Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. DEPAN RUMAH AMEL – PAGI
Ravi berdiri di depan pagar rumah Amel, sambil melihat arlojinya. Dia melirik-lirik ke dalam rumah, menunggu Amel keluar. Dia mendengar suara pintu dibuka, ternyata Tantenya Amel.
Tante Amel:
Amel udah berangkat dari pagi banget, Rav! Enggak dikasih tahu??
Ravi membuang nafas, dia tertawa hambar.
Ravi:
Enggak, Tante… makasih, Tante!!
Tante Amel:
Kalian berantem, ya?
Ravi:
Enggak, Tante, hahahaha! Mana mungkin! Enggak… enggak…
Tante Amel mengangguk mendengar hal tersebut kemudian kembali masuk ke dalam rumah. Ravi naik ke atas motornya dengan wajah murung. Amel tidak main-main soal berangkat masing-masing.
CUT TO:
EXT./INT. KORIDOR SEKOLAH – SIANG
Ravi menatap kelas Amel dari kejauhan. Sambil mengulum permennya, dia memperhatikan gerak-gerik setiap murid yang keluar dari kelas Amel. Ravi seketika siaga ketika Amel keluar dari kelasnya, dengan membawa sebuah totebag yang kelihatan berat.
Ravi:
(v.o) Mau kemana dia? Ngapain bawa tas berat? Mana sendirian lagi…
Ravi mengikuti Amel.
Amel berjalan sambil bersusah payah membawa tas berisi buku itu. Dia kemudian melepas sepatunya dan masuk ke perpustakaan. Ravi juga masuk ke perpustakaan, sambil masih bersembunyi.
CUT TO:
INT. PERPUSTAKAAN – SIANG
Amel meletakkan tasnya di atas meja, mengeluarkan satu per satu buku di dalamnya. Dari balik rak, Ravi takjub melihat buku-buku tebal milik Amel. Amel kemudian duduk dan mulai menulis. Ravi tetap memperhatikan kegiatan Amel yang menurutnya sangat membosankan itu.
Ravi menatap Amel dari balik rak dengan senyum datar.
Ravi:
(v.o) Gue baru tahu kalau Aren belajarnya di sini… kok, bukan di kelas aja, sih? Bukunya juga banyak banget?? Ckckck, dasar anak rajin.
Ravi memutuskan untuk keluar diam-diam dari perpustakaan. Tidak ada yang aneh dari Amel.
CUT TO:
EXT. DEPAN RUMAH RAVI – PAGI
Ravi melirik kesal ke arah rumah Amel. Amel pasti sudah berangkat lebih duluan darinya.
Ravi:
(v.o) Setelah itu, gue dan Amel semakin menjauh perlahan-lahan.
CUT TO:
EXT. LAPANGAN UTAMA SEKOLAH – SIANG
Ketika sedang berjalan bersama teman-temannya, Ravi berhenti. Dia menatap Amel yang kelasnya sedang olahraga di lapangan. Amel melakukan pemanasan bersama teman-temannya.
Ravi:
(v.o) Sama-sama punya kesibukan dan dunia sendiri.
CUT TO:
INT. LABORATORIUM SEKOLAH – PAGI
Amel memperhatikan penjelasan dari guru yang sedang mengajar.
Ravi:
(v.o) Amel sibuk belajar buat olimpiade.
CUT TO:
EXT. LAPANGAN KENCANA – SORE
Ravi bersiap dengan pemukul di tangannya, menunggu lemparan bola. Ketika bola sudah dilempar, Ravi dengan kuat memukulnya, kemudian berlari demi menyelamatkan bola.
Ravi:
(v.o) Dan gue… latihan untuk banyak pertandingan.
CUT TO:
EXT. GERBANG SEKOLAH – PAGI
Ravi berniat mengambil dompetnya di dalam jok motor, ketika mendapati Amel sedang berjalan jongkok di dekat gerbang. Hukuman bagi para murid yang terlambat.
Ravi:
(v.o) Tapi, kita kadang-kadang masih suka ngobrol singkat.
Ravi mendekat, walau tahu ada guru pengawas.
Ravi:
Telat, Mel?
Amel mendongak. Dia mengangguk.
Amel:
Kapan tanding?
Ravi agak kaget dengan pertanyaan Amel. Dia senang Amel menanyakan pertandingannya.
Ravi:
Masih minggu depan…
Amel:
Oh… Semangat!
Amel berjalan jongkok meninggalkan Ravi.
CUT TO:
INT. RUANG TV RUMAH RAVI – MALAM
Malam itu, ruang TV rumah Ravi penuh dengan teman-teman cowoknya dari berbagai tempat. Ada teman sekelas, teman satu klub softball, teman beda sekolah, teman kenal di warnet, dan teman dengan latar belakang tidak diketahui, alias tidak sekolah.
Mereka bermain game di ponsel masing-masing.
Farul:
Vi, vi, jangan maju.
Tio:
Mending maju sekarang, anjir?
Fito:
Senjatanya belum full si Ravi, entar dulu. Gue dulu yang maju habis Farul.
Ravi:
Bacot, kayak gue baru main aja.
Gery:
HEH! KOK, GUE DIKEPUNG GINI???!
Mereka semua spontan melihat ponsel Gery, kemudian panik dan juga tertawa.
Fito:
Bego banget, parah!! Hahahaha!
Tio:
Dibilangin jangan ke zona merah, lo!!
Gery:
AAAAAA!
Mereka memukul Gery dengan bantal sofa. Gara-gara Gery, mereka kalah dalam game tersebut. Teman sekelas Ravi, Jef, datang dari dapur membawa mangkuk besar berisi mie goreng.
Jef:
Makan dulu, booos!
Ravi:
Lo masak berapa mie, Jef?
Jef:
Enam? Eh, lima kayaknya. Kenapa?
Farul:
HAHAHAHA! Enggak bakalan cukup.
Mereka makan mie goreng buatan Jef dengan lahap.
Jef:
Eh, di samping rumahnya Amel, kan?
Ravi:
Iya.
Jef:
Kok, udah jarang kelihatan dia di sekolah? kalian berantem? Berantem dua semester??
Farul:
Amel anak ipa?
Ito:
Oh! Yang bekalnya suka dicuri Ravi??
Ravi:
Gue enggak berantem, ya! emang dari awal cuman tetanggaan!
Jef:
Tapi, di sekolah kayak orang asing gitu…
Gery:
Coba ceritain, Vi. Kita ini walau jomblo tapi, ahli percintaan karena terlalu sering jadi pendengar.
Ravi meletakkan sendoknya dengan keras. Dia menatap semua temannya yang sibuk melahap mie.
Ravi:
Enggak tahu! Dia yang enggak jelas! Pulang-pulang malah nangis, terus minta dijauhin aja kalau di sekolah.
Jef:
Kenapa?
Ravi:
Capek dititipin barang-barang sama cewek-cewek yang naksir gue. Capek ngeladenin mereka.
Tio:
Fiks banget. Fiks Amel suka sama lo. Lo enggak peka banget emang.
Ravi memandang Tio ragu-ragu.
Jef:
Tio bener.
Gery:
Dan lo malah nurutin aja? Aduh… lain kali lo harus telepon kita supaya masalahnya cepet dieksekusi! Ini malah udah mau naik kelas sebelas baru lo ceritain.
Ravi tidak percaya dengan perkataan teman-temannya. Dia tertawa.
Ravi:
Amel? Suka sama gue? Enggak mungkin.
Farul:
Terus, maksud lo apaan dia sampai nangis? Ckckck.
Ravi termenung memikirkan perkataan semua teman-temannya. Dia langsung merasa bersalah dan menyalahkan dirinya yang tidak peka.
CUT TO:
INT. PERPUSTAKAAN – SORE
Amel meraih sebuah buku di rak atas. Setelah berhasil mengambilnya, dia kembali ke tempat duduknya. Dia mengerutkan kening ketika melihat sesuatu di dekat buku-bukunya. Sebuah susu cokelat dengan secarik memopad di depannya, dengan tulisan: SEMANGAT AMEL! DARI TETANGGA YANG PALING GANTENG…
Amel tersenyum. Dia duduk dan meminum susu pemberian Ravi.
CUT TO:
EXT. DI HALAMAN RUMAH RAVI – MALAM
Ravi sedang berdiri di beranda rumahnya, mondar-mandir dan beberapa kali melirik ke arah rumah Amel. Dia kemudian duduk di kursi, menutup mata dan berpikir lama, kemudian berdiri lagi. Kelihatan seperti sedang memutuskan sesuatu yang sulit.
Tiba-tiba, seseorang memanggilnya. Ravi menoleh.
Amel:
Ravi…
Amel memanggil Ravi dari rumahnya, dia berdiri di dekat dinding pembatas.
Ravi:
Oh? Oh, Amel…?
Amel:
Lo mau keluar, ya?
Ravi:
Hah? Enggak, enggak! Gue lagi duduk-duduk aja, sih… kenapa?
Amel:
Makan?
Ravi segera mengangguk dan menyembunyikan kegembiraannya.
CUT TO:
INT. RUANG MAKAN RUMAH AMEL – MALAM
Ravi sulit menutup mulutnya ketika melihat hidangan di atas meja makan Amel. Ada tumpeng berukuran mini beserta tempe goreng di sekitarnya. Ada ayam goreng kecap dan ayam kari. Ada semangkuk kerupuk yang masih hangat. Ravi menatap Amel, meminta penjelasan.
Tante Amel datang dari dapur membawa dua gelas jus jeruk. Dia duduk di samping Amel.
Tante Amel:
Hari ini ulang tahunnya Amel.
Ravi terdiam saking kagetnya, karena dia tidak tahu apa-apa.
Ravi:
Oh…
Tante Amel mengambil paha ayam dan memberikannya kepada Ravi.
Tante Amel:
Beliin Amel kado, ya, Rav.
Ravi:
Hah? OKE, TANTE!! SIAP! SIAP!
Amel:
Lo mau beliin kado apaan?
Ravi tersenyum miring, merapikan poninya.
Ravi:
Lo mau apa?
Amel mengunyah makanannya buru-buru, kemudian menelannya. Dia berpikir sejenak.
Amel:
Motor.
Ravi:
Oke.
Amel:
Hape baru juga.
Ravi:
Oke.
Amel:
Mobil?
Ravi seketika meletakkan sesendok sambal ke atas nasi Amel. Tindakannya mengundang tawa di ruang makan malam itu.
CUT TO:
INT./EXT. TERAS RUMAH AMEL – MALAM
Amel mengantar Ravi sampai ke depan pintu.
Amel:
Daah, makasih udah datang!
Amel melambaikan tangannya kepada Ravi. Ravi diam saja.
Ravi:
Bilangin ke tante, masakannya enak banget…
Amel:
Ok!
Amel baru akan menutup pintu, Ravi mencegatnya.
Amel:
Kenapa? Ada yang ketinggalan?
Ravi tersenyum lebar, dia mendekat kepada Amel, berniat ingin memeluknya.
Ravi:
Met ultah…
Amel mendorong Ravi sambil tertawa.
Amel:
Apasih… iya, iya, makasih… gue tutup, ya.
Amel menutup pintu, namun dicegat lagi oleh Ravi. Amel diam saja menunggu apa yang ingin dikatakan Ravi.
Ravi:
Gue pulang dulu… dah…
Amel hanya mengangguk. Dia baru akan menutup pintu, Ravi kembali mencegatnya. Kali ini, Amel kuat-kuat ingin menutup pintu, namun Ravi juga lebih kuat darinya.
Amel:
Apa lagi??
Ravi:
Besok berangkat bareng ke sekolah… gue bakalan bangun pagi banget bahkan sebelum matahari terbit, atau sebelum burung-burung meninggalkan sarangnya, atau…
Amel:
Besok minggu.
Ravi:
Ah… lupa.
Amel:
Lari pagi aja, yuk? Besok!