(sambungan Mas Yesno) Membaca lakon ini, seperti mengingatkan kembali bahwa waktu yang berputar adalah teror paling menakutkan. Kasih tak sampai bukan hanya bisa dibendung pakem Romeo & Juliet, atau perbedaan-perbedaan yang menimbulkan dramaturgi ngeselin. Tapi waktu. Ya, waktu adalah teror paling menakutkan. Bukan hanya di masa sekarang sampai kemudian hari, tapi di masa lalu, siapakah yang pernah berdiri tepat di sini, tepat dipijakan kaki di sini. Dari sinilah cerita itu bisa dimulai. Di mana bagunan baru yang satu pernah menyimpan secuil kisah masa silam sebelumnya. Anakronisme manis tentang jalur percakapan yang merentang waktu adalah nilai dramatik yang sangat menjual.
Selaiknya cerita-cerita time travel, selalu ada nilai subversif yang akan dihantarkan. Ketakutan yang tidak berwujud momok, menggerus secara perlahan, tapi pasti.
Dari tadi saya belum menceritakan bagaimana sebenarnya kisah Uge dan Widi dalam rentang termin yang berbeda. Jadi, ceritanya begini..