Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. DEPAN RUSUN KAMPUNG HILIR — SIANG
Bara berjalan masuk rusun sambil melongok, tidak percaya. Dengan cuek, dia melewati ruang satpam kosong yang berada di depan gerbang rusun.
EXT. RUSUN KAMPUNG HILIR. LT DASAR — SIANG
Bara terus berjalan sambil melihat lantai dasar Rusun yang dipenuhi WARGA-WARGA yang berjualan dan berbelanja. Tampak PEDAGANG-PEDAGANG berjualan dengan meja-meja kayu seadanya ataupun meja stand yang masih baru.
Mereka menjual berbagai macam hal. Mulai dari berjualan sayur-sayuran, warung kelontong, sampai tempat makan seperti tukang nasi uduk, warteg, dan gerobak mie ayam.
Bara masih melongo melihat keadaan itu.
EXT. KAMPUNG HILIR. LORONG — SIANG. FLASHBACK
Bara (25), yang babak belur, menengok ke belakang.
Di belakangnya, tampak Ipung (20), Hasan (22), Rizki (22), dan Kinan (18) yang juga babak belur mengikutinya. Tampak mereka sedang berdiri di depan sebuah tukang gorengan, sementara PENJUAL GORENGAN menghitung lalu menyodorkan beberapa lembar 10 ribuan pada Bara.
Bara dan yang lain tengah berada di gang sempit Kampung Hilir. Di sekitar mereka terdapat beberapa beranda rumah yang saling berdempetan dan disulap menjadi warung seadanya. Mulai dari berjualan sayur, toko kelontong, ataupun warteg.
Bara mengambil uang yang disodorkan Penjual Gorengan. Dia dan yang lain kemudian pindah menagih Penjual Sayur yang berada di sebelah Penjual Gorengan.
Bara berhenti menagih lalu menengok Kinan dengan malas.
Kinan tersentak marah sementara yang lain TERTAWA.
Bara lanjut menagih meninggalkan teman-temannya. Ipung dan yang lain berhenti sebentar sambil menengok ke Kinan.
Kinan garuk-garuk kepala bingung.
Hasan tersenyum ke arah Kinan.
Kinan terdiam. Matanya melongok, tidak percaya.
Rizki tertawa.
Hasan langsung mempiting Rizki. Rizki berusaha melepaskan diri dengan berusaha mencolok hidung Hasan. Ipung berusaha melerai sementara Bara yang menengok ke belakang langsung geleng-geleng.
Bara langsung ikut bergulat dengan Hasan dan Rizki sambil tertawa-tawa, sementara Ipung bersorak penuh semangat.
Kinan melihat Bara dan yang lain dengan tatapan iba.
Bara, Rizki, Ipung, dan Hasan terdiam melihat Kinan.
Bara kemudian memperhatikan adiknya itu. Tampak Kinan penuh luka dan bajunya kotor dengan tanah.
Dia kemudian melirik teman-temannya yang juga penuh luka dan noda kotor dimana-mana.
Bara memejamkan matanya beberapa saat, lalu menghela nafas.
Ipung, Hasan, Rizki, dan Kinan menengok ke Bara. Mereka terlihat kebingungan melihat Bara memandang mereka semua dengan tatapan serius.
Ipung, Hasan, Rizki, dan Kinan tersentak kaget. Mereka segera mendekat ke arah Bara dengan tatapan antusias. Ipung yang terlihat paling antusias.
Bara tersenyum sambil mengeluarkan sebuah gulungan kuno.
EXT. JALAN PINTU GUNUNG ADIL — SIANG
Sebuah Metromini berhenti, sepasang kaki pemuda bersepatu boots turun dari Metromini.
Ketika kita melihat ke atas, Pemuda bersepatu boots itu ternyata Bara yang menggendong tas di bahu kanannya dan mengenakan jaket jeans lamanya, terlihat gagah, dan penuh semangat.
Bara melihat ke depan, dimana di depannya terdapat jalan setapak penuh semak belukar yang menuju ke arah gunung.
Bara menarik nafas. Lalu dengan penuh percaya diri, dia berjalan masuk jalan setapak hutan itu.
EXT. RUSUN KAMPUNG HILIR. LT DASAR — SIANG
Kembali ke masa sekarang, Bara masih melongo sambil berjalan memperhatikan warung-warung di lantai dasar, membuat BEBERAPA WARGA memperhatikannya dan salah satu dari mereka berlari pergi.
Bara celingak-celinguk memperhatikan warung satu persatu, membuat warga yang dilewatinya berbisik-bisik curiga. Namun Bara tidak mempedulikannya sama sekali. Dia terlalu tenggelam dalam perasaan bingungnya.
Bara menengok. Dia kaget melihat SEORANG SATPAM paruh baya cungkring memperhatikannya dengan seksama. Di samping Satpam itu, terdapat warga yang tadi berlari pergi.
Satpam mendekat sambil memperhatikan Bara dengan seksama, begitu pun Bara. Bara balas memicingkan mata, berusaha mengingat-ingat sang Satpam.
Sang satpam tiba-tiba tersenyum lebar lalu menepuk pundak Bara dengan begitu semangat.
Bara semakin memicingkan matanya sambil menunjuk Pria itu dengan heran.
Satpam cungkring itu, Ipung (30), mengangguk mantap.
EXT. RUSUN KAMPUNG HILIR. WARUNG IPUNG — SIANG
TANGAN ARUM meletakkan segelas kopi yang masih mengeluarkan uap panas di atas meja.
Ipung, yang duduk di seberang Bara, tersenyum ke arah Bara sambil melingkarkan tangannya ke pinggang ARUM (32), istrinya, yang tengah hamil tua.
Bara tersenyum ke arah Arum, yang langsung dibalas dengan anggukan kecil. Arum pun kembali ke dalam.
Bara segera meneguk kopinya cepat-cepat, seolah tidak merasa panas meskipun asap masih mengepul dari gelas itu. Sementara itu Ipung hanya berdecak kagum melihat Bara.
Begitu beres menghabiskan kopinya, Bara segera memajukan badannya ke arah Ipung.
Ipung tersentak kaget.
Bara menunjuk ke sekeliling.
Ipung tersentak kaget lalu menunjukkan seragamnya ke Bara.
Ipung terdiam beberapa saat, enggan mengatakan sesuatu.
Ipung kembali terdiam. Dia sedikit menunduk, sayu.
Bara langsung bangkit sambil membelalakan mata, membuat Ipung terlonjak kaget.
Bara kembali duduk sambil bernafas lega, pundaknya kembali lemas. Ipung pun ikut bernafas lega.
Ipung melihat ke arah Bara dengan heran. Dia kaget melihat Bara menatap balik dirinya dengan tatapan tajam dan penuh amarah.
Ipung terdiam, kaget. Dia kemudian melihat Bara bangkit sembari melipat lengan jaketnya ke atas, lalu mulai berjalan pergi. Ipung pun segera bangkit menenangkan Bara.
Bara menggeleng tidak percaya.
Bara melihat sekeliling. Ketika dia melihat langit-langit, dia langsung mengerenyitkan mata, curiga. Bara menengok ke Ipung sambil menunjuk ke lantai.
Bara tidak menjawab. Dia hanya menggeram dan berjalan pergi. Ipung mengerenyitkan dahi, bingung. Namun tiba-tiba dia membelalakan mata, Sadar maksud Bara.
Ipung segera berlari ke depan Bara untuk menghalanginya.
Bara mendengus.
Ipung terdiam. Dilema.
Bara menghela nafas malas, lalu melihat Ipung.
Bara memukul dadanya dengan bangga.
Ipung mengerenyitkan dahi, khawatir. Dia hanya terdiam melihat Bara berjalan pergi dengan penuh percaya diri.
MUSIK METAL kembali terdengar.
I/E. KANTOR KONTRAKTOR — SIANG
Di luar kantor, terlihat papan perusahaan "Kontraktor SURYA ADHI MANDIRI" diiringi MUSIK METAL.
Di dalam kantor, MUSIK METAL itu langsung berhenti ketika seorang SECURITY MUDA terlempar ke tembok dan terjatuh hingga tak sadarkan diri.
Ketika dilihat dari jauh, tampak Bara berdiri santai dengan LIMA SECURITY BERBADAN BESAR bergeletakan di bawahnya sambil MENGERANG KESAKITAN. Di samping Bara, Ipung hanya melongo takjub, tidak percaya.
Ipung masih melongo tidak bisa berkata apa-apa. Bara langsung menghela nafas.
Bara yang kecewa berjalan masuk. Ipung yang tersadar langsung mengejar Bara dengan canggung.
INT. KANTOR KONTRAKTOR. DEPAN RUANGAN SAM — SIANG
Ipung berusaha mengejar Bara yang berjalan cepat.
Bara tersenyum sambil mengepal-ngepalkan tinjunya.
Begitu Bara dan Ipung sampai di depan pintu ruangan Boss, SHERYL (27), Sekretaris cantik tapi berekspresi kaku dan dingin, bangkit dari mejanya dan segera berdiri di depan Bara.
Bara terus berjalan, tidak mempedulikan Sheryl. Namun Sheryl kembali menghadang Bara.
Bara diam melihat Sheryl yang membuka notes kecil. Sheryl kemudian balas melihat Bara.
INT. KANTOR KONTRAKTOR. RUANGAN SAM — SIANG
Pintu ruangan Boss terbuka keras karena ditendang Bara. Bara kemudian masuk sambil berteriak.
Bara memindai seluruh ruangan, tapi ruangan itu kosong. Hanya berisi meja, lemari dokumen, dan kursi tamu.
Sheryl dan Ipung mengejar Bara masuk ke ruangan Sam. Bara langsung menunjuk Sheryl.
Bara menggeram kesal lalu menyapu barang-barang di atas meja.
Bara menggeleng.
Bara duduk di kursi Boss lalu mengangkat kakinya ke atas meja.
Ipung garuk-garuk kepala bingung melihat aksi Bara, sementara Bara melihat sekeliling sambil memutar kursinya.
Pandangan Bara berhenti di bingkai foto di atas meja. Dia kemudian mengangkat foto itu.
Foto itu ternyata foto sang kontraktor, SAM (30), berkulit putih dengan rambut putih pirang, sedang berdiri di depan Kantor Kontraktornya sambil mengacungkan jempol.
Bara melihat Sheryl dengan tatapan tajam.
Bara bangkit dari kursinya, lalu mencengkram kerah Sheryl. Ipung yang melihat kejadian itu langsung berusaha menarik tangan Bara untuk melepaskan Sheryl. Namun Sheryl tidak sedikitpun terlihat takut.
Bara akhirnya melepaskan Sheryl. Dengan kesal, dia kemudian merebut buku notes yang sedari tadi di pegang Sheryl.
Bara membuka halaman demi halaman buku itu dengan cepat. Tampak ekspresinya semakin lama semakin kesal. Dia kemudian menunjukkan isi buku itu ke Sheryl.
Bara membanting buku itu keras-keras ke tanah. Lalu menunjuk Sheryl dengan emosi.
Bara menggeram. Tangannya mengepal kuat-kuat hingga bergetar hebat.
Bara memukul meja hingga meja itu terbelah. Ipung yang sedari tadi berusaha menenangkan langsung terdiam mundur.
Nafas Bara naik turun, setelah meluapkan emosinya. Dia melihat ke salah satu ujung atas ruangan sambil menggeram. Bara menunjuk ke sana, ke CCTV.
Bara mendengus lalu pergi keluar ruangan di susul Ipung yang mengangguk kecil pada Sheryl. Mereka meninggalkan ruangan itu sementara CCTV terus merekam.