Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Delivery
Suka
Favorit
Bagikan
7. It Was Too Late

Riki terkejut melihat Tia yang kembali.

TIA

Stop, stop!

RIKI

(semangat)

Tia!

TIA

(meghentikan motor)

Rumah lu dimana sih?

RIKI

Nggak seberapa jauh sih.. 

TIA

... Ya udah deh. Ayo naik.

EXT. JALAN RAYA - AFTERNOON

Dengan kecepatan penuh, Tia kembali melajukan motornya sekencang mungkin melewati jalanan yang sepi.

TIA

(menyetir)

Masih jauh nggak?

RIKI

(teriak)

APA??

TIA

(teriak)

MASIH JAUH NGGAK?

RIKI

(teriak)

HAH?

Tersadar bahwa percakapan ini tidak ada gunanya, Tia tidak bertanya kembali.

Setelah beberapa saat menyetir, Riki menepuk-nepuk bahu Tia.

RIKI

(teriak)

Belok sini!!

Tia melihat tangan Riki yang menunjuk arah kanan. Tia membelokkan motornya ke arah tersebut. Mereka masuk ke sebuah jalan kecil dan terus masuk.

TIA

Masih masuk?

RIKI

Iya, bentar lagi sampe. Itu rumah yang kanan jalan.

Riki menunjuk sebuah rumah kecil kecil dengan halaman yang penuh dengan semak belukar di kanan jalan. Rumah itu terlihat sudah rusak. Terlihat atap berlubang yang tertambal dengan terpal seadanya. Tia menghentikan motornya di depan rumah tersebut.

I/E. RUMAH RIKI - AFTERNOON

Riki meloncat dari motor Tia dan berlari masuk ke rumah tersebut.

Tia menurunkan standar motor dan melepas helmnya. Tia menunggu di luar.

Beberapa saat menunggu, Tia tak kunjung mendengar suara Riki dari dalam rumah. 

TIA

(melihat jam)

Lama banget.

Khawatir, Tia memutuskan untuk masuk ke rumah untuk melihat keadaan Riki dan Ibunya.

INT. RUMAH RIKI - AFTERNOON

Tia masuk ke ruang depan, tidak ada siapa-siapa.

TIA

Rik?

Tidak ada jawaban dari Riki. Tia meneruskan langkahnya masuk ke dalam rumah.

Tia tidak dapat berkata-kata ketika melihat Riki yang terduduk lesu di samping Ibunya yang terkapar tidak sadarkan diri. Wajah dan seluruh tubuh Ibunya sudah membiru. Ternyata Ibunya sudah meninggal.

Tia menghampiri Riki.

TIA

Rik...

Riki menangis. Tetapi tidak mengeluarkan suara.

TIA

Maaf Rik.

TIA

Ayo, keluar Rik. Virusnya menular. Jangan dibuka maskernya.

Tia menuntun Riki keluar dari rumahnya.

Tia mengambil cairan antiseptik dari tas dan menuangkannya di atas tangan Riki sebanyak-banyaknya. 

TIA

Usapin semua. 

Riki menurut. Ia mengusap seluruh cairan ke sekujur tubuhnya.

Tak lupa, Tia juga menuangkan cairan antiseptik untuk dirinya sendiri.

I/E. RUMAH RIKI - AFTERNOON

Mereka berdua duduk terdiam di samping motor.

Riki mengusap kedua matanya yang berlinang air mata. 

TIA

Nyokap gua juga meninggal karena COVID, Rik. Tahun 2024.

RIKI

(sesenggukan)

Se-se-serius?

Tia mengangguk lemah.

TIA

Nyokap gua perawat. Gua bahkan nggak sempat liat wajahnya untuk terakhir kali karena waktu itu masih awal-awal mutasi COVID-24. Jadi, bener-bener dilarang. 

Riki masih tertunduk lesu.

TIA

Bokap gua juga udah meninggal. Dibantai sama beberapa orang yang mau ngejarah rumah gua.

Tia berusaha menahan air matanya.

TIA

Di dunia yang udah hancur kayak gini, pikiran semua orang pasti cuma satu Rik, bertahan hidup. Mereka semua udah nggak peduli entah lu siapa. Kalo lu nggak bisa ngasih apa yang mereka mau, mereka nggak segan buat ngebunuh lu. Itulah alasan kenapa gua nggak mau terikat sama orang di jaman sekarang. Karena gua udah nggak percaya sama moralitas mereka. 

Tapi, waktu gua ngeliat lu dan denger cerita lu untuk pertama kali, gua berasa liat cerminan diri gua di lu.  

Tia memainkan kerikil-kerikil kecil di bawah kakinya.

TIA

Lu hebat tau. Masih kecil, tapi udah mengambil beban tanggungjawab orang dewasa. Rela melakukan apapun supaya nyokap lu sembuh. Gua yakin, nyokap lu pasti bakalan bangga banget sama lu, Rik.

Riki menangis.

Tia diam selama beberapa saat untuk membiarkan RIki menyalurkan emosinya.

Kemudian, Tia kembali memulai percakapan.

TIA

Rik, gua nggak bisa lama-lama di sini.. 

Riki masih sesenggukan.

TIA

Gini. Gua ada kewajiban buat nganterin obat ini ke seseorang yang udah gua anggep keluarga sendiri. Namanya Tante Ami. Dia adalah satu-satunya orang yang ngerawat gua waktu nyokap bokap udah nggak ada. Tante Ami juga kena COVID dan butuh obat ini sesegera mungkin. Lu mau ikut gua ngga nganterin obatnya? Nanti, kita pikirin langkah selanjutnya kalo udah sampe di sana? Gimana?

Riki mengusap air matanya.

RIKI

Terus mamaku gimana?

TIA

Peralatan sama alat pelindung kita nggak cukup untuk mengubur mama sendiri, Rik. Nggak aman.

RIKI

Terus gimana?

CUT TO:

EXT. RUMAH RIKI - EVENING

Mereka berdua mengendarai motor menjauh dari rumah Riki yang terbakar di belakang mereka.

EXT. JALAN RAYA - EVENING

Tia dengan cemas melihat GPS di sepeda motornya. Tia khawatir keadaan Tante Ami semakin buruk seiring berjalannya waktu.

Beberapa saat kemudian, Tia melihat bahwa indikator bensin menunjukkan huruf ‘E’, tanda bahan bakar sudah habis.

TIA

Aduh...

Motor mulai berjalan tersendat-sendat. Tia mencoba memaksakan dengan terus memutar tuas gas motor. Motor Tia malah berhenti total.

RIKI

(bingung)

Kenapa?

TIA

Bensinnya abis nih. Tadi kan kita ambil sedikit--buat rumah.

RIKI

(menunduk)

Maaf, ya.

TIA

Apaan sih. Udah udah, ayo bantu tuntun.

Riki dan Tia turun dari motor. Mereka mulai menuntun motor sambil mencari tempat penjual bensin terdekat.

Sembari menuntun motor, Tia terus mengawasi jam tangannya. 

RIKI

Rumah Tante Ami masih jauh?

TIA

Harusnya kalo naik motor nggak seberapa. Tinggal 1 jam kurang lebih. 

RIKI

(mengusap keringat)

Masih jauh banget..

TIA

Kalau liat ada tukang bensin bilang ya.

Mereka mendorong motor selama beberapa saat. Riki mulai lapar.

RIKI

(mendorong motor)

Aku laper.

Tia tidak menghiraukan Riki.

RIKI

Tia!

Tia masih tidak menghiraukan Riki.

RIKI

(teriak)

TIA!

TIA

Apaan sih!

RIKI

Aku laper..

TIA

Gua udah nggak ada makanan, Rik.

Riki melihat ada sebuah warung makan beberapa meter di depan.

RIKI

(menunjuk warung makan)

Itu ada warung!!! Ayo!!

TIA

Eh bentar dulu.

RIKI

Kenapa lagi..?

TIA

(melihat jam tangan)

..Gimana makannya kalo udah sampe rumah Tante Ami aja?

RIKI

Hah? Kan masih jauh banget rumahnya?

TIA

Ya makanya kita buru cari pom bensin, isi bensin, terus lanjut naik motor ke rumah Tante Ami. Ntar kalo obatnya udah dianter, baru kita makan.

RIKI

Makan dulu dong..

TIA

Gua takut nggak keburu, Rik. 

RIKI

Keburu keburu... Nanti kita bisa tanya juga ke ibu warung, barangkali dia tau orang jual bensin.. Ayo dong... Please please pleasee..

Tia terdiam sesaat.

TIA

....... Ya udah. Buruan ya.

Riki meloncat bahagia.

RIKI

Yes!

Riki mendorong motor dengan semangat hingga cepat sampai depan warung. 

I/E. WARUNG MAKAN - EVENING

Riki mendahului Tia menerjang masuk ke warung makan. Riki melihat etalase warung dengan penuh rasa lapar. Tia masih membuka helm dan memarkirkan motornya.

RIKI

(menunjuk lauk)

Bu, yang ini satu, sama sayur kangkung ya! Nasinya yang banyak!

Ibu warung mengangguk. Ia menyiapkan pesanan Riki. 

Riki duduk di bangku depan etalase.

Tia menyusul masuk ke dalam warung.

TIA

(membuka sarung tangan)

Bu, di sini orang jual bensin paling dekat dimana ya?

IBU WARUNG

(mengambil ayam goreng dari etalase)

Oh, masih agak ke depan mbak, mungkin satu kiloan.

TIA

Oh, oke Bu. Makasih ya.

Tia duduk di samping Riki. 

Ibu warung memberikan piring berisi makanan pesanan Riki kepada Riki. Riki menerimanya dengan penuh rasa tidak sabar.

IBU WARUNG

Mbaknya mau pesen apa?

TIA

Saya air putih aja bu.

Ibu warung mengangguk dan bergerak ke dalam untuk menyiapkan air putih Tia.

RIKI

(mengaduk makanan)

Lho, kamu nggak makan?

TIA

Udah, lu makan aja.

Riki meneruskan makannya. Ibu warung datang dengan segelas air putih di tangannya. Ia memberikan gelas tersebut kepada Tia.

TIA

(menerima air)

Makasih Bu.

Tia meminum air tersebut dengan cepat. Dalam sekejap, air di dalam gelas sudah habis.

Tia bolak-balik melihat jam tangannya.

TIA

(mengetuk-ketuk meja dengan jari)

Rik, ayo buruan.

RIKI

(mengunyah makanan)

Sebwental...

Tia membalikkan badannya mengarah ke jalan raya. Tia semakin cemas. Berusaha untuk mengalihkan pikiran, ia memutuskan untuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

TIA

Bu, ada toilet?

IBU WARUNG

(menunjuk arah belakang)

Itu di belakang, masuk aja.

TIA

(mengangguk)

Oke, makasih Bu.

Tia beranjak menuju toilet.

INT. TOILET WARUNG - EVENING

Tia masuk ke toilet dan mengunci pintunya. Tia melepas masker. Ia membuka keran wastafel dan menadahkan telapak tangan di bawah keran tersebut. Tia membasuh wajahnya. Kemudian, ia menuangkan sedikit sabun yang terdapat di sebelah wastafel ke telapak tangannya. Ia menggosok sabun secara menyeluruh ke seluruh sela-sela tangan. Lalu, ia membilas tangannya.

Tiba-tiba, Tia mendengar suara teriakan ibu warung dari arah depan warung makan. Tia membuka pintu toilet. Tidak terlalu lebar, cukup untuk mengintip apa yang sedang terjadi di depan. Tia terkejut melihat seorang pria sedang menodong senjata ke arah Ibu warung tersebut. Pria itu adalah pria yang ia temui kemarin di motel.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar