Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Manusia Pertama
18
Suka
15,493
Dibaca

Alam semesta masih muda ketika Ava, penghuni Negeri Utara, terjaga dari tidur panjangnya. Dia bukan Sang Wujud, melainkan sosok pertama yang mendiami sudut terjauh Era—sebuah tempat yang dilindungi empat pohon Fhana. Selain Ava, hanya ada pohon-pohon dan rerumputan, juga serangga-serangga kecil transparan yang sayapnya memantulkan kilau pelangi dalam siraman cahaya. Ava hidup sebatang kara dan berbicara dengan bahasa sebelum waktu—bahasa sunyi. 

Pepohonan di Negeri Utara tumbuh begitu lambat—tak kunjung menua meski pada batangnya melingkar usia yang merangkum begitu banyak peristiwa. Di antara semuanya, tak ada yang lebih agung dan menakjubkan dari pepohonan Fhana—atau pohon-pohon lupa. Semua yang terlahir di dunia pernah melihatnya, kau juga. Namun, ketika kau menerima uluran tangan takdir, ingatan saat kau berada di Negeri Utara langsung terkikis, lalu menguap—dan lenyap. 

Pepohonan Fhana tumbuh di empat titik di Negeri Utara. Di sisi barat, tempat Ava menetap, ada Vena. Di sisi timur, Deva. Di utara, Jiva. Di selatan, Raga.

Daun-daun pohon Vena berwarna putih, nyaris transparan, dengan sisi-sisi kelopak berkilau keemasan. Saat malam menjelang, daun-daun yang gugur memantulkan jalinan cahaya yang terangnya melampaui siang hari. Sebelum menyentuh tanah, daun-daun itu lenyap, lalu menjadi bintang-bintang di langit. Pohon Vena menciptakan terang di Bumi sebelum matahari lahir.

Suatu malam, di puncak pohon Vena yang menjulang nyaris menyangga langit, terjagalah sosok Peri yang sayapnya menyebarkan serbuk bintang saat dikepakkan. Ava begitu takjub memandangnya. Makhluk itu sangat berbeda dengan segala yang dia tahu. Dia tak seperti tumbuhan yang terpaku di tanah, juga tak mirip dengan hewan-hewan yang dia temui di seantero negeri. Karena lahir dari cahaya, Ava menamainya Lucy. 

Sesaat setelah matanya terbuka, Lucy berkata, “Sebentar lagi, Ava, menurut nubuat Sang Wujud, akan terlahir ciptaannya yang lain. Kalau kau menemuinya, namai dia Manusia. Dia bertugas merawat seisi Bumi.”

Mendengar nubuat Sang Wujud, Ava, bersama Lucy, untuk menyambut kedatangan Manusia, segera menyiapkan segalanya. Setelah waktu mengulum detik-detik, lalu memuntahkannya sebagai sejarah, tak ada yang menyadari, di sudut terjauh, Pohon Jiva—sang pemilik jiwa, memulai musim gugur. Kelopaknya yang dulu merekah, menguncup, seolah menolak tumbuh. Dari puncak pohon itu, lahirlah Matahari pertama yang mengisi kosongnya langit. Dia beredar mengitari Bumi, menerangi tanah, dan membuat makhluk yang sebelumnya terlelap, terjaga. 

Segera, Perempuan itu membuka matanya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Novel
PELOV
Khairul insan.A
Novel
Bronze
Dosen Misterius Buronan Mahasiswa
Bond Monosta
Skrip Film
EXPIRED
Nadia Mu'abidah
Skrip Film
Skrip pertama dari hati untuk mimpi
UBI Master
Cerpen
Gadis dan Waktu
RinkoPan
Novel
Me & Dream
Linasariasniyanti
Novel
TERGANGGU
imajihari
Novel
Bronze
Dalam Kidung Zona Merah
ERZIN EL
Novel
Gold
KKPK Kembaran Mama
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Semangkuk Soto Dari Ibu Mertua
Ninik Irmawati
Novel
The Day We Find Love
L
Novel
Bronze
DRAMA QUEEN
Okhie vellino erianto
Skrip Film
Roti Lapis: The Story of Mbak-Mbak SCBD
layarkata
Skrip Film
Cinta Sampai Mati
Nakshatra B.
Rekomendasi
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Cerpen
Toko Buku Kecil di Kaki Bukit
Rafael Yanuar
Flash
Bronze
Gadis Kecil Berkaleng Kecil
Rafael Yanuar
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Flash
Dompet Natal
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Cerpen
Arwah Kunang-Kunang
Rafael Yanuar
Novel
Gerimis Daun-Daun
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Cerpen
Kunang-Kunang di Jendela
Rafael Yanuar