1. INT. KELAS — SIANG
Fade in
Kelas yang berisi 30 kursi, terisi penuh. Beberapa mahasiswa melihat waktu di ponsel dan arloji. Saling heboh memberi informasi waktu. Hampir semuanya mulai sibuk membereskan peralatan tulis untuk dimasukkan ke dalam tas.
TITANIA PANGESTI (30 tahun) berdiri menghadap papan tulis, lalu menutup spidolnya. Ia berbalik menghadap para mahasiswa.
TITA
(tersenyum)
Okay, Class. Terima kasih untuk hari ini. See you.
Kelas gaduh
KELAS
See you, Bu Tita
Tita berjalan ke meja dosen. Ia lalu mematikan laptopnya dan memasukkannya ke ransel.
Tiga mahasiswi berjalan menuju meja Tita.
TIGA MAHASISWI
(Suara cempreng)
Mari, Bu Tita
Tita mengangkat wajah dan tersenyum, lalu mengangguk. Ia lalu berjalan ke arah pintu.
cut to
2. EXT. LORONG KELAS — SIANG
Tita berjalan menyusuri lorong menuju tangga ke lantai enam. Beberapa kali disapa mahasiswanya. Tita tersenyum.
TITA (V.O)
Pernah aku berpikir bahwa hal terburuk dalam hidup adalah berakhir dengan kesendirian, tapi ternyata tidak. Mengenal mereka semua di kampus, membuat hidupku merasa lebih berwarna.
Ponsel di saku bagian bawah kemeja bergetar.
INSERT: Nama BAPAK di layar ponsel.
Tita mendesah pelan.
TITA (V.O)
Tapi, tidak untuk laki-laki cinta pertamaku ini. Beliau tidak tega melihat kesendirianku di usia yang menginjak kepala tiga ini.
Tita mengangkat telepon sambil duduk di kursi yang ada di lorong.
TITA
Assalammualaikum, Pak
3. INT. TERAS RUMAH BAPAK TITA — SIANG
BAPAK TITA
(Wajah serius)
Waalaikumsalam. Apa lagi ngajar, Nduk?
INTERCUT telepon Tita dan Bapak Tita
TITA
Udah selesai, Pak. Ada apa telepon?
BAPAK TITA
Jadi kapan mau nikah? Sekarang udah tiga puluh tahun. Mbok, ya, jangan mikir kerja terus. Temenmu udah pada punya anak. Apa mau dicarikan calon lagi?
TITA
(Kaget dan pasrah)
Nggak perlu, Pak. Aku bisa cari sendiri.
BAPAK TITA
(Mulai emosi)
Kapan? Bapakmu ini wes sepuh. Jangan sampai nanti yang jadi wali nikah itu kakakmu.
TITA
(Tersentak dan sedih)
Astagfirullah, Bapak. Kenapa ngomong gitu lagi? Doanya aja, Pak. Semoga segera dipertemukan dengan jodoh.
BAPAK TITA
(Kesal)
Bapak nggak kurang kalau doain kamu, Nduk. Kamu aja yang keras kepala. Males nikah!
TITA
(pusing)
Bukan gitu, Pak. Calon yang datang belum ada yang cocok.
BAPAK TITA
Wes terserah! Pokoknya lebaran tahun depan kalau belum punya calon, bapak paksa kamu nikah sama anak pak lurah!
Sambungan telepon terputus. Tita menyandarkan kepala di kursi.Kepalanya pusing.
Cut to