Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kilatan Condromowo
Suka
Favorit
Bagikan
3. Bagian tanpa judul #3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

CUT TO:

23. EXT : MANCING IKAN DI SUNGAI BARITO

      Di hari libur, berperahu sambil memancing tidak hanya disukai dokter Wibowo saja, tetapi juga disukai Astuti. Seringkali saat memancing diikuti empat orang, yakni dokter Wibowo, Astuti, Rianto dan Rini pelayan Toko Asti yang tinggal bersama keluarga dokter Wibowo. Sore menjelang petang itu angin berhembus sepoi-sepoi basah, sedang langit bersih. Langitpun bosan bila terus menerus menampung asap kebakaran hutan yang sebelumnya sempat merepotkan warga masyarakat.

       Perahu tempel yang ditumpangi empat orang keluarga dokter Wibowo masih terapung-apung di tengah sungai. Perahu tempel tergolong perahu kecil, yang dibagian belakang dipasang mesin penggerak, agar perahu bisa melaju ke depan. Jangkar yang berat membuat perahu tidak terbawa arus sungai. Perahu hanya sedikit oleng, ke kiri atau ke kanan. Ikan hasil pancingan sudah cukup lumayan, dapat untuk lauk makan beberapa hari.

ASTUTI

Ayo! ... kita pulang, hari menjelang magrib.

(Ajak Astuti pada dokter Wibowo yang sedang asyik memainkan kail ikan).

WIBOWO

Sebentar! Satu kali tangkapan lagi.

 

 CUT TO:

24. EXT : PETAKA DI SUNGAI

        Sambil menunggu dan menikmati suasana memancing di sungai. Astuti mengeluarkan bekal yang masih tersisa. Ada kacang asin, roti dan marning. Rini hanya diam di samping Astuti sambil menikmati makanan ringan. Tiba-tiba semua tampak tegang, mata terbelalak. Ada kapal besar yang mendekati perahu.

ASTUTI

Itu kapal apa..!

(Astuti berteriak. Tidak ada yang menjawab, semua mata tertuju ke kapal yang datang. Kapal itu makin lama makin dekat. Penghuni kapal puluhan orang. Rianto segera menarik jangkar dan menghidupkan mesin perahu tempel. Tetapi kapal itu malah mengejar, dengan sekejap kapal besar sudah lengket dengan perahu tempel. Rini dan Astuti sangat bingung. Kemudian dari kapal besar meloncat dua orang dengan pedang terhunus, mereka sepertinya pembajak kapal).

PEMBAJAK

Jangan bergerak! kalau tak ingin kulunasi nyawamu!

(Bentak seorang yang sekarang ada di dekat dokter Wibowo. Trengginas orang dengan tubuh tegap menggendong Astuti dan diserahkan ke teman di kapal besar, selanjutnya  Rini juga diculik. Kedua wanita itu menjerit, namun sesudah dalam kapal tak terdengar jeritan lagi. Dua orang pembajak itu segera melubangi perahu dokter Wibowo, sebelum meloncat ke kapal besar berseru pada dokter Wibowo dan Rianto).

PEMBAJAK

 “Silahkan pulang, jangan coba-coba lapor Polisi bila tidak ingin dua wanita itu lenyap! (Kapal yang dinaiki para pembajak segera tancap gas, dengan kecepatan tinggi menjauhi perahu dokter Wibowo. Rianto dan dokter Wibowo membisu bagai robot, keduanya baru sadar setelah air sungai sudah membasahi kaki dari buritan perahu yang bocor).

WIBOWO

Ayo tancap! sebelum tenggelam.

(Rianto menjalankan perahu secepat-cepatnya. Hampir mendekati pinggir sungai perahu sudah penuh air dan tenggelam. Dokter Wibowo dan Rianto terpaksa berenang mendekati pinggir sungai, baju basah dan kelelahan membuat keduanya menelentangkan badan di bibir sungai).

RIANTO

Sial betul kita!

WIBOWO

Ya ... dik, belum sembuh satu kedukaan,  sekarang menyusul duka yang lain. Dulu aku sudah menutup jam praktik. Mungkin sekarang Toko Asti harus menyusul untuk ditutup.

RIANTO

Cerdik sekali pembajak itu, perahu dibocorkan. Kita jadi tak bisa mengejar.

WIBOWO

Mereka sangat professional.

RIANTO

Apa yang dapat kita lakukan?

WIBOWO

Ayo pulang saja, sambil berfikir.

RIANTO

Masih untung dekat rumah.

(Dokter Wibowo dan Rianto dengan langkah gontai mengangkat kaki untuk pulang, dengan aplikasi smartphone memanggil ojekan sepeda untuk bisa segera pulang).

CUT TO:

25. INT : MENYUSUN STRATEGI DI RUMAH

        Pagi telah tiba. Dokter Wibowo sedang berbincang dengan Rianto. Dokter Wibowo tidak ke kantor, mulai kemarin mengambil cuti tahunan selama 2 pekan.

WIBOWO

Dik ... apa kita lapor Polisi?

(Dokter Wibowo memulai pembicaraan).

RIANTO

“Wah ... tapi kita harus ingat ancaman pembajak. Mereka akan membunuh Mbak Astuti dan Rini bila kita lapor Polisi. Siapa tahu intel-intel mereka terus mengintai kita.

WIBOWO

“O... betul juga. Terus bagaimana usaha dik Rianto untuk mencari informasi ke teman dan orang yang diduga mengenal ulah para pembajak.

        (Rianto lalu menceritakan bahwa telah menemui seseorang bernama Danuarto. Menurut Danuarto, wanita yang diculik seringkali dijual ke luar negeri atau lain daerah untuk dijadikan wanita penghibur. Menurut taksiran Danuarto ada orang sangat kaya di daerah hilir Sungai Kotabaru dan masih termasuk anak sungai Barito. Namanya Abdul Rasid. Abdul Rasid memiliki jaringan yang kuat, memiliki anak buah sangat banyak sehingga sangat sulit ditemui orang. Abdul Rasid layak dimintai informasi tentang raibnya Astuti dan Rini).

WIBOWO

Terus bagaimana cara menemui dia?

(Sela dokter Wibowo memutus cerita Rianto).

RIANTO

Itulah yang sedang saya pikirkan.

WIBOWO

Bagaimana kalau kita melakukan penyamaran, besuk kita mencari. Dik Rianto berperan sebagai mantri kesehatan dan aku sebagai penderita yang telah sembuh dari sakit lepra.” (Kata dokter Wibowo sambil menunjukkan ruas jari tangan yang terputus).

RIANTO

Tapi aku tidak tahu seluk beluk kedokteran!

WIBOWO

Ah .. sudahlah nanti bisa diatur.

(Rianto dan dokter Wibowo bersiap diri untuk mencari informasi tentang keberadaan Astuti dan Rini).

CUT TO:

25. EXT : PERGI MENYAMAR

       Sejak pagi suasana mendung. Udara dingin dan berkabut. Matahari tidak menampakkan diri, sedang bermalas-malas di balik mendung. Gerimis rintik-rintik mulai turun. Gerimis sebagai anugerah alam agar dapat membunuh api yang begitu perkasa melahap hutan maupun lahan yang terbakar. Awan bergerak mengiringi matahari menampakkan diri, dengan disambut lukisan pelangi yang melengkung di langit sebelah barat.

         Di jalan yang tak jauh dari perkampungan ada semak-semak di pinggir jalan. Ada empat orang yang sedang berteduh sambil berbisik-bisik.

TAMBUN

Kita harus selalu mengawasi jalan itu. Jangan sampai lengah!

(Kata seorang yang bertubuh paling tambun, dan rekan-rekannya memanggil dengan nama Tambun).

TAMBUN

Bukankah bos menugaskan kita seperti itu?

KARMIN

Tetapi mana orang? ciri orang yang diperintahkan untuk ditangkap tak ada!

(Kata yang berambut keriting, bernama Karmin).

TAMBUN

Tapi harus tetap waspada. Semoga rekan di tempat lain dapat menangkap.

(Tidak lama kemudian dikejauhan terlihat dua orang berbaju putih berjalan mendekat. Kedua orang yang lewat tidak menyadari bila mereka sedang dinanti pembegal).

TAMBUN

Ayo cepat atur posisi!

(Kata Tambun kepada tiga temannya untuk mencari tempat persembunyian).

KARMIN

Berhenti! ... diam di tempat!

(Suara lantang dibalik semak. Empat orang sudah mengepung dua orang berbaju putih. Dua orang yang berbaju putih mengangkat tangan dengan gugup. Seorang pembegal segera mengikatkan tali dan dengan tangan terikat dua orang baju putih digiring menuju pinggir hutan).

CUT TO:

26. INT : DI TENDA PARA PEMBEGAL

       Di pinggir hutan telah berdiri tenda besar dari parasut. Di dalam tenda warna coklat itu duduk seorang pria berbadan tegap, rambut kumis dan jenggotnya tebal, membuat penampilan yang sangar. Selama ini orang besar tersebut, dikenal sebagai kepala para pembegal.

KEPALA BEGAL

Bawa kesini.. mbun!

 (Perintah orang yang duduk di kursi rotan. Tambun menjalankan perintah pimpinan dan segera keluar dari tenda. Dua orang berbaju putih digiring dari luar menuju ke dalam tenda. Wibowo dan Rianto dihadapkan pada orang besar yang duduk di depannya sambil  memain-mainkan tongkat dari kayu).

KEPALA BEGAL

Siapa nama tuan?

WIBOWO

Saya bemama Wibowo.

KEPALA BEGAL

Satunya lagi.

RIANTO

Saya Rianto.

KEPALA BEGAL

Mau kemanakah kalian berdua?

WIBOWO

Mau mencari istri dan suadaraku.

(Wibowo kemudian menceritakan tujuan untuk melacak penculikan terhadap istri dan kerabatnya bernama Rini).

WIBOWO

Menurut petunjuk yang saya peroleh, kalau bisa saya harus menemui orang yang bernama Abdul Rasid.

ABDUL RASID

Benar, sayalah Abdul Rasid.

RIANTO

Tapi mengapa tuan justru menyergap kami?

ABDUL RASID

Tiga hari yang lalu, anak buahku dihajar orang sampai meninggal, untuk itu kami sedang mencari pelakunya. Ya ... Mohon maaf atas perlakuan anak buahku yang kurang sopan.

WIBOWO

Tidak mengapa, maaf tuan, tahukah tuan yang menculik istri dan saudara saya?

ABDUL RASID

“Saya tidak mengetahui. Kelompokku hanya membajak atau membegal orang yang memeras rakyat, seperti renternir atau kalau di laut pelaut asing yang mencuri ikan

di wilayah negeri ini!"

(Wibowo dan Rianto terus berupaya mengorek keterangan dari Abdul Rasid).

RIANTO

Tidakkah tuan punya petunjuk tentang wanita-wanita yang diculik pembajak!

ABDUL RASID

Seringkali saya mendengar, banyak wanita yang diculik. Namun sampai sekarang aparat keamanan juga kesulitan dalam menangkap para pelaku. Saya sebenarnya sangat tidak senang terhadap ulah para pembajak yang menculik wanita. Untung saya belum pernah menangkap basah mereka, bila ketahuan akan saya hajar.

WIBOWO

Adakah pembajak, yang tuan kenali.

ABDUL RASID

Baiklah, tuan berdua akan saya antar langsung untuk menemui seorang pembajak yang mungkin juga menculik. Namun saya hanya sebatas menunjukkan rumahnya. Tuan berdua yang menghadap sendiri.

WIBOWO

Kalau begitu, terima kasih Tuan Rasid.

CUT TO:

27. EXT : MENCARI INFORMASI KE PT PENGERAH TENAGA KERJA (TKW)

        Tidak seberapa lama Tambun telah menyiapkan dua buah sepeda motor trail. Sepeda motor jenis trail sangat cocok untuk medan berbukit-bukit atau jalan becek yang akan dilalui. Tambun dan Abdul Rasid menghidupkan mesin dan menyuruh Wibowo dan Rianto untuk bonceng di belakang. Wibowo dibonceng Abdul Rasid, sedang Rianto ikut di belakang Tambun. Abdul Rasid melaju dengan kencang, di belakang diiringi Tambun. Jalan yang dilewati memang tidak mulus, terkadang harus melompat jalan berlubang. Bahkan untuk mempercepat jalan terpaksa melompat parit. Perjalanan yang ditunjukkan Abdul Rasid juga lewat sungai, sehingga sepeda motor juga ikut naik perahu. Turun dari perahu melewati jalan perkampungan dengan rumah masih jarang. Selanjutnya menginjak pula jalan beraspal. Menuju kawasan dengan jumlah penduduk cukup padat.

Selamat Datang di Kota Sidorejo

        Tulisan yang dibaca Wibowo saat melewati gerbang kota. Kendaraan yang lalu lalang cukup ramai. Asap mengepul dengan warna hitam. Rianto dan Wibowo menutup lubang hidung dengan kain sapu tangan. Memang problem di kota, asap kendaraan telah menjadi bahan pencemar udara.  Apalagi bila sampai terjadi kebakaran hutan. Penyebab kebakaran hutan kebanyakan disebabkan ulah manusia. Membakar hutan sengaja untuk membuka wilayah menjadi kawasan perkebunan atau tempat tinggal. Tidak perlu biaya besar. Cukup dengan segenggam korek api sudah dapat membakar ribuan hektar. Para pelaku yang membakar hutan, kurang memiliki rasa cinta pada alam. Apapun alasan membakar hutan sama saja dengan menciptakan krisis lingkungan. Baik ditinjau dari segi ekonomis, hidrologis, ekologis maupun klimatologis.

        Sepeda motor yang dinaiki Abdul Rasid dan Tambun terus melaju, sampai di pinggiran kota. Abdul Rasid memerintahkan Wibowo dan Rianto untuk turun dari sepeda.

ABDUL RASID

 Saya hanya mengantar sampai di sini. Silakan kalian berjalan lurus. Di perempatan jalan pertama belok kanan, di perempatan lagi lurus ke kiri. Nanti akan sampai Jalan Mawar.

RIANTO

Rumah nomor berapa tuan?

ABDUL RASID

Patokannya, rumah paling besar.Tak perlu nomor?

Ya ... cari saja rumah tuan Jalal, orangnya sudah sangat tersohor.

(Usai berkata Abdul Rasid diikuti Tambun langsung tancap gas. Dalam 5 menit saja sudah lenyap dari pandangan Rianto dan Wibowo).

RIANTO

Aneh betul mereka itu!

WIBOWO

Ya ... semoga mereka tidak menipu. Aku juga curiga orang yang mengaku bernama Abdul Rasid perawakan mirip dengan Margono!

RIANTO

Bagaimana wajahnya?

WIBOWO

Aku kurang paham, mirip tapi tidak sama. Semoga saja dia tak menipu!

RIANTO

Masak kita tertipu terus?

WIBOWO

Ayo kita jalan saja dan membuktikan ucapan mereka.

CUT TO:

28. EXT : PERGI KE KANTOR PENGERAH TENAGA KERJA

        Rianto dan Wibowo yang menyamarkan gelar dokternya terus berjalan mendekati rumah yang telah ditunjukkan Abdul Rasid. Tidak sulit mencari Jalan Mawar, setelah berjalan selama 20 menit dapat ditemukan. Di kejauhan telah terlihat rumah paling besar dan megah, dengan latar belakang bukit yang ditumbuhi tumbuhan hijau, semakin memperindah pemandangan alam.

Rumah yang dituju Rianto dan Wibowo telah didekati. Pagar rumah dari besi, di dekat pintu tertampang papan nama PT Jala Karya Utama, melayani jasa pengerahan tenaga kerja ke luar negeri.

WIBOWO

Apa Astuti dan Rini diselundupkan keluar negeri dengan dalih sebagai TKW?

RIANTO

Mungkin juga, bukankah ada satu-dua jasa pengerah tenaga kerja yang nakal!

WIBOWO

“Perusahaan jasa TKW yang nakal harus ditutup!"

RIANTO

“Itu tidak cukup, pengelola harus dihukum agar yang lain jera."

WIBOWO

Sekarang ini, banyak jasa pengerah tenaga kerja yang memeras pada tenaga kerja.

(Wibowo dan Rianto tanpa ragu-ragu terus memasuki halaman rumah. Di ruang depan yang dijadikan ruang kerja PT, ada seorang karyawan yang tengah bekerja dengan komputernya. Rianto dan Wibowo dengan ramah dipersilakan masuk, bahkan langsung dipertemukan dengan Tuan Jalal selaku pimpinan  perusahaan).

JALAL

Kalian ini dari mana?

WIBOWO

Kami pendatang baru di kota ini.

RIANTO

Kami ingin mengadu untung di kota yang berkembang ini. Mungkin ada pekerjaan yang cocok dengan keahlian kami.

JALAL

Kalian ini ahli bidang apa?

RIANTO

Saya ini mantri kesehatan. Akibat krisis ekonomi rumah sakit tempat kami bekerja mengadakan PHK. Secara sukarela saya mengajukan permohonan untuk bekerja swasta. Baru-baru ini saya juga berhasil mengobati orang sakit lepra, akhirnya dapat sembuh meski kehilangan jari-jari tangan.

JALAL

Baik..

RIANTO

Lihat buktinya tuan!

(Rianto sambil tangan Kiri mengangkat tangan kanan Wibowo. Mendengar paparan Rianto, Tuan Jalal jadi terpengaruh).

JALAL

Kalau begitu ... kalau begitu, saya bisa minta tolong.

RIANTO

Pertolongan apa tuan?

JALAL

     Kalian dapat memeriksa dan mengobati para TKW yang akan saya berangkatkan ke luar negeri. Tapi nanti sore saja, sekarang mereka saya beritahu dulu.

(Tuan Jalal lalu menyuruh Rianto dan Wibowo untuk istirahat dan melihat situasi rumah. Hanya saja tidak diperkenankan bertemu para TKW).

CUT TO:

29. INT : MEMERIKSA TKW DI KANTOR PT JALA KARYA UTAMA

          Kesempatan untuk tinggal di PT pengerah tenaga kerja ini dimanfaatkan Wibowo untuk menyusun strategi.

WIBOWO

Nanti saat memeriksa para TKW. Bila menemui Astuti atau Rini beri saja kapsul mati suri dalam tas sudah saya persiapkan sejak kemarin.

RIANTO

Maksudnya bagaimana?

(Rianto yang mendengar, sedikit melotot).

WIBOWO

Kapsul mati suri itu membuat orang terbius dan mati selama 24-30 jam. Setelah disuntik dengan obat penetral yang bersangkutan akan hidup kembali. Besuk saat bertemu Rini dan Astuti, tuliskan resep 'kalau ingin selamat minumlah kapsul ini jam 4 pagi.

 Khusus yang normal beri saja kapsul vitamin agar para TKW sehat.

RIANTO

Baiklah… saya mengerti!

(Rianto mengajak Wibowo untuk jalan-jalan di seputar rumah. Sesampai di belakang rumah, pikiran Wibowo terperanjat saat melihat pemakaman dengan tanah masih baru ditimbun).

RIANTO

Melihat tanahnya, kukira makam ini belum genap tujuh hari. Ini berarti bila ada TKW meninggal langsung dikubur.

WIBOWO

“Tepat sekali, kalau ada TKW meninggal dikubur di sini.”

RIANTO

Sepertinya begitu.

(Rianto dan Wibowo lalu kembali masuk rumah dan duduk lesehan di kursi sofa yang ada di samping teras sambil menunggu panggilan dari tuan Jalal. Tepat jam 5 sore tuan Jalal menyuruh Rianto untuk memeriksa kesehatan para TKW).

JALAL

“Sudah siap untuk pemeriksaan?

RIANTO

Siap tuan!

WIBOWO

Boleh saya ikut tuan?

JALAL

O...., tidak boleh, tuan di sini saja.

(Tuan Jalal berjalan diikuti Rianto mengiringi di belakang sambil nyangking tas berisi obat dan alat kesehatan. Jantung Rianto berdetak lebih keras, karena akan bertemu dengan Rini yang selama ini sudah cukup akrab dalam pergaulan sehari-hari. Tetapi Rianto sangat

terkejut, kamar yang dimasuki Tuan Jalal kosong tak berpenghuni).

JALAL

“Saya hanya minta, tuan Rianto memeriksa tangan saja. Nanti saya panggil satu-persatu.

(Rianto hanya bisa manggut-manggut saja, memang di tembok depan tempat berdiri ada lubang yang tingginya di atas kepala. Tuan Jalal membuka buku dan memanggil TKW yang diperiksa kesehatan).

JALAL

Aminah!

(Dipanggil nama Aminah, dari lubang tembok diulurkan tangan mulai pergelangan sampai jari-jari tangan. Rianto terpaksa ikut mengangkat tangan untuk menjangkau tangan yang menjulur dari lubang tembok. Rianto dengan teliti memeriksa dan memberikan kapsul vitamin. Rianto tidak dapat berkomunikasi, dalam ruangan diperdengarkan

musik dengan keras).

JALAL

Enggarwati!

Painem!

Juminten!

Tukinah!

Sumasih!

(Rahayu! dan seterusnya Rianto memperlakukan pasien dengan sama, sampai urutan ke-21 terdengar panggilan).

Rini!

 (Dada Rianto berdebar keras, dan mengamati tangan dengan cermat. Rianto ragu apakah ini tangan Rini atau bukan. Sesuai petunjuk Wibowo kapsul mati suri diberikan disertai petunjuk cara makan.

Hampir jam 10 malam, pemeriksaan berakhir sampai urutan ke 61. Aneh nama Astuti yang diharapkan muncul, tidak juga terpanggil. Rianto dengan diantar tuan Jalal bergegas menemui Wibowo. Saat itu juga tuan Jalal membayar seluruh biaya pemeriksaan. Bahkan tuan Jalal menawarkan untuk menginap. Rianto dan Wibowo menerima tawaran tuan Jalal dengan senang hati).

CUT TO:

30. EXT : MEMBONGKAR KUBURAN

        Jam 6 pagi Rianto dan Wibowo mohon diri pada tuam Jalal.  Wibowo nampak kalut. Cerita yang didengar dari pengalaman Rianto Semakin mengacaukan pikiran, dimana Astuti berada.

RIANTO

Ke mana kita?

(Memecah lamunan Wibowo)

WIBOWO

Jalan-jalan saja sambil menanti sore!

(Menunggu memang pekerjaan membosankan. Agar tidak bosan Wibowo dan Rianto memanfaatkan waktu dengan melihat keadaan Kota Sidorejo. Ke pusat kota dengan jalan kaki, bila kaki telah lelah dan kaku diselonjorkan. Bila hilang lelah jalan lagi. Di toko elektronik, Rianto membeli lampu senter untuk persiapan malam hari.

Petang menjelang malam yang ditunggu-tunggu telah tiba, Rianto dan Wibowo berjalan menuju Jalan Mawar lagi. Namun kali ini sasaran menuju belakang rumah tuan Jalal. Tiba di tempat tujuan hari telah gelap. Sinar rembulan setelah purnama sedikit membantu menerangi jalan yang dilewati).

Keadaan sepi mencekam, sebentar-sebentar terdengar nyanyian Jengkerik dan terdengar pula Belalang padang yang terbang dari satu pohon ke pohon lain. Di bawah pohon Beringin yang rimbun, dua orang bekerja keras membongkar liang kubur. Pekerjaan tidak terlalu sulit, tanah timbunan masih baru. Tidak lama peti telah terangkat, jenasah yang ada di dalam peti dikeluarkan, sedang peti kosong dan tanah galian dikembalikan seperti timbunan semula).

WIBOWO

Ayo dibopong dan menjauh dulu

(Rianto tak menjawab hanya dengan gerakan, lalu menggotong jenasah bagian pinggul dan kaki sedang Wibowo badan dan kepala).

WIBOWO

Berhenti saja!

(Ketika menemukan tanah ladang yang rata. Jenasah diturunkan pakaian yang dikenakan hanya pakaian biasa. Bagian atas baju berkerah, sedang bagian bawah rok span. Hanya bagian kepala dibungkus kain kebaya yang sering dipakai kaum wanita. Rianto sangat terperangah saat kain pembungkus kepala dibuka dan diterangi dengan lampu senter).

RIANTO

Lho... kok bukan Rini?

WIBOWO

Memang orang meninggal wajah bisa berubah?

(Selanjutnya Wibowo dengan tangkas menyuntikkan obat penetral mati suri. Detik demi detik, menit demi menit detak jantung dan paru-paru berdetak. Rianto mengoseri lubang hidung dengan minyak kayu putih. Wanita itu mulai bergerak dan menunjukkan tanda-tanda hidup yang sesungguhnya. Sambil menyeka kedua mata, wanita itu mulai memandang sekeliling. Wibowo dan Rianto masih heran ternyata memang bukan Rini yang dicari.  Wanita itu wajahnya masih pucat, rambut terurai kusut dan belum mampu berbicara. Wibowo dan Rianto memperhatikan wanita dihadapannya dengan penuh tanda tanya. Bagaimanapun usaha telah maksimal, tetapi masih belum menemukan Rini dan Astuti. Jalan masih terbuka dengan meminta bantuan informasi pada wanita yang telah ditemukan. Masalahnya kapan wanita itu dapat berbicara lagi).

CUT TO:

31. EXT : SIUMAN DARI MATI SURI

        Wanita yang ada disamping Rianto semakin membaik, mulai mampu duduk sendiri. Tatapan mata mulai tajam, pandangan ke segala penjuru, Wajah penuh keheranan, mimik mulut bergerak seolah-olah ingin berbicara. Wibowo menyuruh wanita itu untuk bernapas panjang. Berkali-kali dapat mengambil napas panjang, sehingga dapat melonggarkan dada dan tenggorokan.

WANITA SIUMAN

Dimana aku?

RIANTO

Nona ada di tempat yang aman.

WANITA SIUMAN

Siapa kalian ini?

RIANTO

Kami yang meloloskan nona dari kurungan tuan Jalal.

WIBOWO

Namaku Wibowo, dan siapa nama nona.

WANITA SIUMAN

Namaku Hermin.

WIBOWO

Hermin?

RIANTO

Apakah hermin menelan obat yang harus diminum sesuai resep yang didapat?

HERMIN

Benar.

RIANTO

Tapi saat dipanggil, nama nona Rini?

HERMIN

Benar tuan, selama dalam penyekapan nama dipertukarkan, saya menggunakan Rini. Saya satu kamar dengan Rini di kamar nomor 205. Hermin dipakai orang bernama Titik, Rini menggunakan nama Sri Dewi.

WIBOWO

Apakah ada yang bernama Astuti?

HERMIN

Seingat saya ada!

RIANTO

Tapi waktu pemeriksaan tidak ada.

HERMIN

Ya…. Tidak tahu, yang pasti ada yang bernama Astuti.

(Wibowo lalu bercerita panjang lebar, tentang usaha menemukan keluarga yang diculik orang. Bahkan sampai upaya menyelamatkan Rini, namun yang ditemukan justru Hermin. Usaha untuk mematisurikan Rini, sebenarnya hanya coba-coba. Namun cara yang digunakan untuk mengamankan wanita ternyata sangat lihai).

RIANTO

Bagaimana nona Hermin bisa disekap?

HERMIN

Sama! saya juga diculik, tapi bukan saat naik perahu tetapi justru saat mandi di sungai. Mungkin keluarga mengira saya hilang terbawa arus sungai. Ketika itu bersamaan dengan hujan deras dan arus permukaan sungai naik sampai satu meter. Setelah dinaikkan perahu mata saya ditutup, entah dibawa ke mana! Tutup mata dibuka setelah sampai di tempat penyekapan, entah di kota apa.

(Hermin bercerita dengan mata berkaca-kaca seolah menyesali nasib yang kurang menguntungkan).

RIANTO

Ini kota Sidorejo.

HERMIN

Apa, Sidorejo?

RIANTO

Mengapa heran?

HERMIN

Sidorejo ini dekat dengan desaku, bahkan rumah paman saya ada di sini. Di Jalan Gunung Salak no 24.

RIANTO

"Wah ... kebetulan, nona akan saya antarkan sekarang.

HERMIN

Terima kasih, tuan-tuan telah menolong saya. Besuk kejadian ini akan saya laporkan pada Polisi.

WIBOWO

Sebentar! Hermin, Saya akan menyelamatkan Astuti dan Rini paling tidak besuk malam. Kalau tak berhasil esok lusa silakan lapor Polisi. Mungkin Hermin bisa memberi petunjuk tentang rumah tuan Jalal.

HERMIN

Saya dulu awalnya disekap di rumah tuan Jalal, sebelum akhirnya dipindah ke kantor perusahaan. Rumah pribadi tuan Jalal dengan kantor perusahaan sebenarnya hanya berjarak 200 meter. Isu yang saya dengan dari rumah menuju kantor dihubungkan dengan terowongan yang dapat dilalui sepeda motor!

CUT TO:

32. EXT : INFORMASI SKETSA RUMAH JALAL

       Hermin bercerita cukup detail tentang rumah tuan Jalal. Tempat menyekap para wanita berupa bangunan bentuk melingkar atau bentuk O. Di tengah-tengah terdapat halaman yang cukup luas, kira-kira 20 x 20 meter. Di pusat halaman ada kolam bentuk melingkar, tempat mandi para wanita. Di pusat kolam terdapat pusaran air yang terbentuk dari lubang bentuk lingkaran diameter satu setengah meter. Lubang air tersebut ber   peran sebagai saluran pembuangan air.

      Di atas lubang ada gantungan tulisan “masuk lubang ini berarti bunuh diri atau mati.”

Panjang saluran air lebih dari 100 meter. Lubang saluran itu bermuara pada tebing pinggir sungai yang sangat dalam. Ketinggian muara saluran air dengan permukaan sungai lebih dari 30 meter, sedang ke permukaan atas sekitar 10 meter. Tanpa bantuan alat sangat tidak mungkin manusia bisa selamat, bila ke luar dari muara saluran air.

WIBOWO

Nona kok, sangat menguasai medan?

HERMIN

Saya pemah masuk lubang saluran itu, bahkan sudah sampai di muara saluran. Naas teman saya nekat terjun ' ke bawah. Ya ... tewas! sejak kejadian itu saya ceritakan, tak ada seorangpun yang berani mencoba.

RIANTO

Apa tuan Jalal tidak tahu!

HERMIN

Seperti tidak pernah meperdulikan. Bahkan tidak ada penjaga, kalau ada yang bunuh diri langsung dimasukkan ke lubang saluran air. Kalau meninggal wajar akan dikubur di belakang kantor.

RIANTO

Kemarin Hermin khan meninggal?

HERMIN

Ya ... Kalau mati wajar akan dimakamkan di belakang rumah.

CUT TO:

33. EXT : RUMAH JALAN GUNUNG SALAK

         Rianto dan Wibowo mengantarkan Hermin ke rumah di Jalan Gunung Salak. Malam hari ditempuh dengan memanfaatkan ojekan sepeda motor. Hermin juga belum paham situasi Kota Sidorejo, setelah tanya sana-sini Jalan Gunung Salak dapat ditemukan. Rumah nomor 24 di Jalan Gunung Salak dapat ditemukan, setelah mengetuk pintu tuan rumah membukakan pintu. Kebetulan yang ke luar Paman Hermin bemama Warsono. Suasana haru menyelimuti pertemuan antara paman dan keponakan yang telah dinyatakan hilang. Tidak ketinggalan Nyonya Warsono dan anak-anaknya. Rianto dan Wibowo menatap adegan yang dilihat dengan rasa bahagia, keluarga yang terpisah telah kembali. Hermin lalu memperkenalkan dua pria yang bersamanya pada keluarga Warsono, mereka bersalaman.

RIANTO

Saya Rianto!

TUAN RUMAH PRIA

Saya Warsono!

WIBOWO

Saya Wibowo!

(Malam itu juga Rianto dan Wibowo mohon diri untuk pamit pada Pak Warsono. Ajakan untuk menginap ditolak dengan halus oleh Rianto dan Wibowo).

WIBOWO

Terima kasih Pak Warsono, atas penerimaannya.

RIANTO

Terima kasih atas, hidangan ... tahu campurnya.

(Sebelum beranjak keluar dari halaman rumah, Wibowo hanya berpesan pada Hermin).

WIBOWO

Jangan lupa lho pesan saya, jangan lapor polisi sebelum Astuti istriku dan Rini belum terbebas?

HERMIN

Ya.. terima kasih.

(Hermin tak banyak bicara, hanya kepalanya saja yang diangguk-anggukkan, pertanda setuju).


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar