Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Scene 1
Cast; Polisi, warga, pengendara jalan.
Jalanan
Pedesaan yang gelap itu menjadi saksi sebuah pembunuhan. Tidak ada satu pun bukti siapa pelakunya, bahkan polisi yang sedang memeriksa sama sekali tidak mendapatkan hasil apapun.
Angin malam yang berhembus menguliti kulit siapa saja yang berada disana.
Suara sirine mobil polisi terdengar dengan nyaring. Seseorang berhoodie hitam di balik pohon hanya mampu tersenyum miring melihat semua yang tengah terjadi.
Scene 2
Cast; Caca, papa Caca, asisten papa Caca.
Di rumah kayu
Suasana yang begitu mencekam membuat seorang anak yang sedang berdiri di dalam kamarnya menatap pantulan dirinya itu hanya mampu terdiam.
Anak kecil itu terus mengungkapkan keluh kesahnya selama ini. Tidak mampu melawan papanya, ia hanya bisa diam dan menuruti apa perintah papanya.
Suara ketukan pintu itu membuat lamunan Caca si gadis kecil itu tersadar. Dengan wajah manisnya ia berjalan untuk membukanya.
Cklek
Pikiran Caca sudah tertuju dengan apa yang ditampilkan seorang pria paruh baya yang berdiri di depannya saat ini.
Gadis kecil nan mungil itu langsung masuk ke dalam kamarnya dan menarik koper untuk dibawanya keluar.
Pria yang menunggu di depan kamarnya atau papanya itu hanya tersenyum tipis hampir tidak terlihat.
Scene 3
Cast; caca, papa Caca dan asisten papa Caca, penjaga rumah.
Jalanan malam
sepanjang jalan tidak ada percakapan yang terjadi dan itu sudah biasa.
Langit yang gelap itu sebagai saksi kehidupan Caca dan tujuan hidup pria di sampingnya.
Keramaian di jalanan itu sudah seperti pemandangan yang biasa dilihat mereka. Tinggal di desa bukan berarti mereka tidak mengetahui dunia luar. Bahkan lebih dari kata cuma!
Mobil yang dikendarai itu pun berhenti tepat di depan rumah mewah nan megah. Pandangan gadis kecil itu tidak luput dari kompleks perumahan mereka yang memang megah.
Setelah mengatakan hal itu Caca keluar dari mobil dengan menggendong sebuah permen kapas di tangannya.
Pria yang duduk di sampingnya hanya menghela napas.
Lalu menghembuskan napasnya dengan berat.
Dengan banyak yang mengetahui siapa dirinya, itu akan membuat semua orang mendekatinya.
Pria yang duduk di kursi kemudi hanya mengusap wajahnya kasar. Bosnya ini tidak bisa diajak kompromi.
Belum selesai mengatakannya pria itu keluar dari mobil.
Lalu ia ikut turun dari mobil dan melirik beberapa pria berbadan besar dengan baju serba hitam itu. Tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka paham.
Asisten itu berjalan masuk ke dalam rumah itu dengan jas yang sudah berada di tangannya.