Aku menyukai dongeng, dan suka menulisnya. Kalau dikumpulkan, ada puluhan dongengku yang terserak di berbagai catatan. Beberapa berupa sketsa, beberapa pendek saja, tapi ada juga yang sepanjang novela. Ada yang ceritanya bahagia, lucu, getir, atau sedih.
Ketika menulis dongeng-dongeng itu, aku melibatkan peri yang memisahkan air mata dari hujan, perkumpulan minum teh yang dihadiri para roh, bukit dandelion yang menyambungkan dunia-dunia, manusia-naga pencari harta karun, rumah peminjaman buku yang pengunjungnya lebih banyak hantu dibanding manusia, kota Jakarta yang _lain_ dengan salju yang turun tanpa henti, penciptaan jagat raya dengan bantuan tarian dan malaikat-malaikat. Suka-suka aku, lah.
Setelah berbulan-bulan bingung, aku memutuskan merapikannya, lalu merangkumnya menjadi sebuah buku. Semula aku berencana menyusunnya dalam bentuk kumcer. Tetapi, aku malah terjebak dalam keasyikan menulis novel.
Dan, inilah novel itu; kumpulan dongeng itu.