Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Si Gadis Berkucir Satu
1
Suka
2,124
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Dia Hesti namanya. Si Gadis Berkucir Satu yang ketika diam terlihat judes tapi ketika diajak bicara, kata “judes” menjadi tidak beraturan lagi susunan huruf-hurufnya, mengacaukan makna.

Tubuh si Gadis Berkucir Satu berisi, tapi tidak gemuk; dahinya lebar, menandakan ia tidak bodoh; tinggi badannya proporsional dengan berat tubuhnya; berkulit kuning langsat dengan bulu-bulu halus rata menjalari kulit tubuhnya.

Rambutnya hitam pekat terkucir begitu saja, tidak dihias dengan bando maupun karet kucir berwarna-warni. Rambut halusnya menjuntai serupa cambang lelaki di film-film silat Mandarin jadul.

Hesti berwajah bulat dengan garis hidung menjulang mengantarai dua kelopak matanya yang berbulu lentik dengan dua alis hitamnya bak pelangi cantik melengkung hampir bersambung. Dua tulang pipi simetris menyangga lesung pipitnya untuk terlihat kala si Gadis Berkucir Satu ini tersenyum.

Ah! Kata “judes” semakin nihil makna jika sudah begini.

Belum lagi jika suaranya terdengar keluar dari rongga mulut yang berhiaskan “dua cecak berkulit lembut” berwarna merah muda dan selalu basah. Ini “dua cecak” yang sering “mandi” dengan liur beraroma khas si Gadis Berkucir Satu. Tak guna lipstik untuk bibir “cecak berkulit lembut” merah muda yang selalu basah itu.

Uughh! Jika sudah begini, kata “judes” menjadi hilang makna bahkan pergi terusir dari isi memori kepala.

Benar saja! Dari kejauhan aku melihat seorang lelaki muda tampan sudah berdiri tepat di samping Hesti yang duduk di bangku Foodcourt sebuah mal. Hesti menungguku yang membawakan pesanan makanan. Semasih langkah-langkahku berjalan menuju tempat Hesti terduduk, mimik wajahku sudah kupersiapkan untuk melihat apa reaksi lelaki tampan yang sedang kehilangan kosakata “judes” di memori kepalanya, dan berani menghampiri Hesti untuk mengajaknya berkenalan.

Semakin dekat langkahku menghampiri mereka berdua. Terlihat wajah judes Hesti memandangi wajah lelaki tampan yang menaburkan pesona senyumnya kepada Hesti. Dia tak memedulikan lagi wajah judes Hesti sebab kosakata “judes” itu sudah diusir dari memori kepalanya.

“Hai, boleh kenalan enggak? Aku Rikad.” Tangan si lelaki tampan dianjurkan teriring senyum di hadapan Hesti.

Level judes wajah Hesti kian bertambah dengan terus memandangi wajah lelaki tampan si Penebar Senyum itu.

“Kamu punya nama, kan ..., boleh dong aku tahu nama kamu?” Intonasi kata lelaki tampan dibuat selembut mungkin terdengar untuk melunakkan hati Hesti agar mau bersalaman, berkenalan, dan memberitahukan nama.

Hesti tetap lekat wajah judesnya memandangi lelaki itu sementara aku sudah berada kurang dari dua meter di belakang bangku Hesti terduduk.

“Ng nga ... ho henga,” suara Hesti pun akhirnya terdengar oleh telinga lelaki si Penebar Senyum; tanpa uluran tangan, tanpa mimik wajah berubah: tetap judes!

“Hah!” Refleks mulut lelaki itu menganga teperangah sesaat setelah mendengar Hesti bersuara. Matanya beberapa saat membelalak kaget, dan jelas semua ekspresi itu aku lihat dengan mataku. Cepat sekali dia menarik tangannya kembali dan berbalik badan lalu melangkah semakin cepat untuk kembali ke tempat duduknya semula; juga kembali memasukkan kosakata “judes” ke dalam memori kepalanya–barangkali–dan (entah kosakata apa lagi yang dia dapat setelah mencoba berkenalan dengan Hesti dan GAGAL!) bergumam, “Heehh ….”

Mimik wajahku? Ceria! ^_^ Tersenyum geli lantaran melihat kejadian itu. Aku pun kembali melangkah mendekati Hesti si Gadis Berkucir Satu.

Begitu menyadari aku datang dengan membawa pesanan makanan di tangan dan duduk di hadapannya, Hesti pun berubah wajah judesnya berganti senyum manis menghias dengan dua lesung pipit di dua sisi bibir “cecak berkulit lembut”-nya yang selalu terlihat basah.

Hanya aku …, hanya aku yang tak memiliki kosakata “judes” di dalam memori otakku saat diberi anugerah dapat melihat wajah Hesti yang tersenyum itu. Hanya aku! (©)

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Manis. 🤗
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bukan Salah Ibu
Hardy Zhu
Flash
Si Gadis Berkucir Satu
Andriyana
Novel
RUANG HAMPA
Fadly Achmad
Komik
Happiness
kk dl
Flash
Image dan Gengsi
Impy Island
Flash
Bronze
Tengah Malam Terakhir (Membicarakan Adam Series Part 19)
Silvarani
Novel
Sincerity
Sindiaasari
Novel
Bronze
Something with you
nazar aulia hidayah
Novel
Bronze
Alunan Langkah
Wida Ningsih
Novel
MALKA
Efyna
Novel
Bumi Para Pembelit
Noor Cholis Hakim
Novel
DENDAM (kau buat ibu kami menangis, kuhancurkan keluargamu)
Zainur Rifky
Novel
Keep Your Lamp Burning
Jeamers
Novel
Don't Judge A Book By It's Cover
Cloverbean
Novel
Sunshine (Ketulusan, Cinta & Pengorbanan)
Widhi ibrahim
Rekomendasi
Flash
Si Gadis Berkucir Satu
Andriyana
Flash
"Jadi" Hamil, Enggak?
Andriyana
Flash
Bronze
Monyet Bersayap Kupu-kupu
Andriyana
Flash
Sosok Bapak
Andriyana
Cerpen
Bronze
D 1 AM
Andriyana
Novel
Bronze
Komidi Putar Witarsih
Andriyana
Cerpen
Bronze
Becak Generasi Ketiga Belas
Andriyana
Flash
Kedinginan
Andriyana
Cerpen
Ini tentang Cinta; Mati
Andriyana
Cerpen
Si Kancil Dikeloni Kunti
Andriyana
Flash
Sang Pemanggil
Andriyana
Cerpen
Bronze
Dua Kisah dalam Satu Taring
Andriyana
Flash
Microwife
Andriyana
Novel
Bronze
Sekisah tentang Mualim dengan Fatimah
Andriyana
Cerpen
Bronze
Kata Hidup di Antara Kita pada Pentas Malam
Andriyana