Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sumur di Depan Mata
8
Suka
6,854
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku benci membereskan ilalang yang menempel di celana setiap kali aku berjalan jauh kesini. Tak jarang aku pulang dengan luka gores di kaki. Sepanjang kakiku melangkah, ilalang-ilalang itu memeluk seakan rindu. Padahal seminggu sekali pasti aku akan datang berkunjung. Mendaki puncak untuk memandangi sumur tua yang dipenuhi lumut spanyol. Warna putih mereka melambai menambah keindahan pemandangan. Di depan sumur terletak kursi taman yang terbuat dari kayu. Disanalah aku duduk memandangi sungai itu. Jam tidak memiliki guna lagi ketika aku datang berkunjung.

Aku bisa berlama-lama tenggelam dalam pesona sumur tua di atas bukit. Sumur yang berisi semua kecuali rasa cukup. Aku tidak lagi memandangi taman bunga atau bermain layangan.

Aku hanya ingin duduk sendiri dan larut. Kadang hujan deras datang menyapa. Membuat gigiku mengadu satu sama lain. Tapi aku masih bertahan. Kadang terik panas matahari menyilaukan mata. Tapi aku tetap betah. Tidak ada alasan bagiku untuk pergi.

Diantara diamku sendiri, ada seorang laki-laki yang tiba-tiba datang menghampiri. Dia datang tanpa salam apalagi sekuntum bunga. Dia tidak pernah mengenalkan namanya. Dia duduk disampingku lalu langsung bertanya, "Kenapa kamu tidak lagi mengunjungi taman bunga? Mereka mati tidak disiram."

"Pada akhirnya mereka akan mati. Itu bukan kejutan."

"Banyak pemandangan selain sumur tua ini. Kamu tidak mau jalan-jalan?"

Dia berdiri dan berjalan percaya diri. Akhirnya aku mengikutinya dari belakang. Aku ingin mengusirnya darisini. Ini tempatku. Dia pikir dia siapa?

Dengan dipenuhi senyum, dia memperlihatkanku ayunan yang baru kusadari ada. Dia bilang dia sendiri yang merakitnya dari roda bekas. Dia bahkan menunjukkan jalan menuju sungai rahasia. Tempat yang bahkan tidak aku ketahui ada. Sungai itu bersinar layaknya mentari pagi. Teduh tidak menyilaukan. Melahirkan terang diantara gelapnya pepohonan yang mengitari. Dia menunjukkanku rumahnya. Sebuah gubuk di samping sungai, jauh dari sumurku. Dia memintaku untuk tinggal dan ku amini.

Kakiku tidak lagi terluka karena ilalang. Waktu kuhabiskan dengan menyirami mawar berbagai warna. Aku akan berlama-lama berenang di dalam sungai. Melihat tanganku yang bergerak di dalam air. Aku memasak hasil panen lalu makan berdua dengannya. Aku jadi banyak bicara dan dia banyak mendengar.

Sampai kemudian dia menghilang seperti embun pagi yang jatuh ke tanah. Lenyap seperti bumbungan asap pulang ke langit.

Aku berlari kesana kemari. Membongkar tanah dan menyelami sungai. Aku tebang semua bunga berharap dia bersembunyi diantara kelopak-kelopak yang rapuh.

Hanya ada satu tempat lagi. Aku berlari ke puncak bukit. Dengan telapak kaki yang berlumur darah. Tanganku gemetar membuka tirai lumut spanyol dan menemukannya dengan mata terpejam di dasar sumur tua.

Maka aku putuskan untuk masuk kesana. Kami akan membangun gubuk di dalam sumur tua dan hidup berdua selamanya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Aduh... suka
Rekomendasi dari Drama
Flash
Sumur di Depan Mata
Keisha G.
Novel
Ketika Kau Tak Bersama Siapapun
Ayeshalole
Novel
Bronze
Soledad
Anindya Oli
Novel
Pretty Thing
clearesta nathania
Novel
Popisdead
D. Hardi
Novel
Fight For Love
Anna Onymus
Novel
Agent of Change
Rina F Ryanie
Novel
Bronze
KARMA SAMSARA
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Sunshine (Ketulusan, Cinta & Pengorbanan)
Widhi ibrahim
Novel
Little Sun
Ei
Novel
Bronze
Rosemary's Life Story
Sofia Grace
Novel
After School
Nadya Wijanarko
Komik
Re-Fate
djun
Novel
BICARA DENGAN TUHAN
Febriana listiyanti utami
Novel
Malaikat Jatuh
Jesselyn Abdisaputera
Rekomendasi
Flash
Sumur di Depan Mata
Keisha G.