Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dear Mr. Right!: Arin
Suka
Favorit
Bagikan
10. Bagian 10
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

29. INT. KAMAR NENEK ARIN – TENGAH MALAM


Arin tidur dengan gelisah, keningnya berkeringat. Arin memimpikan sesuatu.


FLASHES


Arin kecil dengan kepala diperban berjalan di pinggir sungai sore hari. Tak lama seorang anak laki-laki mendekatinya. Anak itu tersenyum ceria lihat Arin.


ANAK LAKI-LAKI

Arin, kamu udah sembuh?


ARIN

(Senang)

Iya. Aku diam-diam kesini. Mama gak tahu aku pergi.


ANAK LAKI-LAKI

Nanti Mama kamu marah, Nin. Kamu pulang aja. Muka kamu masih pucat.


ARIN

Tapi aku mau ketemu kamu.


Arin dan anak laki-laki itu tersenyum. Keduanya tampak sangat bahagia. Tapi Arin langsung kaget begitu angin berhembus ke arah mereka, meniup helaian rambut anak laki-laki.


POV ARIN : Angin berhembus menyingkirkan rambut yang menutupi kening anak laki-laki. Seketika terlihat ada bekas luka yang dalam dan masih belum sembuh.


ARIN

(Memegang kening anak laki-laki)

Gara-gara aku, kamu jadi terluka. Lukanya sampai berbekas membentuk bulan sabit gitu


ANAK LAKI-LAKI

Aku gak apa-apa. Ini cuma luka kecil, gak separah luka di kepala kamu.


ARIN

Makasih ya kamu udah nolongin aku.


ANAK LAKI-LAKI

Aku juga mau bilang makasih karena kamu udah nolongin aku dulu. Sekarang kita impas. Oh ya, aku juga mau balikin sapu tangan ini...


Anak laki-laki menyodorkan sapu tangan pink bergambar Hello Kitty ke Arin. Tapi tiba-tiba angin kencang menerbangkan sapu tangan itu.


ARIN

WHOAAA! Sapu tangannya terbang!


Arin berlari mengejar sapu tangan tapi langsung ditarik oleh anak laki-laki.


ANAK LAKI-LAKI

Jangan, Rin. Bahaya!


Arin gak peduli dan kejar sapu tangan yang terbang. Anak laki-laki itu mengejarnya hingga semuanya perlahan terlihat memudar dan jadi gelap.


FLASHES


Arin terbangun, bangkit duduk dan tertegun mengingat mimpinya. Arin tampak sangat bingung dan berusaha berpikir keras.


FADE TO



30. EXT. PINGGIR SUNGAI – PAGI


Arin duduk di sebuah batu besar di pinggir sungai sambil mencelupkan kakinya di air. Arin tersenyum bahagia lihat pemandangan sungai. Di sekitarnya ada anak-anak yang sedang mandi dan bermain.


Seorang anak laki-laki kecil sedang diganggu anak-anak yang lain. Mereka mengambil mainan kapal-kapalan anak itu.


ANAK KECIL

Hei jangan ambil punyaku! Balikin!


ANAK NAKAL 1

Berani ngelawan apa kamu? Ayo pegangin dia, teman-teman.


ANAK NAKAL 2

Siap, Boss!


Anak-anak nakal itu pun memegangi anak kecil agar tidak melawan. Sementara anak lain yang bertubuh besar merebut mainan dan memlempar-lemparkannya. Anak kecil itu pun menangis. Arin termenung lihat kejadian itu, mendadak kepalanya pusing ingat sesuatu.


FLASHES


Arin kecil berjalan sendirian di area dekat rumah. Arin lihat anak laki-laki kecil sedang diganggu sekumpulan anak-anak kecil lainnya. Anak laki-laki itu ketakutan dan berusaha melindungi diri. Anak-anak melempar batu-batu kerikil mengenai anak yang langsung meringis kesakitan.


ARIN

Hei! Jangan ganggu dia! Pergi kalian!


Arin mendatangi anak-anak nakal dan anak laki-laki yang dilempari batu.


ANAK NAKAL

Siapa kamu? Jangan ikut campur!


ARIN

Pergi sana. Jangan ganggu dia kalau enggak aku pukul kalian ya!


Arin langsung beraksi mengarahkan tinju dan tendangan ke arah anak-anak itu.


ARIN

Kalau kalian berani nakal lagi sama dia, aku adukan sama Pak Muklis. Dia itu paman aku yang galak. Kalian pasti tahu kan? Nanti kalian akan dimarahi sama dia!


Anak-anak nakal saling memandang ketakutan. Mereka pun pergi. Salah satu anak mengepalkan tinju dan mengancam si anak laki-laki. Tapi karena Arin terus melotot, mereka semua pun berlari pergi.


ANAK LAKI-LAKI

Makasih ya kamu udah nolongin aku.


ARIN

Iya, kali ini aku bisa nolongin kamu. Tapi lain kali kamu harus bisa jaga diri kamu baik-baik. Jangan mau diusilin sama mereka. Papaku bilang, anak laki-laki itu harus berani dan kuat. Aku aja berani hadapin mereka.


Anak laki-laki itu menunduk, tampak malu sama Arin. Arin perhatikan noda lumpur di kening anak itu dan segera memberikan sapu tangannya berwarna pink.


ARIN

Kepala kamu kotor tuh! Cepat lap pakai ini.


ANAK LAKI-LAKI

(Malu-malu ambil sapu tangan)

Terima kasih.


ARIN

Sama-sama. Tapi janji ya, lain kali kamu gak boleh takut lagi. Kamu harus lawan kalau ada yang ganggu kamu.


Anak laki-laki itu mengangguk, lalu tersenyum.


FLASHES


Arin tersentak. Arin udah ingat kejadian masa lalu yang pernah terjadi sama dia. Tanpa lama-lama Arin segera menegur anak-anak nakal yang mengganggu anak kecil itu.


ARIN

Heh kalian! Jangan ganggu adek ini! Beraninya main keroyokan aja. Nanti Kakak aduin sama orangtua kalian ya.


Anak-anak itu memandang Arin takut dan langsung pergi. Arin pun menghampiri anak kecil yang ketakutan dan memberikan mainan kapalnya.


ARIN

Udah, Dek. Mereka udah pergi.


ANAK KECIL

Terima kasih, Kak.


ARIN

Iya. Tapi lain kali jangan takut ya. Kamu harus berani hadapin orang yang mau jahatin kamu. Jangan mau jadi anak yang lemah. Mau Kakak ajarin karate gak?


Anak itu tersenyum semringah, mengangguk dengan penuh semangat. Arin pun tersenyum bahagia dan membelai kepala anak itu.


CUT TO


31. EXT. RUMAH NENEK ARIN. TERAS – SIANG


Mama Arin sedang duduk dengan Nenek Arin di teras. Mama Arin tampak sangat gelisah. Keduanya tidak menyadari Arin yang berjalan pulang ke rumah.


MAMA ARIN

Aduh, Bu... Kenapa Ibu biarin Arin pergi ke sungai?


NENEK ARIN

Biarin aja, Lia. Arin cuma bosan dan mau jalan-jalan. Dia udah lama gak main ke sini. Apa salahnya dia keliling-keliing?


Arin mengerutkan dahi bingung dengarin pembicaraan mama dan neneknya.


MAMA ARIN

Tapi Arin gak seharusnya pergi ke sungai, Bu. Bahaya. Kalau terjadi apa-apa sama Arin gimana?


NENEK ARIN

Lia, kamu itu jangan terlalu cemas. Arin itu udah besar. Bukan anak-anak lagi. Lagipula kejadian itu udah berlangsung lama. Kamu belum juga lupa.


MAMA ARIN

Bagaimana aku bisa lupa, Bu? Itu kejadian paling mengerikan yang pernah terjadi dalam hidup aku dan Arin. Aku gak sanggup bayangin kalau kejadian itu terulang lagi. Aku gak mau Arin tenggelam lagi di sungai.


JREEEENG! Arin terkesiap kaget. Buru-buru menghampiri mamanya. Mama Arin gelagapan llihat Arin.


MAMA ARIN

Rin, kamu dari mana aja sih? Pergi gak bilang-bilang sama Mama.


ARIN

(Gak sabar, penasaran)

Jadi memang benar kalau Arin pernah tenggelam di sungai, Ma?


DEG! Mama Arin mendadak panik dan bingung, gak bisa berkata apa-apa.


ARIN

Mama kenapa diam aja? Apa benar Arin pernah kecelakaan di sungai? Itu sebabnya dulu kepala Arin luka dan sempat dirawat di rumah sakit?


MAMA ARIN

(Sedih)

Benar, Arin. Kamu memang pernah tenggelam di sungai waktu kecil dulu. Mama yang ceroboh dan bikin kamu jadi lepas dari pengawasaan Mama.


ARIN

Berarti mimpi itu memang benar?


Mama mengangguk, tampak gelisah.


MAMA ARIN

Sejak kejadian itu, kamu mendapat luka yang cukup berat di kepala. Mama sama Papa udah panik waktu itu. Kami pikir kamu gak akan selamat. Ternyata kamu berangsur-angsur sembuh. Tapi sejak kejadian itu kamu kehilangan banyak memory kamu.


Arin terdiam meresapi perkataan ibunya. Mama Arin segera memeluk Arin sedih.


MAMA ARIN

Rin, Mama sayang sama kamu. Mama gak mau kamu kecelakaan lagi. Mama mohon kamu jangan main di sungai lagi ya.


ARIN

Ma, apa yang dibilang Nenek benar. Kejadian itu udah lama. Sekarang Arin udah besar. Bukan anak-anak lagi.


MAMA ARIN

Tapi Mama trauma, Rin. Kamu gak tahu karena kamu gak ngerasain jadi Mama. Mama nangis terus takut kamu gak selamat. Dan masih untung waktu itu ada anak laki-laki yang menolong kamu. Dia yang menarik kamu dari sungai. Kalau tidak, kamu mungkin sudah dibawa arus.


Arin tersentak. Seketika teringat kilasan mimpi-mimpinya. Wajah anak laki-laki yang ditolongnya terlintas kembali. Arin juga ingat bahwa dirinya pernah memberikan sapu tangan pada anak itu.


ARIN

(Senang, antusias)

Sekarang Arin ingat semua, Ma. Arin udah ingat, Nek. Memang benar apa kata Nenek, Arin memang suka main ke sungai. Anak itu yang udah menolong Arin.


Nenek Arin tersenyum.


ARIN

Anak itu... Siapa dia, Ma? Apa Mama kenal? Apa dia masih tinggal di kampung ini, Nek?


MAMA ARIN

Sayangnya kami semua udah lupa siapa nama anak itu, Rin. Dia anak yatim yang cuma tinggal sama ibunya dulu di rumah sewa kecil di kampung ini. Setelah anak itu menolong kamu, Papa menawarkan uang sebagai ucapan terima kasih. Tapi anak itu dan ibunya menolak.


ARIN

Di mana rumahnya, Ma? Arin ingin ketemu sama dia sekarang! Arin mau ucapkan terima kasih.


Mama Arin dan Nenek Arin saling berpandangan bingung.


NENEK ARIN

Mereka udah gak tinggal di sini lagi, Rin. Begitu kamu diselamatkan anak itu dari sungai lalu kamu dirawat di rumah sakit, mereka pindah entah ke mana.


Arin mendadak lesu.


ARIN

Terus sekarang dia tinggal di mana? Mama dan Nenek tahu alamatnya sekarang?


MAMA ARIN

Maaf, Rin. Kan udah Nenek jelasin tadi kami semua gak tahu mereka pindah ke mana.


Arin memejamkan mata lemas, tampak sangat kecewa.


DISSOLVE TO



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar