[1] "Kita harus mencari tempat aman."
[2] "Aku berniat ingin pergi ke Mulyoagung. Di sana ada kelompok gerilya. Aku ingin bergabung dengan kelompok itu dan ikut melawan Belanda."
[3] "Kamu bisa ikut rombongan Kyai Safi"i nanti, Nah. Kamu pasti aman,"
[4] "Kamu bicara apa, nah?
[5] "Pergilah ke Mulyoagung, Kang. Aku akan kembali ke Banyuurip."
[6] "Apa kamu sudah gila, Nah? Kamu malah mau kembali ke tempat yang sudah dikuasai Belanda?"
[7] "Nah, jangan melakukan hal yang bodoh!"
[8] "Aku ingin memejamkan mata sebentar, Kang. Aku tidak kuat terjaga lagi,"
[9] "Maaf, Nah. Aku tidak bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Aku tidak bisa merasakan sakitnya kehilangan keluarga."
[10] Terima kasih, kang. Mulai sekarang aku jalan sendiri. Semoga kamu bisa selamat sampai ke Mulyoagung. Kita sama-sama berjuang, tapi dengan cara yang berbeda."
[11] "Ayo! Ikut kami!"
[12] "Wanita sialan!"
[13] "Wanita kampung rendahan!"
[14] "Wanita kotor yang sok pintar!
[15] "Sialan, kampungan, rendahan, kotor ... apa lagi? Mati dan hidup wanita kotor ini tidak ada di tangan kalian para bedebah!
[16] "Cukup!"