Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ijab-zah
Suka
Favorit
Bagikan
1. Di titik rendah aku percaya diriku sendiri
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator
  1. EXT. PINGGIR SUNGAI — PAGI

Pagi itu cerah. Seperti biasanya, Azel merenung di pinggir sungai penuh dengan anak bebek yang sedang beriringan berjalan mengikuti sang induk. Azel duduk di kursi kayu sambil tersenyum melihat satu buah bunga kecil berwarna kuning yang hidup sendirian di antara bebatuan. Seketika suara dering telpon genggamnya membuyarkan lamunannya.

AZEL

Halo, ma? Aku hari ini ga di rumah lagi kok. Lagi ngadem di luar ditemenin bebek bebek cantik.

MAMA AZEL

Gitu dong, orang hidup itu harus kena matahari biar ga kekurangan vitamin D. Apalagi kamu di Belanda, selagi ada matahari kalau bisa ya keluar rumah.

AZEL

(Melihat ke arah bunga) Eh ma, btw, asik ya kayanya kalau nggak nikah? Kayaknya hidup sendiri pun ga masalah. Aku kan apa apa bisa sendiri. Lagian kalau nyatuin 2 kepala susah, kenapa ga milih yang gampang aja?

MAMA AZEL

Kok tiba-tiba ngomong gitu? Emang kalau ga nikah, nanti kamu masa tua nya sama siapa? Kalau ga ada anak, nanti kamu masa tuanya yang ngurusin siapa?

AZEL

Ma, tau ga, Azel lagi lihat bunga. Bunganya kecil, cantik warna kuning, tumbuh di bebatuan. Bunga sekecil itu aja bisa hidup sendirian di batu, masa Azel yang lebih gede dari bunga itu ga bisa hidup sendiri?

MAMA AZEL

Zel, kalau sampe akhir bulan ini kamu masih ga dapet kerja yang bisa perpanjang visa, mending kamu pulang ke Indonesia. Disini banyak perusahaan cari orang pinter lulusan luar negeri kayak kamu. Dari pada kamu disana, pikirannya makin ngaco deh.

Azel mengakhiri percakapan dengan sependek kata "iya" dan menutup telponnya. Azel mengambil dompet dari tasnya dan mengeluarkan kartu penduduk Belanda. Azel menatap tanggal kartunya yang sebentar lagi akan habis.


CUT TO

2. EXT. JALUR SEPEDA — PAGI

Azel dengan earphone nya mendengarkan lagu korea sembari mengayuh sepeda di jalur sepeda berwarna merah. Berbeda dari biasanya, Azel mengamati setiap jalan, gedung, suasana, dengan lebih seksama. Seakan-akan tak lama lagi ia akan tinggal di negara itu.

VALERIE

(Melambai-lambaikan tangannya dari jalur sepeda seberang kiri) Azel!!! Azel!!!

Azel melirik ke arah gerakan tangan Valerie yang sangat mengambil perhatian.

AZEL

(Memperjelas kata-katanya dengan memaksimalkan gerakan bibir) Val! Mau kemana?

VALERIE

(Mengikuti cara Azel memaksimalkan gerakan bibir) Kerja, lo?

AZEL

Sama. Tempat biasa jam 4?

VALERIE

(Menggunakan bahasa tangan) OK!


CUT TO

3. INT. RESTAURANT INDONESIA — SIANG

Azel dengan baju putih dan celana hitamnya mondar mandir melayani pelanggan dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda. Azel mencuci piring dan berpamitan dengan sesama karyawan untuk pulang karena jam kerjanya sudah berakhir.


CUT TO

4. INT. RUMAH BAYI — SIANG

Azel mengetuk pintu dan tersenyum ke orang tua berkebangsaan Belanda yang sedang menggendong bayi. Orang tua tersebut memindahkan bayi ke pangkuan Azel. Pemilik rumah tersebut kemudian pergi. Anak kecil berumur 5 tahun mendatangi Azel dan bayi yang ada dipangkuannya kemudian berkata "Zal we versstoppertje spelen?" yang berarti "main petak umpet yuk!". Azel tersenyum lelah.


CUT TO

5. INT. WARUNG KAPSALON — SORE

Suara bel dari pintu yang terbuka memindahkan fokus Valerie dari telpon genggamnya ke arah Azel yang baru saja datang.

VALERIE

Orang Indonesia sejati ya lo, bilangnya jam 4 dateng jam 6.

AZEL

Sorry Val, lupa gue kalau hari ini kerjaannya ngurusin bayi bayi. Orang tuanya ga dateng-dateng, ga mungkin tu bayi gue tinggal.

VALERIE

Suami aja belum ada, udah punya bayi aja. Hahahaha.

AZEL

Kalau bayarannya ga segitu juga gue ga mau Val. Lumayan sejam 20 euro.

Azel menghela napas. Membuat Valerie yang sedang menyantap kapsalon berakhir menaruh garpu dan menatap Azel.

VALERIE

Kenapa lagi?

AZEL

Biasa emak gue nyuruh pulang lagi. Mana kali ini rasanya hopeless banget karena kerjaan ga dateng-dateng. Padahal waktu tinggal 3 minggu lagi.

VALERIE

Pasti lo ngomong yang aneh aneh lagi ya? Gue tebak pasti lebih ngaco dari pada ga mau punya anak, hmmm, mau nikah sama duda?

AZEL

Hush! Sembarangan kalau ngomong. Walaupun kalau dudanya seganteng dan sekaya suami lo sih gue mau mau aja kayanya.

VALERIE

Jangan lah kalau sama duda. Gue kan emang mau ga mau harus sama duda. Masa janda pengennya lebih. Dapet suami gue yang sekarang aja gue udah bersyukur banget.

AZEL

Gue ngomong gue ga mau nikah. Sebenernya gue takut Val kalau pulang ke Indonesia. Nanti pasti disuruh nikah, punya anak, dan lain lain deh. Gue pengen tau pendapat emak gue. Eh taunya emak gue sama kayak emak lainnya.

VALERIE

Ya iyalah kalau anak gue ngomong dia ga mau nikah gue bakal nyuruh anak gue pulang. Semua negara punya kulturnya Zel. Yang penting gimana cara lo damai sama diri lo sendiri. Orang Belanda ga nikah tapi mereka tetap hidup sama pasangannya. Kalau lo ga nikah, lo mau hidup sama siapa?

AZEL

Sama gue sendiri lah.

Valerie menghela napas sambil tersenyum menatap Azel yang menurutnya keras kepala.


CUT TO

6 INT. SUPERMARKET — PAGI

Azel memasukkan beberapa coklat, stroopwafel, dan berbagai makanan oleh-oleh ke dalam keranjang. Azel memasukkan belanjaan yang sudah di scan petugas kasir ke dalam tas belanjaan dengan cepat.


CUT TO

7 EXT HALTE BIS — PAGI

Sembari berdiri di halte bis, tangan kirinya memegang belanjaan dan tangan kanannya mengecek telpon genggam. Azel membuka email. Mencoba me-refresh email dengan harapan ada email baru yang masuk. Azel menghela napas setelah 3 kali berturut-turut ia me-refresh email namun tak ada satupun email masuk.


CUT TO

8 INT RUMAH AZEL — PAGI

Dengan menggenggam belanjaan, Azel membuka pintu rumahnya dan langsung melihat ke arah koper yang berada di atas lemari baju. Sesaat kemudian Azel membuka koper dan memasukkan belanjaannya ke dalam koper tersebut.


CUT TO

9 INT. AIRPORT — PAGI

AZEL

Thank you ya Val. Call me anytime kalau lo di Indonesia

VALERIE

I love you tapi gue ga janji gue bakal ke Indonesia. Lo tau kan ribet ngurus ini itunya.

AZEL

(Tertawa) I know. Thank you Lars!

SUAMI VALERIE

Geen probleem

Valerie dan suaminya, Lars melihat punggung Azel yang berjalan ke arah pengecekan paspor.


CUT TO

EXT. AIRPORT JAKARTA — PAGI

AZEL

I welcome you, hell.
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar