Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Jakarta Killing Ground - Script
Suka
Favorit
Bagikan
5. "Pemburu" - Chapter 5 - ACT 2

Anton berlari sambil menjatuhkan seluruh dagangan yang ada di stand-stand untuk memperlambat gerak Hunter. Siasatnya lumayan berhasil karena Hunter itu terlihat kesulitan mengejarnya, Anton menyusuri lorong dengan cepat untuk kabur dan BERBELOK KEARAH KIRI untuk menghindar. Suara derap lari Anton TIDAK TERDENGAR karena dia menggunakan kaus kaki. Hunter kebingungan dimana Anton.

SCENE 23. INT - DIDALAM STAND KIOS BAJU - PAGI BERKABUT DAN MENDUNG

Anton sekarang berada di stand yang punya jualan kain atau pakaian, dia bersembunyi disitu sebentar dan merobek sebuah pakaian warna hitam dengan pisau dagingnya untuk digunakan sebagai PERBAN tangannya yang luka. Anton kemudian menyadari kalau DARAH DARI TANGANNYA MENETES SAMPAI KE TOKO. Ia seperti ingin merencanakan sesuatu.

SCENE 24. INT - DILUAR STAND KIOS BAJU, MASIH DI DALAM GEDUNG - PAGI BERKABUT DAN MENDUNG

POV HUNTER I

Ditengah kebingungannya, Hunter I melihat bercak darah yang ada di lantai pasar. Dia kemudian mengikuti bercak darah itu, selang beberapa lama akhirnya ia sampai ke STAND KIOS BAJU dimana Anton tadinya berada. Hunter I kebingungan, dia mengerang kembali dengan suara hewan. Diam sejenak, dia tiba-tiba menengok ke belakang.

KEMBALI KE POV ANTON

Anton ingin menebas kepala Hunter itu, tapi Hunter I sigap menghindar dan pisau itu mengenai pundak kirinya. Ia langsung mengeluarkan suara seperti teriakan tetapi tidak terdengar manusiawi, Hunter itu langsung merespon dengan berusaha menebas menyamping agar mengenai perut Anton, tetapi Anton berasil menghindar. Hunter tersebut langsung berdiri untuk kembali menebas Anton, tetapi tebasannya mengenai dinding karena Anton berhasil MENGHINDAR DENGAN BERUNTUNG dan TERLIHAT AMATIR.

Anton yang melihat peluang, mengayunkan pisaunya ke tangan Hunter itu dan berhasil melukai tangannya sehingga golok milik Hunter terjatuh. Hunter kemudian mengamuk dan men-tackle Anton dengan SANGAT KUAT dan mendorongnya ke tembok di samping mereka. Anton ingin kembali menebas sang Hunter, tetapi Hunter sigap memegang tangannya, walau sudah berdarah-darah sang Hunter masih bisa menahan ayunan pisau Anton.

Hunter I mencengkram Anton dengan sangat kuat dan menariknya kebawah sehingga pisaunya terjatuh, Anton mengerang kesakitan. Hunter I menghajar Anton dengan semena-mena, ditinjunya perut; pipi; dan dagu Anton.

Anton tersungkur ke lantai dengan punggungnya tersender ke dinding, Hunter I mengeluarkan suara yang menjadi tanda puas. Lalu ia berjalan untuk kembali mengambil golok miliknya yang ada di lantai, Hunter I berjalan perlahan kearah Anton sambil menjulurkan goloknya. Anton menatap Hunter I dengan wajahnya yang sudah sedikit bonyok.

ANTON

(lemes) Gua belum ketemu dia, gua belom boleh mati...

Hunter I sudah semakin dekat, tiba-tiba ada suara tusukan dan Hunter I berhenti bergerak dan goloknya terjatuh. Ternyata perutnya ditusuk dari belakang oleh sebuah sebilah pisau, golok yang ia pegang kembali terjatuh dan ia perlahan tersungkur ke tanah. Tersungkurnya Hunter I ke tanah memperlihatkan WANITA YANG SEBELUMNYA MENEBAS TANGAN ANTON. Perempuan tersebut kemudian mual dan muntah begitu banyak.

Hunter itu tersungkur di dekat Anton dan darahnya merembes ke dekat kaki Anton. Anton menatap hal ini dengan mata yang biasa saja, dia lalu berdiri perlahan karena masih lemas dan mengambil pisau daging yang ada di lantai. Dia menghampiri perempuan itu.

ANTON (CONT'D)

Makasih.

Perempuan itu masih lemas sehabis muntah.

SHINTA

(panik) Saya... saya bunuh orang. Saya udah bunuh orang. (menangis)

Perempuan itu menangis, merasa berdosa. Tiba-tiba Hunter itu kembali menggeliat, dia masih hidup walau sudah tersungkur.

ANTON

(bijak) Mbak belum bunuh manusia, sebagai rasa terima kasih saya, saya akan ambil tanggung jawab mbak.

ANTON bergegas menuju Hunter itu, dia mengangkat pisau daging yang dipegangnya untuk bersiap membacok leher Hunter I, tetapi ia masih terlihat ragu-ragu karena harus menghabisi nyawa orang lain.

CUT TO

FLASHBACK DARI SCENE 6, DI BIANGLALA DUFAN

ADEL

Jangan pernah menyerah, jangan mundur.

KEMBALI KE MASA KINI

ANTON merasa kalau ia terus ragu-ragu dalam membunuh, ia tidak akan pernah bisa balas dendam pada PATWIN. Ia lalu membacok kepala Hunter itu. Anton seperti linglung setelah membacok leher Hunter I, tetapi dia tidak mual atau apapun. Hanya matanya yang menjadi terlihat liar. Dia duduk bersender ditembok karena syok.

CUT TO

Anton sedang mengambil golok yang dipegang oleh Hunter, dia memeriksa apa saja yang ada di tubuh Hunter I ini. Dia menemukan ada gelang yang hanya memiliki satu lampu tetapi tidak menyala, dan di telinga hunter itu seperti ada earphone wireless.

ANTON

Mbak, liat sini sebentar.

Shinta yang tadinya hanya berdiri sambil melihat Anton memeriksa Hunter itu akhirnya ikut jongkok.

SHINTA

Itu... earphone bukan?

ANTON

Iya, berarti ada banyak orang-orang kayak mereka disini. Mereka pake ini buat saling berkomunikasi.

SHINTA

(penasaran) Sekarang bisa dipake atau ngga?

Anton mencoba memakai earphone tersebut di kupingnya.

ANTON

(tenang) Mati, lagian kalau kita bisa dengar mereka komunikasi juga buat apa, kita gak ngerti apa yang mereka omongin. Tapi seenggaknya kita tau kalau mereka bisa saling berkoordinasi satu sama lain, dan itu bahaya.

SHINTA

(berpikir sejenak) Dia bawa barang lain gak? Yang mungkin bisa dipake?

ANTON

Ngga, cuma golok, earphone, sama gelang yang dia pake. Keliatan mirip sama punya kita tapi cuma ada satu lampu aja.

Shinta memeriksa tangan Hunter I.

SHINTA

Bentuknya sama, tapi kayaknya dia gak berfungsi buat penunjuk arah dan penanda kayak gelang kita.

ANTON

Keliatannya untuk sensor kayak lampu dibawah ini (nunjukkin bagian bawah gelang), getaran gelang ini makin kenceng kalau dekat sama orang ini. Kita harus waspada kalau getaran gelang ini makin kenceng.

Anton berbicara sembari membungkus pisau daging yang digunakannya tadi dengan kain dari toko pakaian dan memasukkannya ke tas. Lalu memegang golok yang sebelumnya dipegang oleh Hunter. Anton lalu melihat TOPENG HUNTER DENGAN SERIUS, ia lalu mencoba membukanya. TAPI TOPENG ITU TIDAK BISA DIBUKA, PENUTUP WAJAH ITU SEPERTI DITEMPEL DENGAN SANGAT REKAT DI WAJAH HUNTER. Shinta melihat dengan bingung.

ANTON (CONT'D)

Topeng ini gabisa dibuka...

SHINTA

Topeng ini gak ada tali atau karet buat dipasang di kepala, kayak... menempel di wajah orang ini.

TOPENG ITU MEREKAT ERAT DI WAJAH HUNTER TERSEBUT, Anton tidak lagi berusaha membuka topeng tersebut karena takut akan menyebabkan KULIT WAJAH HUNTER TERKELUPAS.

ANTON

Topengnya kayak jadi satu sama wajahnya, kalau saya paksa tarik bisa-bisa mukanya robek. (diam sejenak) Kita harus terus gerak, jangan banyak buang waktu disini.

Shinta mengangguk, mereka berdua lalu beranjak dari tempatnya.

SCENE 25. INT - GEDUNG PASAR - PAGI MENDUNG DAN BERKABUT

Anton berjalan sambil memegangi perut kanannya karena sakit, Shinta menemaninya di sebelah kiri. Mereka ingin berjalan kearah tangga untuk keluar dari gedung pasar secara perlahan.

SHINTA

Maafin saya ya, gara-gara saya tangan kamu jadi luka.

ANTON

Gapapa mbak, mbak tadi udah nyelamatin saya. Saya yang makasih sama mbak.

Shinta tersenyum, mereka berdua diam sebentar.

SHINTA

Saya masih gak paham, kenapa semua tempat dari awal saya tadi bangun sampai kesini semuanya kosong.

CUT TO FLASHBACK

SCENE 26. EXT - TENGAH JALAN ANTAH BERANTAH - PAGI MENDUNG DAN BERKABUT (FLASHBACK)

Shinta ada tengah jalan di suatu tempat, dia berdiri sekuat tenaga karena badannya yang lemah.

SHINTA (CONT'D, VO)

Saya cuma inget BEBERAPA HAL, dan daerah sekitar saya bener-bener kosong. Saya terus teriak memanggil orang-orang yang mungkin ada disitu.

Shinta di flashback berteriak untuk memanggil orang-orang yang mungkin ada disitu.

SHINTA (FLASHBACK)

Haloooo! Haloo!

SHINTA (VO)

Tapi tak ada jawaban sama sekali.

Shinta (flashback) melihat gelang yang ada di tangannya.

SHINTA (VO, CONT'D)

Gelang yang ada di tangan kiri saya sama kayak yang kamu pakai, suara yang ada di telinga saya terus berbicara kalau saya harus ke utara.

Shinta di flashback berjalan di tengah Jakarta yang kosong.

BACK TO SCENE 25

ANTON

(penasaran) Suara bagaimana mbak? Kayak gimana?

SHINTA

Suara itu kayak suara laki-laki tapi kedengaran seperti suara perempuan. Dia kasih saya arahan untuk menjalankan permainan ini.

ANTON

Saya juga mendengar suara itu, suara itu memberi saya perintah untuk mengarungi tempat ini sama seperti mbak. dan saya juga bangun di suatu tempat. Pola kejadian kita berdua sama persis.

Shinta terlihat berpikir.

SHINTA

Apa yang terjadi ke kita berdua sama? Saya bener-bener gak paham maksud dari semua ini. Apa alasan saya masih ada disini? Kenapa mas juga ada disini? Benar-benar gak masuk akal sama sekali.

ANTON

Saya sama bingungnya kayak mbak, saya bener-bener gak tau apa-apa sama sekali, jadi kita harus lewati ini sama-sama sekarang.

SHINTA

(kurang percaya) Saya gak pernah percaya sama orang yang saya gak kenal sebelumnya, jadi saya gak bisa bener-bener percaya kamu.

ANTON

(respon cepat) Nama saya Anton, dan saya hanya berusaha untuk keluar dari tempat ini, saya sama sekali gaada niatan untuk sembunyi tangan sama mbak.

SHINTA

(terlihat kaget) Anton? Nama kamu ANTON?

ANTON

Iya, kenapa emangnya?

SHINTA

(sedikit menyeringai) huh, nama kamu sama kayak nama mantan suami saya. Saya SHINTA, perawat rumah sakit yang sama sekali gak ingat dimana tempatnya.

ANTON

Sekarang kita udah saling mengenal, sekarang kita akan coba buat sama-sama cari tahu ada apa dengan kota ini. Dan menyelesaikan yang diinginkan suara itu.

Shinta hanya mengangguk. Mereka berjalan mendekati tangga.

TAK BERNAMA

Jago... jago tipu daya lu emang, nipu ibu-ibu gak berdaya, lu emang udah bener-bener bersedia buat manipulasi orang lain demi kepentingan lu.

Anton hanya diam tak berekspresi. Mereka bergerak untuk keluar dari pasar.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar