Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. RUMAH SAKIT CENDANA - SIANG
Rumah sakit tampak sibuk, dengan orang-orang yang berlalu-lalang. Musim pancaroba membawa berbagai penyakit, ditambah hujan yang membuat jalanan licin, sering kali menyebabkan kecelakaan.
Bu Anya, 25 tahun, tengah hamil, menangis melihat suaminya terbaring berlumuran darah akibat kecelakaan. Dokter dan perawat datang memeriksa kondisinya.
Dokter selesai memeriksa suami Bu Anya dan mendekati Bu Anya untuk memberitahu kondisinya.
Suami Ibu mengalami gegar otak. Ini harus segera ditangani dengan operasi.
(terisak)
Iya, Dok. Tolong lakukan apapun untuk menyelamatkan suami saya.
(Sambil memandang perawat)
Suster, tolong hubungi Dokter Tomo dan siapkan operasi.
(Beat)
Maaf, saya ada jadwal operasi lain. Suami Ibu akan ditangani oleh Dokter Tomo.
Perawat membawa suami Bu Anya menuju ruang operasi. Bu Anya mengikuti sambil terus menangis.
INT. RUANG OPERASI - SIANG
Suami Bu Anya telah masuk ruang operasi. Beberapa menit kemudian, Dokter Tomo memasuki ruang operasi dengan terburu-buru.
3 JAM KEMUDIAN
Perawat keluar dari ruang operasi lebih awal. Bu Anya panik, menunggu kabar.
(sambil menundukkan kepala)
Suami Ibu meninggal pada pukul 23.00 di ruang operasi.
Bu Anya menangis histeris dan masuk ke ruang operasi, meratapi suaminya yang telah tiada.
FADE OUT / FADE IN
1 TAHUN KEMUDIAN
INT. RUMAH SAKIT CENDANA - SIANG
Bu Anya telah kembali bekerja sebagai perawat. Di lorong rumah sakit, dia tanpa sengaja mendengar dua dokter berbincang di ruang mereka yang pintunya sedikit terbuka.
Vi, kamu sudah dengar tentang Dokter Tomo?
Iya, kasus malapraktik kan?
Dia memang nggak kompeten dari dulu. Ada pasien gegar otak yang meninggal di tengah operasi karena kelalaiannya. Kejadiannya... satu tahun lalu.
Bu Anya terduduk lemas, menjatuhkan alat-alat yang dia bawa sambil menangis.
Dokter Assa dan Dokter Avi terkejut, langsung menghampirinya untuk menenangkan. Mereka tidak tahu alasan Bu Anya menangis.
INT. RUMAH BU ANYA - MALAM
Bu Anya menonton berita tentang malapraktik Dokter Tomo sambil menangis. Di pelukannya, dia menggenggam erat putrinya,Nayaka.
13 TAHUN KEMUDIAN
INT. RUMAH NAYAKA - MALAM
Sebuah rumah minimalis dengan halaman yang luas, jauh dari rumah lain. Dindingnya dipenuhi piala, piagam, dan medali, serta foto Nayaka dan Bu Anya.
Di dapur, meja makan tertata rapi, dan di kamar Nayaka, rak buku penuh dengan komik, novel, dan buku-buku ilmiah.
Nayaka duduk di meja belajar, mengerjakan naskah-naskah film di laptopnya. Wajahnya tampak fokus dan puas.
Bu Anya, baru pulang dari rumah sakit, mengetuk pintu kamar Nayaka.
Nay…
Iya, Bun?
BU ANYA
Kamu sudah makan?
Sudah, aku masak sendiri, lho, Bun.
(Penasaran melihat kertas-kertas di meja)
Kamu lagi nulis apa, Nay?
Ini, naskah-naskah film buatanku. Mau aku selesaikan dan coba aku jual.
Bu Anya terlihat tak senang.
Untuk apa, Nay? Uang jajan dari Bunda kurang?
Bukan, Bun… Nay cuma mau belajar menulis naskah film.
(Jengkel)
Bukannya kamu mau jadi dokter?
(Bingung)
Aku nggak pernah bilang mau jadi dokter, Bun…
Kamu pintar, Nayaka. Kamu bisa selamatkan banyak nyawa. Kalau kamu cuma menulis film, siapa yang akan kamu tolong?
NAYAKA
(Bertekad)
Bunda salah! Lewat film, aku bisa mempengaruhi pikiran orang, menanamkan pesan-pesan positif. Itu juga mengubah dunia, Bun!
(Penuh emosi)
Kamu masih anak-anak! Kamu nggak tahu betapa kerasnya dunia! Kamu juga nggak tahu rasanya melihat suami meninggal karena malapraktik dokter yang tak kompeten!
Bu Anya menangis. Nayaka terpukul oleh kata-kata keras ibunya.
(Tertekan)
Bunda, hentikan… Itu masa lalu. Ayah nggak akan tenang kalau Bunda terus begini.
(Cepat marah)
Bunda hanya ingin kamu jadi dokter, Nay. Agar nggak ada lagi korban seperti Ayahmu.
Aku nggak mau jadi dokter, Bun. Aku ingin membuat film.
Bu Anya menampar Nayaka dengan penuh kekecewaan, lalu menyobek semua naskah film Nayaka dan membuangnya ke tempat sampah. Dia menghapus semua file di laptop Nayaka. Nayaka menangis, tidak melawan.
EXT. HALAMAN RUMAH - MALAM
Bu Anya membakar kertas-kertas naskah sambil memaksa Nayaka untuk melihat.
Lihat api ini! Ini melambangkan kemarahan Bunda.
(Sambil menunduk)
Aku tetap tidak mau jadi dokter.
Bu Anya kecewa, lalu berjalan menuju dapur dengan penuh putus asa. Dia mengambil pisau, menempelkannya ke urat nadinya.
INT. DAPUR - MALAM
(Teriak histeris)
Bunda! Jangan!
Nayaka meraih pisau dari tangan ibunya, lalu memeluk Bu Anya erat-erat. Keduanya menangis bersama.
Bunda, aku sayang Bunda. Aku akan jadi dokter, demi Bunda. Aku akan menolong banyak orang. Aku akan wujudkan keinginan Bunda.
Bu Anya terisak sambil memeluk Nayaka erat.
Bunda percaya, Nay. Kamu akan menjadi dokter yang hebat.
Mereka berdua menangis, saling memeluk dengan penuh emosi.