Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Di Bawah Langgit Biru
Suka
Favorit
Bagikan
1. Bagian tanpa judul #1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator


CHAPTER 1 – LANGIT DI BALIK LENSA


Durasi: ± 10 menit

Setting: Kota kecil bernama Langsar, pagi hari, suasana tenang





FADE IN:


EXT. STASIUN KERETA LANGSAR – PAGI

Kereta berhenti. Beberapa penumpang turun. Di antara mereka, AYLA (26), membawa tas ransel dan kamera tergantung di leher. Ia berdiri sejenak menatap langit.


CLOSE-UP: Awan putih melayang pelan di atas birunya langit.


NARASI AYLA (V.O.)

"Aku pikir, pulang akan membuat segalanya terasa asing. Tapi ternyata... langitnya masih sama."





EXT. JALAN MENUJU RUMAH AYLA – PAGI

Ayla berjalan menyusuri jalanan kecil. Pohon rindang dan aroma tanah basah mengingatkan pada masa kecil.


Ia mengangkat kameranya, memotret langit.


JEPRET.





EXT. TAMAN KOTA LANGSAR – PAGI

Ayla duduk sebentar di bangku taman. Ia membuka album foto tua dari dalam ransel. Sebuah foto anak laki-laki dan perempuan sedang menatap langit.


AYLA (pelan)

“Damar…”


Suara anak-anak berlari. Ayla memalingkan wajah, lalu diam terpaku.





EXT. SISI TAMAN – CONTINUOUS

Seorang pria sedang melukis di kanvas besar. Rambut berantakan, baju sederhana. Ia melukis langit.


CLOSE-UP: Wajah pria itu. DAMAR (27). Matanya fokus, tenang.


AYLA (terpaku, dalam hati)

“Itu… dia?”





EXT. DEKAT DAMAR – MOMEN HENING

Ayla mendekat perlahan. Damar belum menyadari.

Ayla berdiri di samping lukisannya. Ia tertegun melihat lukisan langit biru dengan sedikit semburat jingga.


AYLA

“Kamu masih suka langit, ya?”


Damar menoleh cepat. Matanya membesar melihat Ayla.


DAMAR (pelan, nyaris berbisik)

“Ayla?”


Hening beberapa detik. Hanya suara burung dan angin pagi.


AYLA (tersenyum ragu)

“Lama ya… terakhir kita ketemu itu waktu kita masih SD, mungkin?”


DAMAR (senyum kecil)

“Iya. Tapi kamu nggak berubah. Masih bawa kamera.”


AYLA (menahan haru)

“Dan kamu, masih sama. Melukis langit.”





INT. WARUNG KECIL – PAGI

Mereka duduk berdua sambil minum kopi hitam di warung sederhana dekat taman.


DAMAR

“Kapan pulang?”


AYLA

“Baru tadi pagi. Sementara. Mau nulis buku… dan motret. Aku... capek tinggal di kota.”


DAMAR

“Langit Jakarta beda ya?”


AYLA (menatap langit dari jendela warung)

“Langitnya sama. Tapi... rasanya nggak sama.”





MOMEN HENING.

Damar mengeluarkan kertas kecil dari dompetnya. Ayla melihat sekilas—sebuah puisi tangan.


AYLA (penasaran)

“Kamu masih nulis puisi?”


DAMAR (tertawa kecil)

“Masih. Tapi sekarang cuma buat langit.”


AYLA (menatap Damar lama)

“Aku kangen kamu, Mar. Kangen... masa kecil kita.”


Damar diam. Lalu menatap Ayla dalam.


DAMAR

“Langit masih simpan janji kita, Ay.”





EXT. TAMAN – SAAT MEREKA BERJALAN PERGI

Langit membentang biru di atas mereka.


NARASI AYLA (V.O.)

"Dan hari itu, aku tahu... pulang bukan tentang tempat. Tapi tentang siapa yang masih menunggu di bawah langit yang sama."


FADE OUT.


TULISAN DI LAYAR:

Chapter 1 – Tamat



Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)