Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Manusia Pertama
18
Suka
19,871
Dibaca

Alam semesta masih muda ketika Ava, penghuni Negeri Utara, terjaga dari tidur panjangnya. Dia bukan Sang Wujud, melainkan sosok pertama yang mendiami sudut terjauh Era—sebuah tempat yang dilindungi empat pohon Fhana. Selain Ava, hanya ada pohon-pohon dan rerumputan, juga serangga-serangga kecil transparan yang sayapnya memantulkan kilau pelangi dalam siraman cahaya. Ava hidup sebatang kara dan berbicara dengan bahasa sebelum waktu—bahasa sunyi. 

Pepohonan di Negeri Utara tumbuh begitu lambat—tak kunjung menua meski pada batangnya melingkar usia yang merangkum begitu banyak peristiwa. Di antara semuanya, tak ada yang lebih agung dan menakjubkan dari pepohonan Fhana—atau pohon-pohon lupa. Semua yang terlahir di dunia pernah melihatnya, kau juga. Namun, ketika kau menerima uluran tangan takdir, ingatan saat kau berada di Negeri Utara langsung terkikis, lalu menguap—dan lenyap. 

Pepohonan Fhana tumbuh di empat titik di Negeri Utara. Di sisi barat, tempat Ava menetap, ada Vena. Di sisi timur, Deva. Di utara, Jiva. Di selatan, Raga.

Daun-daun pohon Vena berwarna putih, nyaris transparan, dengan sisi-sisi kelopak berkilau keemasan. Saat malam menjelang, daun-daun yang gugur memantulkan jalinan cahaya yang terangnya melampaui siang hari. Sebelum menyentuh tanah, daun-daun itu lenyap, lalu menjadi bintang-bintang di langit. Pohon Vena menciptakan terang di Bumi sebelum matahari lahir.

Suatu malam, di puncak pohon Vena yang menjulang nyaris menyangga langit, terjagalah sosok Peri yang sayapnya menyebarkan serbuk bintang saat dikepakkan. Ava begitu takjub memandangnya. Makhluk itu sangat berbeda dengan segala yang dia tahu. Dia tak seperti tumbuhan yang terpaku di tanah, juga tak mirip dengan hewan-hewan yang dia temui di seantero negeri. Karena lahir dari cahaya, Ava menamainya Lucy. 

Sesaat setelah matanya terbuka, Lucy berkata, “Sebentar lagi, Ava, menurut nubuat Sang Wujud, akan terlahir ciptaannya yang lain. Kalau kau menemuinya, namai dia Manusia. Dia bertugas merawat seisi Bumi.”

Mendengar nubuat Sang Wujud, Ava, bersama Lucy, untuk menyambut kedatangan Manusia, segera menyiapkan segalanya. Setelah waktu mengulum detik-detik, lalu memuntahkannya sebagai sejarah, tak ada yang menyadari, di sudut terjauh, Pohon Jiva—sang pemilik jiwa, memulai musim gugur. Kelopaknya yang dulu merekah, menguncup, seolah menolak tumbuh. Dari puncak pohon itu, lahirlah Matahari pertama yang mengisi kosongnya langit. Dia beredar mengitari Bumi, menerangi tanah, dan membuat makhluk yang sebelumnya terlelap, terjaga. 

Segera, Perempuan itu membuka matanya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Flash
7 Hari Berlalu
Yuanita Faridatun Ni'mah
Flash
Bronze
Mom's Precious Flower
Damia Nur Shafira
Novel
Kamu cuek, aku don't care!
Sonata Simatupang
Skrip Film
Senja di Teluk Bara (Script)
Nurbaya Pulhehe
Skrip Film
Setitik Nila
Boemi Prameswari
Cerpen
Samudra yang Bisu
E. N. Mahera
Novel
Sisters
Bramanditya
Novel
DENDAM (kau buat ibu kami menangis, kuhancurkan keluargamu)
Zainur Rifky
Novel
Untuk Kamu
Sucayono
Skrip Film
The Insurance
Bella Puteri Nurhidayati
Skrip Film
Berita Bercerita
Nurhafifah
Skrip Film
Hujan di Bulan September
Bayu Ilham Sula
Flash
Hitchhiking Diary
Luca Scofish
Flash
Bronze
Taman Sore
eko s
Rekomendasi
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Flash
Secangkir Teh
Rafael Yanuar
Cerpen
Gubuk Kecil di Kota Kuning
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Cerpen
Tujuh Belasan di Desa Dukun
Rafael Yanuar
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar
Flash
Kepada Mantan Kekasihku
Rafael Yanuar
Flash
Kekasih Hujan
Rafael Yanuar
Flash
Penulis Paling Berbakat di Dunia
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Cerpen
Kunang-Kunang di Jendela
Rafael Yanuar