Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Amelia is Dead
Suka
Favorit
Bagikan
1. Chapter tanpa judul #1

1. EXT – Pemakaman di sebuah gang kampung

 

Dibuka dengan memperlihatkan sederet papan bunga yang bertuliskan turut berduka cita di pinggir jalan sebelum masuk gang yang dipasang bendera kuning di tengah, tertera bunga dari keluarga, sahabat, hingga agensi film, Garis Langit Entertainment.

 

Kita masuk ke dalam gang, ramai warga kampung duduk di sisi kanan dan kiri menggunakan kursi plastik. Mereka mengenakan baju sopan, peci, serta kerudung. Banyak yang mengipas-ngipas dengan buku yasin, sebagian meminum aqua, sebagian bersalaman.

 

Kita melihat pintu rumah diujung, sosok yang berduka, Hari (63) masih berusaha tersenyum ketika bertatapan dengan orang yang menyalaminya. Di sebelahnya ada foto sang anak berhiaskan bunga dan tulisan ‘Amelia Citra, 1997-2021’.

 

Darrel(25), pacar mendiang Amelia, Chinese Indonesian, berusaha menjaga Pak Hari apabila butuh apa-apa, namun dengan terlihat sedikit canggung. Penampilan Darrel seolah berbeda dengan warga kampung dengan memakai kemeja hitam mahal dan jam tangan rolex meski tetap terlihat sederhana.

 

Kita melihat montage Darrel berusaha memegang kendali acara layatan, seperti berbicara dengan pemuda mengenai pemakaman, membagikan roti dan aqua ke warga, dan memberi uang ke tetangga yang mengatur parkir.

 

Darrel (V.O): Amelia meninggal dunia.

 

Continue montage Darrel merapikan kursi plastik, mengumpulkan bekas sampah kotak roti, serta berbicara berbisik pada Pak Hari jika beliau butuh sesuatu.

 

Darrel (V.0): Orang ramai-ramai ngasih nasehat agar gue ikhlas dan nggak sedih berkepanjangan. Tapi sejujurnya gue bahkan engga sedih sama sekali. Atau marah. Atau sakit. Gue nggak merasakan apapun. Gue daritadi sibuk urusin pemakaman Amel, pacar gue, tapi gue rasanya mau melayang. Ngga tau perasaan gue seharusnya harus gimana.

 

Sudut pandang kini dari ujung gang, sehingga kita dapat melihat para pelayat yang datang dari luar dan berjalan masuk melewati warga kampung yang melayat duduk di sisi-sisi gang.

Darrel beristirahat dan mengelus-elus Poki, kucing Amelia yang juga tampak diam tak mengerti apa yang terjadi. Makanan kucing di depan Poki tidak dimakannya.

Saat masih duduk dengan Poki, sekelompok orang datang untuk melayat. Darrel melihat mereka dari kejauhan. Mereka berjalan pelan seolah merasa berkarisma. Sebagian dari mereka mengenakan kacamata hitam, sebagian juga memakai topi. Ada yang pakai jas, kemeja, serta kaos. Sampai di depan rumah memeluk Pak Hari sambil mengucapkan turut berduka cita. Pak Hari tampak sedikit senang menyambut mereka. Darrel masih mengamati gerombolan tersebut.

Rudi: Bro!

Rudi (26), sahabat Darrel, Chinese Indonesian, kurus, rambut cepak jabrik, datang mengenakan kemeja batik. Rudi berjalan masuk gang sedikit berlari. Penampilannya walaupun sederhana tetap mencolok seperti Darrel. Kemeja batik yang dipakainya adalah batik tulis mahal dengan bahan kain mengkilap. Di tangannya juga terpasang jam tangan rolex dan tangan satunya memegang kunci mobil BMW. Rudi memeluk Darrel sambil menepuk-nepuk punggungnya. Sosok Darrel dan Rudi di gang tersebut yang berkulit putih karena Chinese Indonesian serta tampak ‘terawat’ membuat mereka kontras dengan pemandangan layatan kampung tersebut.

Rudi: Gimana? Still ok?

Darrel: I’m fine. Masih berusaha mencerna mungkin, Rud (berusaha tersenyum, Elo barusan beneran dari Surabaya?

Rudi: Iya, tenang aja bro, kalau ada apa-apa sekarang ada gue, gue ambil libur. (Melihat ke arah segerombol orang yang bersama Pak Hari). Mereka siapa?

Darrel: Orang-orang dari agensi artisnya Amelia. Mungkin Pak Hari seneng karena agensinya sempat jadiin Amel pemeran utama sebelum meninggal.

 

Jeremy: Rud! Darrel!

Dari jauh, Jeremy (25), Chinese Indonesian, tampan, berkemeja putih dan berdasi, berjalan masuk gang. Jeremy datang bersama Ibu dan nenek Darrel. Darrel, Jeremy, Erwin saling berpelukan. Mama dan nenek Darrel masih berjalan di belakang.

Darrel: Thanks Jer, bela-belain jemput Ibu dan nenek gue walaupun elu sampe ga sempet ganti baju kantor.

Jeremy: Santai, untung gue dapet tiket. Rud, elu dari Surabaya masa datengnya hampir barengan sama gue yang dari Singapur!

Rudi: Gue ribet, elu mah tadi bisa suruh supir buat jemput Tante, kerjaan gue nih (suara Rudi dan Jeremy makin menjauh seiring mereka mengobrol).

Kita berfokus ke Mama Darrel, Cynthia, memeluk sang putra dengan kasih sayang.

Cynthia: Kamu gapapa kan?

Darrel: It’s okay Ma. Thankyou udah dateng.

Cynthia: Haruslah. Kasihan Amel, semuda itu.(mengelus-elus punggung Darrel).

Darrel juga berpelukan dengan neneknya.

Darrel: Ayo kita ketemu sama papanya Amel. (Darrel menuntun mereka bertemu pak Hari. Guys! (memanggil Rudi dan Jeremy sambil menggerakkan dagu mengisyaratkan mereka ikut ke rumah).

Darrel dkk masuk ke rumah, disaat yang bersamaan rombongan agensi artis Amel keluar rumah. Darrel sedikit menatap mereka.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar