Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
BIMA DAN ARYA - Script
Suka
Favorit
Bagikan
1. Chapter #1 - scene 1 - 6

ACT 1

Cast : Bima

-         Backsound

-         Pengenalan tokoh

1.      INT. DEPAN GERBANG PENJARA – SORE

Pintu gerbang penjara terbuka. Tampak punggung Bima yang menenteng tas hitam berjalan perlahan ( slow motion ) menuju gerbang. Langit senja mulai tampak menggantikan teriknya matahari. Di depan gerbang penjara, Bima menghirup udara bebas sepuas-puasnya. Ia pun langsung melangkah cepat menuju halte bus.

-         Backsound masih menggiring

2.      EXT. HALTE BUS – SORE

Bima duduk sendiri di salah satu kursi. Beberapa pria masuk ke dalam bus dan Bima memilih untuk menutup wajahnya dengan hodie yang ia kenakan.

3.      EXT. TERMINAL – MAGHRIB

Bima turun dari bus. Kemudian lekas ke kasir membeli tiket bus menuju luar kota. Beberapa menit menunggu di sebuah tiang sambil mengepulkan asap rokok, tak lama bus antar kota yang akan ia naiki datang. Bima masuk dan langsung memilih kursi paling belakang dan duduk dekat jendela.

Perjalanan malamnya dimulai. Matahari terbenam yang tampak di terminal pasar senen itu menggiring perjalanan Bima untuk pulang kampung.

-         Backsound berakhir

4.      INT. DALAM BUS – MALAM

Seluruh penumpang tampak tertidur pulas. Tapi tidak dengan Bima yang memilih memandangi jalanan malam yang berpindah-pindah dari jalan mulus seperti tol, bukit curam, jembatan lalu jalanan rusak yang memaksanya untuk terjaga.

Tampak seorang nenek tua ingin beranjak ke kamar kecil. Namun ia hampir terjatuh karena guncangan bus.

BIMA

Mbah nggak apa-apa?

Sang nenek tertegun melihat tato di lengan Bima. Menyadari ia tengah diperhatikan, BIma pun memilih menurunkan lengan hodienya agar tak terlihat lagi tattonya tersebut.

BIMA (CONT’D)

Mbah mau ke mana?

 

NENEK – NENEK (CONT’D)

Kebelet pipis.

BIMA (CONT’D)

Mau saya tuntun?

NENEK-NENEK (CONT’D)

Ora usah, suwon yo. Mbah iso dewe. ( Nggak usah. Terima kasih yah. Nenek bisa sendiri.)

Bima mengangguk sambil memantau si nenek yang tampak tertatih. Tak lama nenek itu kembali dan duduk di seberang kursi Bima yang kosong setelah penumpangnya turun.

NENEK –NENEK ( CONT’D )

Kowe arep neng ngendi? ( Kamu mau ke mana? )

BIMA (CONT’D)

Brebes mbah –

NENEK –NENEK (CONT’D)

Moleh kampung amergo urip nang Jakarta kuwi abot, yo? (Pulang kampung karena berat hidup di Jakarta yah?)

Bima terdiam sambil garuk-garuk ujung ibu jarinya. Kebiasaan sejak kecil saat ia gugup akan suatu hal

BIMA ( CONT’D)

Mboten ,mbah. Badhe wangsul minongko kangen kalihan ibu datheng kampung. (Nggak mbah. Mau pulang karena kangen sama ibu di kampung)

 

NENEK –NENEK (CONT’D)

Ojo ngapusi. Aku iso nyawang loh. (Jangan bohong. Saya bisa lihat loh)

BIMA (CONT’D)

Ningali nopo,mbah? (Lihat apa mbah?)

NENEK –NENEK (CONT’D)

Aku ndheleng, kowe bakal nemu kamulyan sawise ketemu wong sing di gowo ibumu. (Aku lihat kamu akan dapat keberuntungan setelah bertemu seseorang yang ibumu bawa.)

Bima Cuma bisa nyengir tipis mencoba mengabaikan kata-kata si mbah yang dia pikir kurang masuk akal. Bima merenggangkan tubuhnya lagi untuk duduk nyaman di kursinya lalu tertidur sebelum akhirnya sampai di terminal kota Brebes.

5.      EXT. PINGGIR JALAN – MALAM

Bima jongkok sebentar menunggu ojek sambil menghisap sebatang rokok. Tak lama ojek lewat dan Bima memutuskan naik. Mengantarkan Bima sampai ke depan rumah kayu berwarna putih dengan lampu pijar kuning yang sedikit redup. Bima selesai membayar ongkos ojek lalu mulai membuka pagar bamboo yang tingginya hanya sepinggang orang dewasa itu.

 

6.      EXT. HALAMAN RUMAH – MALAM

Bima ragu-ragu untuk melangkah masuk. Di dalam rumah terdengar suara ibunya yang tengah menyanyikan tembang jawa yang dulu sering Bima dengar sebelum dia tidur. Sampai di teras rumah, Bima mulai terisak. Mengingat semua kenangan saat ia masih kecil dan nekat keluar dari rumah untuk merantau ke Jakarta.

Lama Bima berdiri di depan pintu, sampai seseorang dari dalam membuka pintu kayu tersebut dengan sedikit susah payah. Ibu Sukma terkejut melihat pria asing berdiri di depan rumahnya. Namun tak berselang lama kemudian, ibu Sukma ikut tersedu melihat Bima menangis memanggil namanya.

BIMA

Ibuk –

IBU SUKMA

Bima?

Pelukan penuh haru pun tak terelakkan. Mereka menangis bersama di depan pintu. Tampak seseorang mengintip dari kamar melihat pertemuan anak dan ibu tersebut.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar