Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Hujan Pertama
1
Suka
5,986
Dibaca

Hujan turun tepat ketika aku hendak turun dari kendaraan ojek daring. Tanpa pikir panjang, kuminta pengemudi untuk menurunkanku di depan halte.

Sayang sekali, padahal tadi ketika aku berangkat matahari bersinar terik. Sekarang, awan kelabu telah menyelimuti langit, meredam keceriaan matahari dan mewujudkan hujan yang semakin deras. Angin pun berhembus pelan meniupkan udara dingin khas Kota Bandung.

Entah berkat doa siapa sehingga hujan ini turun. Bagiku, hujan hanya hujan. Semua yang disentuhnya menjadi basah: daun, jalanan, atap halte. Ah, dan sepatuku juga sedikit basah! Aku tak benci hujan, hanya kadang-kadang ia merepotkan. Terutama ketika ia menghambat orang untuk berpergian dan janji tepaksa batal karenanya.

Tapi hei, toh dia yang sudah berjanji akan menemaniku hari ini pasti akan datang. Dan mungkin, hujan kali ini akan meninggalkan kesan indah. Dadaku mendadak hangat dan senyum terukir di wajahku karena memikirkannya.

Kubuka ponsel. Memang tidak ada pesan baru, aku hanya ingin membaca kembali pesan darinya.

"Hei, selamat pagi! Ini aku berangkat ya. Mungkin nanti sampai kampus sekitar jam 8.30," pesannya.

"Aku udah masuk Bandung nih," lanjutnya 20 menit yang lalu.

Pertemuan ini mungkin persoalan paling rumit. Tidak serumit persoalan Fisika yang pernah dia tekuni, tapi kami harus menimbang banyak hal sebelum sampai pada keputusan ini. Salah satu alasannya karena dia tinggal di luar kota. Namun akhirnya, dia dapat mengarang alasan untuk pergi ke Bandung hari ini.

Angin berhembus membuatku bergidik kedinginan. Kulihat jalanan basah dan langit masih kelabu. Perasaanku mengatakan hujan akan terus turun. Tapi tak apa, hujan kali ini akan berbeda. Aku akan bertemu lelaki itu. Lelaki yang menemani hari-hariku dengan surat, pesan, dan suaranya, tapi belum pernah dengan kehadirannya..

Bulir hujan jatuh dari atap halte, menyentuh jemariku. Rasanya sejuk, bukan dingin. Entah, mungkin rasa dinginnya berkurang karena kehangatan di dada. Tak ada salahnya kan, jika aku membayangkan lelaki itu. Aku sudah hafal wajahnya walaupun hanya dari foto profil. Senyum manis, hidung mancung, alis tebal, dan rambut hitam lurus menutupi sebagian dahinya. Aku tak bisa menahan senyum ketika memikirkannya.

"Aku udah sampai nih, baru parkir. Kamu di mana?" dia mengirim pesan

"Aku di halte depan parkir sipil. Gak bawa payung."

"Ohh, tunggu ya. Aku meluncur ke sana."

Samar-samar kulihat dia berjalan di bawah payung merah, melangkah santai di antara rintik hujan. Lelaki itu mengenakan kemeja denim kancing terbuka dengan kaos putih dan sepatu sneakers. Wajahnya cerah di tengah suasana hujan yang sendu. Pandangan kami bertemu. Dia tersenyum. Tepat detik ini, kutandai sebagai momen pertemuan pertama kami.

"Nanas," suaranya terdengar di antara riak hujan.

Suara yang biasa kudengar lewat telepon, sekarang terdengar nyata. Wajah yang selama ini hanya tergambar dalam bayanganku, sekarang nyata di hadapanku. Benar seperti perkiraanku, dirinya tepat sejengkal lebih tinggi dariku. Senyumku tak henti saat menatapnya.

Namun, seketika, segores luka terasa di hati saat kulihat cincin perak di jari manis kanannya. Cincin yang mengungkapan bahwa hatinya sudah ada yang memiliki. Sayang, pemiliknya bukan aku.

Jadi, akankah hujan ini membawa kesan indah?

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Hujan Pertama
Cheri Nanas
Komik
Suddenly, Became a Female Lead In My Novel
Nur Alfi Wardani
Skrip Film
Me, You, and Him
Asti Pravitasari
Flash
Cinta Karena Terbiasa
Ismi Chairani
Skrip Film
HAPPY
Chandra Tejo
Cerpen
Bronze
Hujan di Kota Pelangi
Muhammad Ahnaf Putranto
Novel
Bronze
Karle Minerva
Gilang Riyadi
Novel
Bronze
Harapan di Ujung Doa
Jihan Dyah
Novel
Jingga
Lailatul Khomsiyah
Skrip Film
Ainara
Grace Kosuga
Skrip Film
Mentari untuk Elang
Widayanti
Novel
AUTHOR
Theresia Yola Prameswari
Novel
Miris
Asmawati
Novel
Absurd
Fani Fujisaki
Novel
BERLIAN YANG TAK PERNAH KEMBALI
Iena_Mansur
Rekomendasi
Flash
Hujan Pertama
Cheri Nanas
Flash
Percakapan di Atas Gedung
Cheri Nanas
Flash
Awan
Cheri Nanas
Flash
Jantungku Berdebar
Cheri Nanas
Flash
Ketika Gerimis Bermula
Cheri Nanas
Flash
Arti Hujan
Cheri Nanas
Flash
Potret
Cheri Nanas
Flash
Tangent
Cheri Nanas
Flash
Anonim di Argo Parahyangan
Cheri Nanas
Flash
Rahasia Kucing
Cheri Nanas
Flash
Runway Lights
Cheri Nanas
Flash
Ruang Tersembunyi dalam Hati
Cheri Nanas