Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Latar : Eksterior Kebun Belakang Sekolahan
Tiga bocah melompati pagar belakang sekolah
Lompat mereka lalu bersembunyi diantara pohon-pohon bambu. Kebun milik warga.
Mereka mencopot pakaiannya, lalu memasukkannya pada tas
Mereka bertiga berjalan keluar lewat sampah-sampah dan pergi ke warung internet di tepi jalan.
Mereka praktis sudah tidak seperti siswa sekolah.
Mereka sampai di Warung Internet
Latar : Interior Warung Internet
Tertulis : Anak Sekolah dilarang Masuk
Penjaga warnet itu memandangi mereka saja. Ia mendongakkan wajah melihati bocah-bocah ini.
Abdul
"Main mas."
Penjaga warnet itu tidak menggubris. Penjaga warnet menunjuk tulisan anak sekolah dilarang masuk.
Abdul
"Kami sudah tidak sekolah mas."
Penjaga warnet itu diam saja tak menggubris. Wajahnya flat-flat saja tak antusias tak takut.
Abdul memberikan uang kepada penjaga untuk memberinya kupon komputer.
Penjaga itu memberikannya. Tak berkomentar apapun.
Abdul, Mamat dan Hamid berjalan pergi ke komputernya satu-satu.
Beberapa orang sudah terlihat ada disana. Mereka juga anak-anak bolos dari sekolahan sebelah.
Abdul bermain komputer, Mamat juga sama. Hamid bermain di komputer belakang. Dekat toilet.
Mereka bermain dengan senang. Main point blank
Tak begitu lama. Terlihat moncong mobil satpol PP muncul ke permukaan depan warnet.
Penjaga warnet itu diam saja. Anak-anak juga terlihat diam saja. Mereka bermain dengan asyiknya.
Beberapa orang Satpol PP terlihat sibuk turun dari truk dan masuk kedalam warnet.
Satpol PP itu bercengkrama satu sama lain. Komandannya muncul dan menggebrak meja penjaga.
Komandan
"Kami dapat laporan, bahwa banyak anak bolos disini. Kami anak menindak mereka."
Penjaga itu tetap flat saja wajahnya.
Komandan
"Tolong habis ini segera ditutup. Besok kalau begini, saya tutup warnet ini."
Penjaga itu tetap diam saja. Flat.
Komandan itu berjalan masuk kedalam warnet.
Pintu keluar depan sudah dikepung satpol PP banyak.
Komandan tiba-tiba berteriak
"Woii!! Kalian semua sekarang ikut kami ke Kantor."
Semua pemain warnet terlihat bingung.
Termasuk Abdul dan Mamat. Mereka saling pandang.
Tak banyak bicara, Abdul dan Mamat mengambil tas lalu berlarian ke jendela belakang warnet pergi ke persawahan dengan segera.
Hamid, ia tak begitu bingung. Ia dengan tenang tak menggubris kedatangan satpol pp itu.
Kondisi gedubrak-gedubruk terus menerus menjelang. Bocah-bocah SMA ini berlarian ke belakang.
Abdul dan Mamat berhasil lolos ke belakang sawah. Mereka menghilang dibalik persawahan.
Satpol PP keliling kesana kemari dengan tenang, melihati area warnet di kanan dan kiri.
Seorang Satpol PP melihati Hamid bermain dengan tenang di belakang komputer.
Satpol PP
"Hey kamu?" (dengan angkuh)
Hamid
"Ada apa?" (jawabnya cukup angkuh juga)
Satpol PP itu memerhatikannya lagi. Satpol PP itu lalu melangkah berjalan pergi.
Hamid bermain lagi di PC-nya.
Satpol PP itu tiba-tiba berada di belakang Hamid.
Satpol PP
"Kamu ngapain? Sekolah dimana kamu?"
Hamid
"Saya sudah tidak sekolah lagi pak."
Satpol
"Untuk anak seumuranmu, kamu ini masih sekolah."
Hamid hanya diam. Satpol PP itu memerhatikan.
Satpol PP
"Ayo ikut!"
Hamid
"Ada apa pak?" (Sambil tenang)
Entah mengapa, satpol PP itu diam dan akhirnya pergi.
Hamid melihati beberapa bocah-bocah dari sekolah lain yang ditangkap. Sudah. Mereka iku digiring. Sedangkan Abdul dan Mamat, entah kemana tadi.
Semua anak digiring ke mobil dan pergi.
Dengan itu, penjaga warnet itu tiba-tiba mendatangi satu-satu PC anak-anak tadi. Billing mereka distop satu per satu. Ia sedikit tersenyum dengan itu. Senang, orang dapet duit.
Namun, penjaga itu kaget ketika mendapati Hamid masih dibelakang.
Penjaga
"Loh, kok masih disini kamu?"
Hamid
"Iya lah."
Penjaga
"Pulang. Bentar lagi mereka kesini."
Hamid
"Lah, sudah bayar pak."
Penjaga itu mengeluarkan uang dikantongnya, lalu mengembalikannya pada bocah itu.
Penjaga
"Ini. Pergi sekarang lo"
Hamid dengan wajah kesal akhirnya pergi juga lewat belakang. Pergi ke sawah-sawah menyusul Abdul dan Mamat.
Penjaga
"Kalau begini kan enak. Udah dapet berapa nih. (sambil menghitung uang dan berjalan pergi kedepan)"
Rolling door ditutupnya.
Penjaga
"Gue bisa tidur lagi."
Rolling door tertutup
Latar : Areal Persawahan
Abdul dan Mamat terlihat kembang-kempis bernafas. Diantara persawahan, ia bingung dengan itu.
Abdul
"Emang bangsat penjaga satu itu. Kenapa nggak bilang."
Mamat
"Nah iya."
Abdul
"Mana nih si Hamid?"
Mamat
"Nah, mana dia?"
Abdul
"Jangan-jangan, dia kena ciduk."
Mamat
"Halah. Biarlah, yang penting kita selamat." (Mamat berjalan pergi keluar dari areal persawahan)
Abdul
"Lo jangan gitu dong. Kasian dia."
Mamat
"Halah, mau gimana lagi memangnya?"
Abdul juga diam. Ia juga tak tahu harus gimana.
Mamat
"Udah deh, ayo kita cari tempat lain."
Abdul dan Mamat berjalan pergi menenteng tas pergi ke tempat lain entah dimana itu.
Tak lama, Hamid datang ke areal persawahan. Tak ada orang di tempat tadi.
Hamid juga bingung mau kemana lagi.
Ia menggaruk-garuk kepalanya.
Hamid lalu berjalan pergi sendirian.
Latar : Kebon Belakang sekolah
Hamid berjalan lagi kesini. Ia tak menemui kawan-kawannya. Ia tolah-toleh kekanan kekiri,tetap tak menemui kawan-kawannya.
Hamid membuka tasnya dan menggunakan seragamnya lagi.
Hamid melompat masuk kedalam halaman belakang sekolahan
Latar : Halaman Belakang sekolahan
Hamid menggaruk-garuk kepalana sendiri. Ia tetap mencari Abdul dan Mamat.
Ternyata ini waktu istirahat jam pertama. Hanya beberapa menit saja sebelum guru berganti mata pelajaran.
Hamid bertemu dengan Bunga, kawan siswi yang memang dekat dengan Abdul. Kelihatannya ia dari toilet.
Hamid
"Eh bunga, lo lihat Abdul nggak?"
Bunga
"Bukannya tadi sama lo ya."
Hamid
"Iya, terus gue ilang kontak."
Bunga
"Yah, gue nggak tahu deh. Masak dia bolos lagi?"
Hamid diam, ia berusaha menjaga nama baik kawannya.
Bunga
"Oi mid."
Hamid
"Apa?"
Bunga
"Ayo masuk kelas. Nanti dicariin."
Hamid yang masih bingung menggaruk-garuk kepalanya, akhirnya ia ikut Bunga pergi ke kelas.
Latar : Dalam Kelas
Murid sudah ramai, berjajar dan berjibaku dengan buku-buku mereka. Hamid seperti biasa, tak memerhatikan. Ia duduk di kursi barisan belakang.
Ia perhatikan sekitar, tak ada yang aneh. Ia menyiapkan dirinya untuk tidur di atas bangku belakang kelas.
Seseorang perempuan seolah-olah menertawakan kelakuannya, daritadi melihati Hamid dan tertawa-tawa bersama kawannya.
Hamid merasakan itu, ia melihat dirinya sendiri dan berdiri bangun. Ia lihat dari dirinya, tak ada yang salah. Ia cek lagi, tak ada yang salah. Hamid salting sendiri.
Perempuan-perempuan itu saling bercerita. Hamid tak ambil pusing, akhirnya tidur lagi.
Arif mendatangi Hamid dan menggepuk punggungnya saat tidur di bangku
Arif
"Darimana aja lo?"
Hamid
"Apaan sih."
Arif
"Eh lo tadi kagak kena razia lo?"
Hamid
"Ada apa emang?"
Arif
"Anak-anak kelas sebelah, banyak yang kena razia. Lo bolos kan tadi?"
Hamid
"Kagak."
Arif
"Alah, jangan boong lo. Lihat lo, darimana aja emangnya kalo gak bolos?"
Hamid
"Kalau gue bolos. Gue udah kena razia. Buktinya, gue disini-disini aja."
Arif
"Ya kali aja. Emang Mamat sama Abdul dimana?"
Hamid
"Tau"
Arif
"Mereka kena razia kali?"
Hamid diam berpikir
Hamid
"Kali aja."
Arif
"Lo kalau mau bolos. Jangan ke warnet dong."
Hamid
"Kemana?"
Arif
"Pulang-lah. Di rumah."
Hamid
"Alah."
Arif tiba-tiba merangkul Hamid yang lagi gelagapan tidur di meja
Arif
"Lo mendingan ikut gue besok. Oke,"
Hamid
"Kemana emang?"
Arif
"Besok libur kan?. Tenang. Gue kerumah lo pagi. Siap?"
Hamid hanya mengangguk tak minat. Arif pergi kembali lagi ke kursi depan, guru masuk kedalam kelas.