Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Passeriformes Lycoris High School
(PLY High School)
•
•
•
•
(Prolog)
Siapa yang tidak mengenal SMA swasta yang satu ini, Passeriformes Lycoris School (PLY School). Sekolah swasta bergengsi yang tidak hanya mengandalkan uang, tetapi juga kemampuan dan bakat. Sekolah swasta dengan persaingan ketat akan peringkat atas dalam segala hal. Semua orang tua menjadikan sekolah swasta tersebut sebagai tempat pertama setelah anak-anak mereka gagal masuk ke sekolah negeri terbaik.
Bukan hanya terkenal akan prestasi. Sekolah swasta satu ini tak pernah terdengar akan kasus atau tindakan asusila lainnya. Begitu keras salah satu organisasi perwakilan siswa disekolah tersebut, yakni OSIS.
[Scene 1 - sekolah - Ruang osis)
Azriel Allianzo Clestheon, ketua osis Passeriformes Lycoris School. Tegas, cerdas dan kejam. Bahkan Azriel berhasil menggantikan posisi mantan ketua osis yang bermasalah saat masih berstatus siswa baru di SMA tersebut. Karena hal itu, Azriel sangat terkenal dikalangan siswa laki-laki maupun siswa perempuan.
(Salah satu nggota osis tiba, dan berteriak)
"Ketua!"
Azriel yang sedang membaca buku, menatap kesal salah satu anggota osis yang masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Walau begitu, Azriel berusaha menahan dan memilih tersenyum hangat.
(Azriel)
"Ada apa?"
(Anggota osis)
"Anak SMA sebelah baru saja mengeroyok salah satu anggota divisi seni."
(Azriel)
"Hah! Seberani itukah mereka masuk! Haruskah aku yang turun menangani ini! Dimana anak-anak divisi keamanan?"
(Anggota osis)
"Mereka kalah telak dari anak-anak itu."
(Azriel bergumam)
"Oh, bisakah kau memastikan tak ada siswa lain yang berkeliaran tanpa kepentingan khusus?"
(Anggota osis)
"Ba-baik."
(Keluar dari ruang osis)
Azriel berjalan keluar melewati koridor sekolah yang telah sepi bersama 5 anggota osis laki-laki yang berjalan dibelakangnya.
Semua siswa telah ditertibkan sesuai perintah Azriel. Disekolah, tak ada yang berani menolak perintah Azriel karena organisasi osis menjadi sangat menakutkan sejak Azriel yang terpilih menjadi ketuanya. Ia sangat tegas dan tak segan-segan jika ada yang tak mematuhi dirinya.
(Siswi-siswi bergumam, memuja Azriel)
"Azriel!"
"Dia bias terfavorite ku!"
"Ketua dan anggota osis memang keren!"
[Scene 2 - Belakang sekolah, tepat di daerah gedung tak terpakai.]
Azriel menatap anggota divisi keamanan yang telah babak belur. Beberapa guru memilih mundur dan menyerahkan itu pada Azriel.
(Anggota osis - Divisi keamanan)
"Syukurlah kau datang!"
(Guru)
"Bapak dan ibu akan kembali ke kelas. Kau tangani mereka."
(Azriel-sembari tersenyum hangat)
"Dengan senang hati."
Azriel mengubah ekpresinya lalu melepas kaca mata yang ia kenakan. Perlahan melangkah maju mendekati sekitar 20 anak SMA lain yang menyerang sekolahnya.
(Azriel sembari menatap anggota divisi keamanan yang hanya bisa menunduk.)
"Sepertinya, anak divisi keamanan butuh pelatihan lebih. Ganti seluruh pelatih seni bela diri disekolah ini, Adrian!"
(Adrian-Anggota osis)
"Akan segera aku tangani."
Anak SMA lain itu menatap Azriel, kemudian berteriak menantang Azriel dan ke lima rekannya.
(Siswa SMA lain)
"Oi, oi!! Apa kalian anggota osis? Ah, Azriel! Aku pernah mendengar nama itu. Tapi-,"
(Azriel)
"Dengan tujuan apa kalian datang kemari?"
(Siswa SMA lain)
"Tujuan! Ah, tujuan ku. Aku melihat ada siswi perempuan cantik disekolah ini. Aku cukup tertarik dengannya. Dia menantangku dan mengatakan jika anggota osis mereka sangat kuat. Jika aku bisa mengalahkan anggota osis itu, maka ia akan menjadi pacar ku. Ah tidak, dia akan melayani ku dan menjadi budakku."
(Azriel bergumam)
"Serendah itu ya!! Menyusahkan saja."
(Siswa SMA lain)
"Hah, apa?"
(Azriel)
"Kau akan menyesal datang kemari hanya karena tawaran rendahan itu."
Azriel menedang kepala siswa itu. Hanya sekali tendangan, siswa tersebut sampai tak sadarkan diri.
(Azriel memberi perintah)
"Buat yang lain menyesali perkataan mereka."
Ke lima anggota osis menyerang dan perkelahian terjadi, dan selesai begitu cepat. Sampai membuat anggota divisi yang lain tercengang dengan kekuatan anggota inti osis.
(Azriel bergumam sembari melihat siswa SMA lain sudah tak sadarkan diri)
"Huam!! Tenyata kuat di omongan saja!"
Setelah itu, semua anak-anak itu dibawah kembali kesekolah mereka oleh para guru. Kejadian tadi pun sangat cepat tersebar dan jadi perbincangan seluruh siswa.
[Scene 3 - koridor antar kelas)
Azriel berjalan kembali ke kelasnya, segera setelah ia menyelesaikan masalah tersebut. Namun langkahnya terhenti saat berada didepan kelas. Menatap seorang siswa tunawicara.
(Teman Azriel dan rekan sesama anggota osis)
"Dia yang berhasil mengalahkan mu dalam 3 ujian kan?"
Berbeda dengan sekolah lain, PLY School melakukan 3-6 ujian dalam satu semester.
(Teman Azriel)
"Anak baru itu, cukup hebat. Tinggal satu ujian lagi. Aku harap kau tak kalah Azriel."
(Teman Azriel)
"Dea juga tak akan kalah loh."
(Teman Azriel)
"Kau pikir aku juga akan kalah?"
Azriel berlalu dari sana
[Scene 4 - ruang kelas)
(Aurora)
Aurora Deleanor, siswa pindahan yang memiliki rumor tentang bagaimana ia di deportasi dari sekolah negeri bergengsi. Walau begitu, tak ada satupun siswa yang mengetahui mengenai alasan ia pindah ke swasta ini. Pasalnya, Aurora adalah siswa kurang mampu yang masuk dengan bantuan beasiswa prestasi.
(Dea/Deleanor)
"Oi, Aurora. Aku dengar, kau pernah berada diperingkat satu umum ya!"
(Aurora menjawab dengan bahasa isyarat)
"Ah itu, be-benar."
(Dea, mengernyitkan dahi tak mengerti)
"Ngomong apa sih?"
(Rael)
"Katanya itu benar."
(Dea)
"Kalau begitu, kau mengambil les dimana?"
(Aurora)
"Aku tidak mengambil les manapun. Jadi!"
(Rael, kembali menerjemahkan)
"Dia tidak mengambil les manapun."
(Dea)
"Kau cukup menarik. Juara umum, tanpa les private! Haruskah aku memuji mu jika kau setara dengan ketua osis?"
(Celetuk kesal Rael )
"Apa yang kau katakan? Berhenti mencoba menekannya!"
(Dea dengan senyum liciknya)
"Kau harus berhati-hati Rael, bukan karena dia tunawicara sehingga kau lengah didepan orang desa ini. Cukup janggal, orang desa mendapatkan peringkat satu umum tanpa les private, di sekolah unggulan lagi."
Mendengar pernyataan itu, Aurora seketika menunduk sedih. Tentu saja, ketakutan lamanya pada akhirnya akan muncul juga.
(Rael)
"Tak perlu dengarkan mereka. Memang siapa mereka, bisa mengukur kepintaran seseorang dari latar belakang tempat lahirnya!"
(Sekilas tentang Aurora)
Tak ada yang ingin berteman dengannya. Bahkan ia sering mendengar orang lain mengatakan hal buruk tepat didepannya. Hanya ada satu siswi yang dekat dengannya. Dia adalah Rael Aixana Midvienchloe. Peringkat 4 umum setelah Deleanor De Elfloyen. Sehingga Rael sangat dekat dengan Aurora.
Walau tak ada yang mengganggu karena Azriel sangat keras pada tindakan kekerasan atau pembulian disekolah. Aurora malah mendapat bullian sepulang sekolah, yang dipimpin oleh Dea. Setiap pulang sekolah, Aurora harus pulang tanpa sepatu, pakaian yang kotor dan lebam ditubuhnya.
Sementara Rael hanya memberikan bantuan berupa obat kepada Aurora. Karena kejadian itu selalu terjadi saat Aurora sendiri. Ditambah lagi, tak ada gunanya ikut campur karena mereka yang ikut serta sangat mudah memanipulasi segala hal dengan kekuasaan dan uang.
[Scene 5-Tempat tinggal Azriel, di kamar)
Azriel fokus mengejarjakan soal-soal latihan dikamarnya. Dari jumlah soal yang telah selesai. Azriel telah mengerjakan 327 soal matematika. Hingga tak berselang lama, ia berhenti saat alarm telah berbunyi. Ia kemudian menutup dan merapikan semua buku dan kertas, lalu mengecek handphonenya.
(Pesan masuk)
Az? Aku sudah mengirim
informasi seputar anak baru
itu padamu.
Azriel menatap berkas biodata lengkap seputar anak baru itu. Azriel bahkan terlihat tertarik dengan biodata tersebut.
(Azriel bergumam)
"Aurora Deleanor, Kenapa dia pindah ke mari? Padahal dia peringkat satu umum disekolah sebelumnya! Jika seperti ini, aku tak bisa biarkan ia tanpa alasan yang jelas. Namun cukup menarik, jika seorang siswi berprestasi di SMA negri unggulan berpindah ke swasta. Ada yang tidak beres."
Azriel mengecek dan mencari sendiri biodata Aurora dari sekolah lamanya. Lebih tepatnya, ia mengirim pesan ke salah satu temannya.
(Pesan masuk)
Aku sudah mengirimi wakilmu
soal itu. Tapi, jujur saja. Aku lebihp Percayakan masalah ini padamu.
Jadi, aku menunggu pesanmu. Jika kau sedang tak belajar. Sebaiknya kita bicara lewat telpon saja. Atau bertemu?
Azriel berdiri dan mengambil hoodie berwarna hitam dan berjalan keluar kamar.
[Scene 6 - kafe]
Azriel menemui salah satu temannya disebuah rumah makan kecil. Teman Azriel kemudian memberikan berkas itu ke Azriel. Dengan serius Azriel membaca dengan detail tentang Aurora.
(Azriel)
"Dia bermasalah rupanya."
(Teman Azriel dari sekolah lain)
"Sebenarnya, maksud ku! Dia tidak melakukan itu Az! Aku percaya padanya. Dari pada aku, kau pasti lebih mengerti, bagaimana orang lain akan bersaing dan menghalalkan segala cara agar lawan mereka mundur."
(Azriel)
"Aku mengerti. Tapi, di PLY! Jauh lebih menakutkan. Jika kau berfikir, aku akan melindungi anak itu. Itu tidak mungkin. Aku tak akan fokus hanya untuk satu orang."
(Teman Azriel)
"Dia masuk ke PLY dengan bantuan salah satu guru yang percaya padanya. Tapi, bayaran spp di PLY mungkin menyulitkannya."
(Azriel)
"Lalu?"
(Teman Azriel)
"Dia dari desa, dan berhasil masuk ke SMA negeri dan berada di peringkat pertama. Dia bisa menguntungkan PLY juga. Bukankah, kau membuat sebuah beasiswa prestasi dari perusahaan ayahmu?"
(Azriel menjelaskan)
"Jadi, kau ingin aku membantunya lewat jalur beasiswa? Aku tak bisa membantunya, jika dia tak menemuiku. Anak sepertinya, tak akan menerima bantuan begitu saja, dan aku tak suka menawarkan lebih dulu. Dia bekerja keras dan mengalahkan ratusan anak yang mengambil les private. Aku tak ingin dia merasa rendah dengan bantuan seperti itu."
(Teman Azriel)
"Lalu masalah ini?"
(Azriel)
"Kumpulkan buktinya, baru aku akan percaya. Masalah ini, bagaimana pun akan terungkap dan menjadi bumerang untuknya. Aku keras pada anak-anak PLY. Jadi hal itu juga berlaku pada anak baru yang telah memakai seragam PLY."
(Teman Azriel)
"Aku mengerti."
Saat sedang berbincang, Azriel tak sengaja melihat Aurora.
(Azriel)
"Itu dia!"
Teman Azriel berbalik dan mengangguk kepalanya.
(Teman Azriel)
"Dia tinggal di basement bawa tanah bersama ayahnya yang juga seorang tunawicara. Dia pekerja keras untuk membantu ayahnya."
(Azriel)
"Kau terlalu banyak bicara. Itu bagian dari privasinya."
(Teman Azriel)
"Heh! Kau akan butuh informasi itu juga nanti. Aku memberitahu mu karena aku peduli dengan anak itu. Kau juga tak pernah membedakan seseorang dari ekonomi."
(Azriel)
"Dia tak mengambil les satu pun selama disana?"
(Teman Azriel)
"Tak, dia tak mampu membayarnya. Dia masuk sekolah negeri juga karena beasiswa. Tapi dia sangat pintar loh. Kau bisa jadikan dia pesaing sehat untukmu. Selama ini, belum ada yang bisa mengalahkan mu kan?"
(Azriel tersenyum tipis)
"Menarik."
(Rael tiba di kafe)
Rael yang baru saja tiba di tempat itu, sedikit terkejut melihat Azriel.
(Rael berpikir)
"Apa yang dia lakukan disini? Apa ia menargetkan Aurora? Aku harus melindungi Aurora darinya dan juga pesaing lainnya."
Rael menghubungi Aurora jika ia akan menemui Aurora setelah pekerjaannya selesai. Lalu berbalik pergi meninggalkan tempat tersebut.
Azriel menyadari keberadaan Rael. Bahkan terukir senyum tipis dikedua ujung bibirnya, setelah Rael berlalu pergi.
(Rael, berada ditaman)
Rael membaca buku ditaman sendiri untuk menunggu Aurora selesai bekerja. Bahkan ia mulai merasa lesu setelah menghabiskan banyak cemilan disampingnya.
(Rael)
"Aist, sudahlah. Aku bisa diet besok saja. Oh? Harusnya dia sudah pulang kan?"
Rael hendak menghampiri Aurora ke tempat kerjanya. Tetapi, ia berbalik ke rumah Aurora dengan tergesa-gesa setelah mendapat panggilan dari Aurora.
(Rael bergumam, terlihat cemas)
"Dia tidak akan menelpon. Jadi mungkin!"
[Scene 7-rumah Aurora]
Rael berlari ke rumah Aurora dengan tergesa-gesa. Baru saja sampai, beberapa orang telah berkerumunan karena ada asap dari basement bawah tanah. Rael seketika berlari kebawah dan mencoba membuka pintu rumah Aurora. Tak berselang lama, ayah Aurora tiba.
(Ayah Aurora, berbicara dengan bahasa isyarat)
"Biar aku yang membukanya. Mungkin sesuatu terbakar didalam."
(Pintu terbuka)
Ayah Aurora dan Rael terkejut, melihat tubuh Aurora terbakar.
(Teriak salah satu penghuni basement)
"Keluar! Bahaya..."
Pemadam kebakaran telah tiba dan mencoba mematikan api.
Ayah Aurora menangis histeris dan mencoba menerobos masuk menuju ke arah Aurora.
(Ayah Aurora)
"Tidak mungkin! Apa yang-,"
Tubuh Rael bergetar hebat tak percaya sahabatnya mati terbakar.
(Perintah tim pemadam)
"Keluar..."
Saat hendak keluar, Rael melihat sebuah bunga yang sering dikenal dengan nama Doll's Eye, berada di tas milik Aurora.
(Rael berpikir)
"Actaea pachypoda."
[Scene 8 -kantor polisi]
Beberapa hari setelah kematian Aurora. Polisi juga menyatakan jika kematian Aurora tak ada hubungannya dengan pembunuhan. Melainkan hanya kasus bunuh diri. Sontak hal itu mengejutkan sang ayah yang tak percaya akan hal itu. Ia kemudian menangis histeris dan memohon didepan polisi.
(Ayah Aurora)
"Putriku tak sebodoh itu untuk berfikir meninggalkan ku. Putriku tak mungkin mengakhiri hidupnya begitu saja. Ku mohon! Ku mohon jangan tutup kasusnya. Putriku mungkin dibully atau..."
(Polisi)
"Pak, ditempat putrimu bersekolah. Tak pernah ada kasus pembullian atau kekerasan. Putrimu mungkin memiliki masalah lain. Pak, pulanglah dan beristirahatlah. Tenangkan dirimu."
Rael mendekati ayah Aurora dan menenangkannya.
(Rael)
"Mari pulang dan beristirahat sejenak."
(Ayah Aurora)
"Aurora tidak mungkin melakukan hal itu."
(Rael)
"Aku percaya. Aurora tidak mungkin melakukan hal itu. Ayo pulang dan beristirahatlah."
(Ayah Aurora)
"Tidak apa-apa. Aku ingin menemui Aurora."
(Rael)
"Baiklah."
[Scene 9-makam]
Rael menemani ayah Aurora ke makam Aurora. Baru saja tiba, ayah Aurora seketika menangis tersedu-sedu sembari menunduk didepan makam putrinya. Jika saja bisa bersuara, suaranya mungkin sudah terdengar jelas.
(Isak tangis Ayah Aurora)
"Anakku... Kembalikan anakku! Anakku! Anakku! Kembalikan anakku! Anakku!!"
[Scene 10-sekolah]
[Rael]
Setelah hari itu, Rael mengalami penurunan. Ia bahkan tak masuk peringkat umum lagi. Bahkan saat ujian, ia masih sempat menangis. Biasanya, ada Aurora disampingnya. Hari ini, sudah tidak lagi.
Beberapa hari setelah ujian selesai. Kejadian serupa terjadi. Namun, bukan terbakar tetapi hilang entah kemana. Setelah 3 hari, polisi menyatakan jika ia berhasil menemukan mayatnya yang telah hangus terbakar. Setelah melakukan otopsi, hasilnya sama dengan siswa yang hilang.
Yang membuat hal itu semakin menakutkan adalah siswa laki-laki itu merupakan salah satu anggota osis yang berhasil menempati peringkat satu umum. Rumor pun mulai menyebar mengenai Aurora yang sulit melepas peringkat tersebut.
(Beberapa siswa berucap)
"Itu hanya rumor. Sebentar lagi, kita akan naik ke kelas 2."
"Sudahlah!"
"Rumor itu akan segera berlalu."
Rael yang mendengar hal itu terkejut melihat foto tempat ditemukan mayat tersebut yang tak sengaja sempat tersebar. Di foto itu, tepat di tas milik siswa itu. Terdapat sebuah bunga yang sama dengan bunga yang Rael lihat ditas Aurora malam itu.
(Rael berpikir)
"Actaea pachypoda."
Melihat foto itu, Rael tiba-tiba saja tersenyum tipis.