Sebuah perjalanan pulang ke diri sendiri

Arfan tak pernah menyangka bahwa suara-suara di kepalanya bukan sekadar bisikan. Mereka adalah jeritan luka yang tak sempat ditangisi, trauma yang dipeluk dalam diam. Ketika dunia terasa terlalu gaduh, dan pikirannya terlalu bising, ia terperangkap dalam ruang antara kenyataan dan bayangan.

Dirawat di bangsal jiwa, Arfan bertemu dengan orang-orang yang juga menyimpan keretakan. Dari Gilang yang suka memberi nama pada awan, hingga Bagas yang berbicara dengan dirinya sendiri. Mereka semua punya satu kesamaan: mencari cara untuk bertahan.

Melalui hari-hari yang sunyi, sesi terapi, dan surat-surat yang tak pernah dikirim, Arfan perlahan menata ulang dunia di dalam dirinya. Ia belajar bahwa menjadi "waras" bukan tentang menjadi normal—tapi tentang keberanian menerima luka dan tetap berjalan.

"Riuh Dalam Sunyii" adalah kisah tentang skizofrenia, keluarga, cinta yang setia, dan keberanian untuk kembali dari tempat tergelap dalam diri. Sebuah novel yang hening, namun menggema lama di hati pembacanya.