Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Memperoleh pendidikan adalah hak setiap warga negara sebagaimana bunyi Pasal 31 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 yaitu: "Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan." Tapi bagi Agus, pasal itu tidak lebih hanyalah pajangan dalam perundang-undangan semata yang disimpan sebagai isi buku pusaka negara, atau pemerintah hanya memberikan hak pendidikan itu pada tingkat dasar, menengah dan tingkat atas saja. Sedangkan untuk pendidikan tinggi, hak itu belum diberikan. Agus mempunyai impian untuk mengangkat derajat keluarganya lewat dunia pendidikan. Namun apalah daya, impiannya terasa buram ketika ia menerima surat pemberitahuan setelah ia mendaftar di sebuah universitas bahwa ia harus membayar sejumlah uang untuk pembayaran gedung kampus selama kuliah. Uang lima juta baginya sangatlah besar.
Permasalahan Agus bukan itu saja, remaja yang baru lulus sekolah menengah atas itu harus menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai kuli penebang tebu, sama sekali tidak mendukung impiannya. Jangankan memberi dukungan materi, dukungan moral pun tidak ia dapatkan. Meskipun Agus berjanji akan berjuang sendiri untuk membiayai kuliahnya, tapi itu tidak bisa membuat kedua orang tuanya percaya. Agus tahu kedua orang tuanya tidak akan mampu membiayai kuliahnya. Jangankan untuk membiayai kuliah, untuk kebutuhan sehari-hari saja masih kurang, tapi Agus punya impian besar untuk merubah keadaan keluarganya. Agus tahu satu-satunya hal yang bisa mengangkat derajat keluarganya adalah pendidikan. Namun kedua orang tuanya tetap menginginkan agar Agus ikut menebang tebu seperti mereka.
Sikap kedua orang tuanya benar-benar mematahkan semangat Agus, tapi Agus tetap punya ambisi untuk terus mengejar impiannya, yang ia perlukan saat itu hanyalah uang lima juta rupiah sebagai pembuka gerbang baginya untuk melangkah mengejar pendidikan tinggi. Persoalan nanti bagaimana ia membiayai kuliahnya, ia akan mengusahakannya sendiri bagaimana pun caranya. Karena Agus tidak mau, jika harus menjadi generasi penerus keluarganya sebagai kuli penebang tebu yang tanpa berupaya melakukan perubahan.
Bisakah Agus memperoleh uang lima juta rupiah sebagai pembuka gerbang baginya untuk melangkah mengejar pendidikan tinggi? Dan bisakah Agus kuliah tanpa bantuan kedua orang tuanya?
Pertama kali saya membaca ini, Ingatan saya memulangkan kepada masa lalu, meski tak sama dengan karakter Agus, tapi pernah punya ceita yang sama.
Kisah yang dekat sekali dengan kehidupan, mungkin bukan cuma saya yang merasakannya, tetapi beberapa pembaca pun merasakan ada kesamaan dengan cerita ini.
Ada beberapa kata yang typo dan kurang konsisten, tetapi tetap tak mengurangi bagusnya novel ini. Alurnya mengalir begitu saja, enak dibaca. Rekomended deh buat pecinta novel supaya membaca novel ini.
Sukses dan tetap semangat untuk penulis. Salam Literasi.