Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
22 INT. KAMAR RAKA - MALAM
Raka tampak mematung kebingungan seraya menatap HP ditanganya. Kemudian ia menarik nafas panjang seraya meletakkan HP nya secara perlahan.
RAKA
(Menerka-nerka)
Apa dia ketahuan ama Denis?
Namun dengan cepat ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
RAKA (COUNT'D)
Mungkin dia lagi mager.
Raka kemudian meraih bolpoin dan mulai menulis namun tepat di baris ke tiga, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka yang membuatnya tekejut. Tampak Denis berdiri di sana dengan tatapan yang sulit di mengerti.
DENIS
(Penuh penekanan)
Gue juga anak broadcast,Ka!
Raka terbelalak mendengar Denis. Ia pun menarik nafas panjang berusaha tenang.
RAKA
Sorry,Nis. Tapi Amel nggak mau lo ikut makanya gue nggak nelpon lo.
Denis berjalan mendekati Raka.
DENIS
(Kesal)
Apa gue terlihat seperti orang yang lebih milih teman sekelas dibanding teman kecil gue?
RAKA
Dimata gue nggak seperti tapi di mata Amel, mungkin lo tampak kayak gitu.
Denis menghela nafas lalu membuang tubuhnya ke atas tempat tidur Raka.
DENIS
Lo serius pengen ngebuat Febi keluar dari broadcast?
RAKA
(Menatap Denis)
Awalnya gue ragu makanya gue pengen ngebahas masalah ini ama lo dan Amel tapi sekarang gue yakin, dia emang harus di keluarin dari broadcast.
DENIS
(Bangun dan duduk menatap Raka)
Alasannya? Febi bahkan belum ngapain-ngapain,Ka!
RAKA
Liat kondisi kita sekarang,Nis1 Dia baru gabung aja udah buat kita bertiga terpecah belah kayak gini. Apa sebelumnya kita pernah meninggalkan seseorang di belakang kita? Nggak pernah kan? Kita selalu ada dan berbagi kenangan yang sama tapi liat kita sekarang? Kita berdua ada disini tanpa Amel!
DENIS
Ini bukan yang pertama,Ka. Waktu kelas satu kemarin, kita berdua banyak menghabiskan waktu bareng tanpa Amel dan sejak naik kelas 2, lo sering menghabiskan waktu bareng Amel tanpa gue. Lo selalu ada di kenangan gue ama Amel, tapi gue ama nggak selalu ada di kenangan lo. Ada kenangan yang lo ama Amel punya yang gue nggak tau dan begitu sebaliknya. Kita udah kayak gini sedari dulu! Hanya saja kehadiran Febi memnperjelas semuanya.
Raka terkejut mendengar ucapan Denis namun berusaha menenangkan dirinya.
RAKA
Karena itu, sebelum situasinya makin nggak terkontrol, kita keluarin dia. Dia belum ngapain-ngapain aja udah buat keadaan kita bertiga kayak gini.
DENIS
(Mendengus)
Lo tau, gue nggak ngerti kenapa lo ama Amel nyalahin Febi atas situasi sekarang? Kalo ada yang harus di salahin bukannya itu Kepala Sekolah? Karena dia yang masukin Febi ke broadcast.
Raka terdiam.
DENIS (COUNT'D)
Mungkin karena sikap Febi tadi yang buat lo nggak seneng ama dia, gue bisa ngerti. Tapi nyalahin dia atas apa yang nggak dia lakuin, itu agak sedikit keterlaluan. Broadcast bukan milik kita, Ka! Gue nggak setuju ide lo bukan karena gue ngebela Febi tapi karena alasan kalian berdua buat ngeluarin dia itu nggak masuk akal sama sekali.
Denis pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu.
RAKA
Apa yang barusan lo bilang, (Denis menghentikan langkahnya) gue nggak anggap, gue nggak pernah dengar. Dan jangan pernah bilang kayak gitu di depan Amel, kecuali kalo lo mau persahabatan kita hancur.
Denis menggeleng tak percaya dengan yang baru saja dia dengarnya. Ia memukul pintu kamar Raka sebelum akhirnya pergi.
CUT TO:
23 INT. RUANG BROADCASTING - PAGI
Suasana dalam ruang tersebut tampak begitu mencekam. Tak ada satupun yang bersuara meski di ruanga tersebut ada Raka, Amel, Denis yang tampak sibuk menyiapkan siaran pagi sementara Febi hanya duduk mengamati mereka. Sambil melipat tangannya ke depan, Febi mengamati ketiganya dan menyadari ada yang aneh.
FEBI
Ada yang bisa gue bantu?
Hening.
FEBI (COUNT'D)
Hello... anybody here?
Hening.
Sadar bahwa dirinya diabaikan, Febi hanya menghela nafas seraya bangkit dan mulai melihat-lihat isi ruangan. Ia mendekati whiteboard dan memperhatikan schedule broadcast namun yang tertulis hanya jadwal siaran radio saja.
FEBI (COUNT'D)
Ini broadcast atau radio sekolah? Nggak ada kegiatan lain selain siaran radio gitu?
Hening.
Tak mendapat reaksi membuat Febi mulai kesal sendiri.
FEBI (COUNT'D)
Ini sih Hilang Tapi Ada kayak kata Judika.
Febi kemudian mulai beralih ke lemari dekat meja rapat. Namun saat Febi hendak membuka lemari tersebut, Amel dengan cepat menutupnya yang membuat Febi terkejut.
AMEL
(Menatap tajam)
Orang luar di harap tidak berkeliaran.
FEBI
(Bingung)
Lo lupa kalo gue anggota broadcast juga? Kayaknya kemarin lo ada...
Amel segera pergi begitu saja tanpa mendengar ucapan Febi sampai selesai. Febi hanya menghela nafas berusaha tetap tenang seraya kembali duduk dengan tangan terlipat.
Hening.
Febi merasa situasi ini terlalu hening mengingat mereka sedang sibuk mempersiapkan siaran pagi.
FEBI (COUNT'D)
(Berusaha mencairkan suasana)
Hari ini yang siaran siapa?
Namun pertanyaan tersebut malah membuat ketiganya seketika mematung yang membuat Febi bingung melihat reaksi mereka.
FEBI (COUNT'D)
Pertanyaan gue aneh ya?
Hening.
Ketiganya kemudian mulai saling menatap tanpa suara.
FEBI (COUNT'D)
Kalo gue aja yang siaran pagi ini gimana?
Ketiganya seketika terkejut.
AMEL
Lo yang siaran? Siapa lo main mutusin sendiri?
RAKA
Lo sebaiknya duduk diam aja di situ.
DENIS
Peka dikit,please ama situasinya!
Mendengar balasan ketiganya, bukannya tersinggung sebaliknya Febi malah tertawa yang membuat ketiganya bingung.
DENIS (COUNT'D)
Bisa nggak, lo hentikan kebiasaan ketawa mendadak lo itu? Nggak ada yang lucu disini.
FEBI
Karena akhirnya ruangan ini terasa hidup makanya gue ketawa.
Ketiganya tampak tak mengerti.
FEBI (COUNT'D)
Kalian bertiga sadar nggak sih kalo sedari tadi suasana di ruangan ini lebih hening di banding kuburan? Kalo ada orang luar yang datang, gue berani jamin seketika bulu kuduknya pada berdiri saking horornya.
Ketiganya langsung salah tingkah setelah memahami maksud Febi.
AMEL
Nggak usah sok tau!
FEBI
Gue nggak sok tau. Karena kemarin gue melihat suasana saat kalian lagi bersiap buat siaran, jadi gue langsung tau ada yang beda pagi ini. Untuk ukuran kalian yang udah lama saling kenal, suasana hening ini terlalu mencurigakan.
Ketiganya terdiam.
FEBI (COUNT'D)
(Menebak)
Dan... sepertinya alasan kalian kayak gini... maybe... karena gue.
Tak ada balasan yang membuat Febi tersenyum.
FEBI (COUNT'D)
Udah gue duga!
AMEL
(Kesal)
Kalo lo udah sadar ini semua karena lo, bukannya lebih baik lo keluar dari broadcast? Suasananya jadi nggak enak sejak lo menginjakkan kaki di ruangan ini.
FEBI
(Menghela nafas)
Lo semua sebenarnya ada masalah apa sih ama gue?
AMEL
(Terkejut)
Ha?
FEBI
Gue nggak ngerti kenapa kalian begitu nggak seneng dengan masuknya gue sebagai anggota. Kita bahkan nggak pernah ketemu sebelumnya dan gue merasa gue nggak punya masalah apapun dengan kalian jadi gue nggak ngerti dengan sikap penolakan kalian ini.
DENIS
Kita cuma nggak nyaman dengan orang baru.
FEBI
Kalian nggak nyaman karena kalian belum kenal. (Menatap ketiganya secara bergantian) Atau lebih tepatnya kalian nggak berusaha buat mengenal.
RAKA
Lo bener! Kita emang nggak berusaha kenal lo dan kita nggak senang ama kehadiran lo. Broadcast ini baik-baik aja meski cuma kami bertiga. Dan kita ngerasa kalo kita nggak butuhin lo. Dan jujur aja, kehadiran lo emang nggak bikin kita nyaman.
Febi tersenyum mendengar ucapan Raka.
FEBI
Tentu aja lo semua nggak nyaman karena bisa dibilang tempat ini adalah tempat nongkrong kalian.
AMEL
(Kesal)
APA? TEMPAT NONGKRONG LO BILANG?
FEBI
Terus apa dong kalo bukan tempat nongkrong? Selama kalian bertiga ada di sini, prestasi apa aja yang broadcast dapat? Atau perbulannya ada berapa banyak uang yang masuk dari request lagu? Berapa banyak yang ngirim -ngirim salam? Anak-anak di sekolahan ini bahkan nggak tertarik sama sekali dengan broadcast atau siaran yang kalian lakukan. Yang kalian lakukan disini, cuma bersenang-senang berkedok ekskul! Menurut kalian kenapa Kepala Sekolah masukin gue ke sini kalo broadcast emang baik-baik aja,Ha?
Ketiganya terdiam tak tahu harus berkata apa-apa.
FEBI (COUNT'D)
(Kesal)
Alasan kalian nggak suka ama kehadiran gue bukan karena kalian nggak nyaman tapi karena gue merusak kesenangan kalian.
Febi kemudian bangkit seraya menyambar tasnya dan berlalu meninggalkan ketiganya.
CUT TO:
24 INT. RUANG KELAS XI IPA 1 - PAGI
Alya dan Eka tampak sedang asyik mengobrol saat Febi datang dan membuang tasnya begitu saja ke atas meja. Tampak jelas raut kesal diwajahnya.
EKA
Kenapa lo?
FEBI
Nggak pa-pa.
ALYA
Lo kenapa ada disini? Bukannya lo harusnya ada di ruang broadcast, bentar lagi siaran kan?
Febi hanya diam seraya duduk di bangkunya.
EKA
Ngomong-ngomong soal broadcast, kemarin mereka nggak siaran ya?
ALYA
Mereka siaran kok paginya.
EKA
Paginya doang kan? Sebelum Febi kesana? Tapi setelah itu nggak ada siaran kan?
Alya mengangkat bahu tanda tak tahu. Kemudian keduanya pun menatap Febi yang tampak masih kesal.
CUT TO:
25 INT. RUANG BROADCAST - PAGI
Raka, Amel dan Denis tampak duduk mengelilingi meja rapat. Ketiganya masih tampak terkejut dengan ucapan Febi.
DENIS
Jadi apa rencana kalian?
Amel menatap Denis kesal.
AMEL
Cara lo bicara terkesan seolah kita berdua punya rencana jahat ke teman kelas lo itu.
DENIS
Mel, lo tau dengan amat sangat jelas kalo bukan itu maksud ucapan gue!
AMEL
Sorry tapi dimata gue, lo terkesan seperti itu.
Raka menghela nafas mendengar perdebatan keduanya.
RAKA
Sebaiknya lo berdua berdua berhenti memperdebatkan hal ini!
AMEL
Tapi Ka...
RAKA
(Memotong ucapan Amel)
Lo berdua nggak merasa malu dikatain kayak gitu ama anggota baru itu? Ucapan dia barusan seperti nampar gue.
Amel mendengus tak percaya dengan yang baru saja ia dengar.
AMEL
Terus kenapa? Jangan bilang kalo lo mau nerima dia di sini? Bukannya lo sendiri yang bilang pengen buat dia keluar dari broadcast?
DENIS
Mel, tenangin diri lo! Kita denger dulu apa rencana Raka.
AMEL
Lo seneng kan karena temen sekelas itu akhirnya diterima disini?
DENIS
Lo masih aja permasalahin hal yang sama? Ini ama itu nggak ada hubungannya sama sekali!
AMEL
(Kesal)
Terserah!
DENIS
Ouh, siapa sih yang ciptain tuh kata 'terserah'? Bikin idup para cowok sengsara aja!
RAKA
Masalah anggota baru itu biar gue yang urus. Lagian gue Ketuanya, kalian fokus aja ama jadwal siaran.
DENIS
Oke!
Amel tak menjawab namun bangkit dan mengambil tasnya yang membuat Raka dan Denis bingung melihatnya.
DENIS (COUNT'D)
Mau kemana lo?
AMEL
Ke kelas! Gue udah nggak mood buat siaran jadi kalo lo berdua mau siaran, silahkan!
Kemudian Amel pergi begitu saja. Denis hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat hal tersebut.
DENIS
(Menatap Raka)
Jadi, gimana nih,Ka? Tetep siaran?
RAKA
(Menghela nafas)
Hari ini kita nggak siaran ajalah dulu. Nanti kita bicara lagi sepulang sekolah nanti.
DENIS
(Ragu)
Rapat pulang sekolah nanti... apa Febi bisa ikut gabung?
Raka terdiam sejenak.
RAKA
Lo ajak aja dia.
Denis tersenyum mendengarnya.
DENIS
Oke!
CUT TO: