Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Awas Monyet, Nak!
10
Suka
6,726
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Awas monyet, Nak!”

Kalimat itu kembali meluncur dari bibir keriput lelaki tua yang selalu dipanggilnya “Bapak”. Gopar menoleh enggan dengan raut muka kusut. Pagi ini sudah tiga kali didengarnya ocehan itu. Tak sabar dia ingin masuk hutan, biar bebas telinganya dari kicau si lelaki tua.

Hastina, ibu tiri Gopar yang tak pernah akrab dengan putra sambungnya itu lantas keluar dari kamar, menatap setengah iba pada suami yang ia cintai sepenuh hati. Dia mendengus tatkala pandangannya beralih ke Gopar.

“Pergi lagi?” tanyanya ketus.

“Aku bekerja!” Gopar menjawab asal.

“Lalu kapan kau perbaiki pagar kebun kita sesuai amanat ayahmu?”

“Nanti!”

Gopar meraih ransel tuanya dan bergegas keluar, meninggalkan kedua orang tua tanpa salam. Hastina mendesah. Lelaki tua yang tadinya duduk dekat pintu akhirnya berdiri, berjalan tertatih menuju kebun di belakang rumah.

Hari itu Gopar menemani turis dalam hutan dan bertemu Tanduk, teman seprofesinya, sesama pemandu wisata.

“Belum kau perbaiki pagar kebun kalian?” tanya Tanduk saat mereka menunggui para turis memotret.

“Nanti saja. Jengah aku tiap hari mendengar nasihat berulangnya. Awas monyet, Nak! Awas monyet! Lah kerjaku tiap hari mempertontonkan monyet pada orang-orang!”

“Tapi pagar rusak rawan dimasuki kawanan monyet, Gop. Rusak nanti hasil bumi bapakmu yang sudah ditanamnya berbulan-bulan.”

Gopar terdiam membayangkan rumah lapuknya dan kebun di halaman belakang yang berbatasan langsung dengan hutan lindung. Dia ingin tak peduli namun sukar.

“Gopaaar! Gopaaaar! Bapakmu!”

Tetangga dari kampung nampak tergopoh menyusuri jalur dalam hutan, berlari menemui Gopar dengan panik mencekam. Dahi Gopar mengerut saat menyambutnya.

“Ada perkara apa, Pak Talim? Bapakku kenapa?”

“Kawanan monyet menyerbu masuk kebun kalian, Gopar! Bapakmu diserang para pejantan! Dia terluka parah!”

Gopar mendelik lalu kalang kabut pulang ke rumah, meninggalkan turisnya yang bingung menganga. Bayangan monyet jantan yang menyeringai dengan taringnya terus muncul di kepala. Bapaknya terlalu tua untuk melawan satwa liar itu. Dicakar saja pasti langsung tak berdaya.

Sesampainya di rumah, si lelaki tua sudah terbaring bersimbah darah pada lantai tanah. Hastina terduduk lemas di sisinya, meraung dengan bulir air mata. Gopar mendadak sesak. Seribu penyesalan menyeruak. Andai ia segera menunaikan permintaan ayahnya… Andai ia tak menulikan telinganya… Andai hatinya masih mampu menyerap nasihat sang lelaki tua…

Tungkai Gopar gemetar dan lemah. Dia bahkan tak sanggup mengurai air mata. Hastina menoleh perlahan pada anak sambungnya yang ia benci separuh jiwa. Tatapnya penuh dengan kemarahan.

“Terkutuk kau, Gopar!” 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Jatuh Dari Langit
Joannes Rhino
Novel
Bronze
Berjuanglah!
Anisa Rahmi Gina
Novel
TAK SELAMANYA SURGA DI KAKI IBU
mahes.varaa
Flash
Awas Monyet, Nak!
Dania Oryzana
Cerpen
Bronze
Pahatan Hati
Vitri Dwi Mantik
Novel
Melukis Malam
Adira Putri Aliffa
Novel
A Hourglass Story
Wuri
Novel
Januari
Melissa Octavia
Novel
Gold
Raksasa Kesepian
Mizan Publishing
Flash
Bronze
Bagaimanapun juga, ini adalah kampung halamanku. . .
Hafid Iqbal Maulana
Cerpen
Tekanan
M. Ferdiansyah
Cerpen
Bronze
ANAK
Iman Siputra
Novel
Gold
Gadis Jeruk
Mizan Publishing
Novel
Akresi
Kinalsa
Flash
Akhir Kehidupan
Wilis Juharini
Rekomendasi
Flash
Awas Monyet, Nak!
Dania Oryzana
Novel
Bank(rut) Syariah
Dania Oryzana
Flash
Bunda Terbang
Dania Oryzana
Flash
Pondok Bulan
Dania Oryzana
Novel
Sweet Dream, Emily
Dania Oryzana