan Meriam.
Padahal si Meriam itu adalah wanita penggoda.
Apa sebaiknya kita usir aja ya dari kampung kita agar tidak terjadi musibah?

Bu Dian datang menghampiri tukang sayur. Dia mendengarkan ibu-ibu yang sedang bergosip mengenai sosok Meriam penghuni kontrakannya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar