Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Rumah Tanpa Suami
13
Suka
8,132
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Memasuki rumah tinggalnya selalu membuat Kun merasa terjebak dalam dunia perempuan. Rumah itu adalah satu-satunya yang tersisa sebagai peninggalan orang tuanya untuk Kun dan saudara-saudaranya. Sebenarnya, rumah itu sudah diatasnamakan dirinya. Kakak-kakaknya sudah mendapat jatah warisan masing-masing, tetapi entah ke mana perginya bagian mereka itu. Kini, mereka hanya menumpang hidup di rumah yang sudah menjadi milik Kun. Namun, tak elok rasanya mengatakan saudara kandung menumpang di rumah yang sebenarnya adalah milik orang tua mereka. Terlebih dengan status yang dimiliki kakak-kakak perempuannya sekarang.

“Ada kabar yang mengatakan bahwa kau mendapat beasiswa S2 ke luar negeri. Mengapa tak mengatakan apa-apa pada kami?”

Kun menghabiskan setengah air yang tersisa di gelas ketika kakak perempuan pertamanya mengawali pembicaraan yang akan membuat Kun kewalahan menjawab. Sudah pasti, ketika kakak perempuannya yang lain mendengar perihal beasiswa itu juga, mereka akan segera mengerubungi Kun dan menjejalinya dengan banyak pertanyaan yang memusingkan.

“Beasiswa?” Kakak perempuan kedua datang. “Ke negara mana? Kau terima sajalah, Kun!”

Kun bergegas menarik kursi dari bawah meja, lalu duduk sambil menutup kedua telinga setelah kakak perempuan ketiga dan keempat datang. Keempat kakak perempuannya sungguh berisik menyampaikan pendapat masing-masing yang justru tidak bisa didengarnya dengan baik. Semacam percakapan pedagang dan pembeli di pasar tradisional. Kun sungguh ingin pergi, tetapi mereka menguasai empat arah dan menjebak Kun di dalam badai kata-kata.

Hening. Setelah satu jam berlalu, mereka diam dengan sendirinya. Mengatur pernapasan masing-masing.

“Kalian sudah puas?” Kun beranjak dari kursi lalu pergi.

Sepanjang perjalanan menuju arah yang tak dimengerti bahkan olehnya sendiri, Kun hanya menikmati isi kepalanya yang bergerak liar menyibak keramaian kota. Menelusuri trotoar, menyeberangi zebra cross, dan menelusuri jalanan pasar malam. Jujur saja, ia merindukan keramaian di rumahnya—ketika keempat kakak iparnya masih genap. Setiap hari, rumah tinggalnya terasa seperti aula pertunjukan. Mereka orang-orang baik yang menyenangkan, yang memiliki banyak cara untuk membuat orang lain tertawa. Karena itulah, ia tidak pernah bisa menerima alasan mereka untuk tak kembali.

Rasanya, sebuah telepon yang datang ke rumahnya suatu pagi dan memberi kabar bahwa pesawat yang membawa keempat kakak iparnya ke luar negeri untuk memenuhi undangan pertunjukan sirkus jatuh ke samudra lalu lebur, tidak cukup meyakinkan Kun. Ia butuh alasan lain yang lebih bisa diterimanya. Keempat kakak iparnya suka melawak, barangkali ketidak pulangan mereka hanyalah lelucon.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Gitar Renno
Dadar Fitrianj
Novel
TRAUMA
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Flash
Rumah Tanpa Suami
Sika Indry
Novel
Bronze
If I Talk To God
Red Maira
Novel
Destroyed
Nia Ramadani
Skrip Film
Perawan Tua
Kinanti Atmarandy
Cerpen
Ibu, Mana Bapak?
Zii
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Novel
Finally is You
Penyukalangit_
Novel
Bronze
Bukan Cinta Picisan
Nur'afifah Hasbi Nasution
Skrip Film
Titik-titik
Muhammad Alfi Rahman
Novel
Surat dari Langit
Rahma Yulia Putri
Novel
Bronze
Manzilah Cinta
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Bronze
Conflate
Clarecia Nathaniel
Novel
Bronze
I Love My Army Wife 3
Author WN
Rekomendasi
Flash
Rumah Tanpa Suami
Sika Indry
Novel
Jejak Umbu di Tanah Bertuah
Sika Indry
Novel
YAPPA MARADDA
Sika Indry
Flash
Selisih
Sika Indry
Flash
Gerbong Kereta No 3
Sika Indry
Skrip Film
Anak Ibu
Sika Indry