Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
01. EXT. KAWASAN MISKIN PINGGIRAN KOTA - RUKO TUA - DAY
Kita melihat, langit begitu mendung dan berawan hitam. Di halaman depan ruko itu, ada seorang perempuan gila yang duduk bersimpuh, menutup matanya dan mengunci tangan, seperti berdoa tapi ucapannya tidak tidak keruan.
Di depan wanita gila itu, tergeletak sebuah KORAN. Perlahan angin meniup—membuka satu-persatu halaman Koran itu.
Tepat di tengah halaman, terpampang sebuah iklan lowongan pekerjaan berbasis Organisasi terapi, dengan singkatan: M.D.O.
(Note: Adegan ini melatarbelakangi Main Title).
TITLE:
Tiupan angin menutup semua lembar halamannya. Sekilap, tangan seorang pria yang memakai pakaian rumahan, memungut Koran itu lalu berjalan pelan-pelan ke depan seraya melihat-lihat isinya.
02. EXT. HALAMAN RUMAH KONTRAKAN - SIANG
Note: Bagian ini diikuti munculnya credit title standard.
Kita melihat, Pekarangan depan rumah yang kecil dan agak berantakan. Di situ terdapat barang-barang bekas rumahan yang berserakan—tidak terpakai dan benda-benda elektronik seperti TV merek lama, Radio tua dan benda sisa lainnya yang menumpuk.
Di tempat jemuran, berbagai sepatu yang berbeda warna, bergelantungan—bergoyang ditiup angin.
SFX: Dari dalam terdengar suara menyikat sepatu .
03. INT. RUMAH KONTRAKAN - TEMPAT PENCUCIAN SEPATU – SIANG
Tampak, tangan seorang wanita memegang sepatu kantoran warna hitam sambil menyikatnya.
Ia duduk di kursi kecil, di depan banyaknya tumpukan sepatu dengan wajahnya yang kesal. Ia adalah: MAYA (45) Istri Norman seorang Ibu rumah tangga.
Ia terhenti sejenak, kemudian, melepaskan cuciannya, lalu, berjalan ke luar memandangi langit.
Ia berbalik kembali ke tempat pencucian. Di depan pintu masuk ruangan tengah, ia melihat ke dalam. Ruangannya Kosong, hening dan sepi. Tak ada aktivitas sama sekali. Ia kembali duduk dengan wajah yang masam. Saat akan melanjutkan cuciannya, ia mendengar suara menguap dari dalam.
SFX: Huaem. Suara lelaki yang menguap.
Ia mengambil EMBER KOSONG yang ada di depannya, lalu mengisinya dengan air. Ia menentengnya menuju ke dalam. Jarum jam di ujung dinding tengah menunjukkan pukul setengah sebelas siang; 10:30. Di ruang tengah Maya berpapasan dengan Nami yang baru saja keluar dari kamarnya.
Maya masih menatap serius pada Nami.
Nami memandang ke tempat pencucian sepatu. Ia melihat banyak tumpukan sepatu yang belum dicuci. Ia tidak bersuara.
Nami berjalan menuju kamar mandi, sedangkan Maya mengarah ke kamarnya dan Norman. Sebelum Nami masuk ke kamar mandi, ia melihat KAI (23) Kakaknya sedang sibuk mengangkat-angkat Hp-nya ke atas mencari sinyal, di antara gantungan sepatu-sepatu di depan WC.
Nami menyapa dari belakang.
Kai berbalik memandang Nami.
Nami menunjuk dengan jari telunjuknya, sebatas dada ke arah WC.
Kai melihat ke WC.
Kai memandang aneh Nami.
KAI
Kai ragu-ragu. Ia menatap heran kembali pada Nami.
Ia masuk ke WC dan menutup pintunya.
Terpampang beberapa garis sinyal di sisi atas kanan layar HP-nya.
Ia melihat ada tanda kiriman pesan masuk dari Ken (23) temannya saat masih kuliah. Ia seakan tidak percaya kalau di dalam WC jelas menampung sinyal.
Saking senangnya, ia berteriak.
KAI (Cont'd)
KAMAR MANDI --
Di kamar mandi, Nami yang sedang menyikat gigi, agak kaget mendengar suara Kai.
WC --
Kai mencium kembali bau tak sedap di dalam WC.
KAMAR MANDI --
Nami melanjutkan menyikat giginya dengan wajah yang masih kelihatan mengantuk di depan kaca.
KAMAR NORMAN DAN MAYA --
Norman (47) terlihat masih tertidur pulas, memiringkan badannya, memeluk bantal tidur dengan nyenyak sambil mengigau.
NORMAN
Maya perlahan membuka pintu kamar. Ia melihat Norman masih tertidur pulas sampai wajahnya terlihat muram dan lesu. Ia lantas menaruh EMBER yang dipegangnya ke lantai.
(Tolak pinggang seraya menggelengkan kepala). Huh... bukan main si tua bangka ini, udah siang bolong masih aja molor. Pake ngelindur, lagi. Hidup aku makin hari- makin susah... Melarat.
Norman membalikkan posisi badannya terbaring menghadap atas dan tangan kanannya menggaruk ke leher. Air liurnya mengalir kental melekat di pipi—membasahi bantal. Tangan kirinya mulai mengarah ke bawah, masuk ke dalam celana. Ia tampak mulai mengulek-ulekan anunya.
Maya lalu membangunkan Norman dengan suara yang kuat.
Norman kelihatan tidak merespons, ia malahan asyik mengulek kan tangannya di dalam celana. Maya kembali membangunkannya dengan suara yang semakin kuat.
Norman tak juga merespons.
(Membuang napas). Huh! (Mencoba tenang sesaat).