Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Sedihnya Bahagia
1
Suka
2,742
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

‘Terbebani gak sih, dengan hidup?’ A bertanya kepada B.

‘Aku gak ngerti.’ B menjawab.

‘Maksudku, hidup menaruh beban yang berat di pundakku. Kamu?’

‘Hidup pernah berbuat begitu tapi terkadang beratnya berkurang.’

‘Ya, berkurang, tapi tak pernah benar-benar hilang.’

‘Pernah hilang tapi selalu diganti yang baru.’

‘Ya, itu maksudku, tak pernah benar-benar hilang.’

B dan A terdiam sebentar, lalu B,

‘Aku takut sedih sebesar aku takut bahagia.’

‘Sepakat, aku juga sepertimu. Kesedihan datang, aku takut, lalu diganti kebahagiaan aku takut, lalu kembali sedih lalu bahagia lalu sedih lalu bahagia, sedih, bahagia, sedih, bahagia, terus saja seperti itu, berputar-putar, putar-putar, putar, putar…’

‘Ya, kesedihan bagiku sama dengan kebahagiaan.’

‘Itu solusimu?’

‘Iya. Aku menganggap sama perasaan itu, sedih sama dengan bahagia, jadi tak pernah benar-benar bahagia.’

‘Tak pernah benar-benar sedih?’

‘Gak juga…’

‘Jadi kamu benar-benar sedih, tapi tak pernah benar-benar bahagia?’

‘Yahh… kan sudah kubilang, sedih sama dengan bahagia.’

‘Kalau dipikir-pikir kita sama.’

B dan A kembali terdiam, lalu B,

‘Saat bahagia datang aku sedih, karena sedih akan datang berikutnya, saat sedih datang aku sedih, karena bahagia akan datang diikuti sedihnya. Kita kurasa sama.’

‘Ternyata kita memang sama. Aku pun begitu.’

A merangkul B, lalu A,

‘Sekarang apa yang kaurasa?’

‘Takut.’

‘Kenapa?’

‘Karena aku sekarang bahagia.’

‘Kita memang sama.’

‘Aku ingin lari saja, lari dari bahagia dan sedihnya.’

‘Aku pun ingin pergi. Pergi melupakan bahagia dan sedihnya.’

‘Kita kurasa sama.’

‘Aku pun merasa begitu.’

‘Mungkin kita bisa pergi?’

‘Ya, tapi sebentar lagi saja, aku ingin diam saja di sini, sebentar saja, diam merangkulmu yang merangkulku yang tak benar-benar bahagia agar sedih yang akan datang berkurang.’

‘Kita memang sama. Aku yang tak benar-benar bahagia merangkulmu agar sedih yang akan datang juga berkurang, juga ingin diam sebentar lagi saja sebelum pergi.’

A menatap B, semakin merangkulnya, lalu A,

‘Sadarkah kau di sini hanya ada kita dan langit penuh bintang?’

‘Tentu. Sadarkah kau kita harus berciuman?’

A dan B berciuman, lalu berbaring di atas rumput, A dan B saling menggenggam tangan, memandang bintang sejuta yang iri, lalu A,

‘Aku tak benar-benar bahagia.’

‘Aku pun tak benar-benar bahagia.’

A dan B kembali berciuman, lama, sebelum kembali menatap bintang, lalu tangan mereka menyatu, erat, lalu mereka diam, hening, hanya memandangi bintang sejuta yang iri.

Untuk : kamu, yang pasti tahu siapa dirimu.

Bandung, 27 Agustus 2003

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Sedihnya Bahagia
Aneidda
Novel
Bronze
Siluet Cinta Di Ujung Senja
Istiana Nur Utami
Novel
Bronze
My Mentari
Putri Wahidatussyafa'ah
Novel
Gold
I AM IN DANGER
Mizan Publishing
Novel
Gold
Habibie Ya Nour El Ain
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Cinta di Negeri Putih
ANDI RIRIN NOVIARTI
Novel
Bronze
Lintang Waktu
Inya Sidhyadahayu
Novel
Gold
Mantan
Bentang Pustaka
Cerpen
Belajar masak yukz, Sayang
Irvinia Margaretha Nauli
Novel
Ruang Memori
Ejas Intan
Flash
Surat Untuk Tuan Mura
Dhea FB
Novel
Bronze
Sang Putri dan Pangeran Pujangga
Ayu Anggun
Novel
Di Balik Tirai
Athiyah Nazifah
Novel
Gadis Pesantren
Fitria Sawardi
Novel
Sekat(a)Rasa untuk Lyora
Eva Cristyani Tarigan
Rekomendasi
Flash
Sedihnya Bahagia
Aneidda
Cerpen
Bronze
Perjanjian Bersama Sehari Malam
Aneidda
Flash
Ledakan
Aneidda
Cerpen
Bronze
Pelangi Satu Menit
Aneidda
Cerpen
Titik dan Koma
Aneidda
Cerpen
Jatuh
Aneidda
Cerpen
Bronze
Malam-Malam Wadam
Aneidda
Flash
Kerinduan
Aneidda
Cerpen
Jakarta, Baru-Baru Ini
Aneidda
Flash
Cafe
Aneidda
Flash
Asap Rokok, Kopi dan Pisang Goreng
Aneidda
Flash
Coklat yang Meleleh
Aneidda
Cerpen
Bronze
Cinta Pertama dan Terakhir
Aneidda
Flash
Retori Ironi Cinta
Aneidda
Flash
Mengapa Aku Sering Tak Di Sini
Aneidda