Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Banjir yang Tidak Jadi Datang
15
Suka
5,829
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Langit mendung berganti mengeluarkan isi, mengguyur Kota Jakarta, membasahi jalan demi jalan, tak terkecuali tanah berpijak, tempat rumahku dekat jalur rel kereta api, dan selokan air kotor. Aku berharap awan tak berlarut-larut bersedih di atas sana, bila mana tempatku terpenuhi banjir seperti kemarin, aku harus membereskan barang-barang 'penting' ke tempat lebih tinggi, seperti penanak nasi, lauk-pauk buatan emak, buku-buku, pakaian belum dicuci, pakaian kering belum dilipat, peralatan tulis, maupun peralatan masak Emak, dan hal itu cukup melelahkanku.

Terdengar suara bising dari klakson kereta yang melintas membelah malam di antara lebatnya hujan dan tempat berbatu, nyala televisi sudah Emakku matikan dari tiga puluh menit lalu, setelah mendengar adanya hujan disertai petir berkabut. Mataku bergulir melirik Emak, yang kini berganti aktivitas sedang mengelap lantai menggunakan pakaian yang dahulunya sering kukenakan, sayang sekali, aku tidak bisa lagi menggunakannya setelah lubang-lubang besar bermunculan.

Aku menarik napas, berjalan menuju kamar mandi mencuci piring kotor. Ketika hujan datang ke tempatku, aku tidak bisa bersantai-santai seperti anak seusiaku, seandainya bisa, aku ingin sekali seperti Andi temanku, ia bercerita bahwa setiap kali hujan turun, ia akan memakan mi goreng bersama telur setengah matang meniru film luar negeri laku di pasaran disertai es teh penyejuk, membayangkannya saja perutku sudah keroncongan, atau seperti Jaka, yang katanya Bapaknya pasti membeli sekantung bakso atau soto di pinggir stasiun, aku tidak bisa berlaku demikian, rumahku diharuskan kupersiapkan dahulu demi meminimalisir kerugian barangkali banjir sungguhan datang, aku tidak mau lagi merepotkan Emak, seperti waktu itu, kehilangan peralatan tulis dan dimarahi, atau parahnya PR-ku basah terendam banjir karena kelalaianku menaruh di tempat sembarangan.

"Arya, dilanjukan nanti dulu, Nak, Bapakmu bawa gorengan dan ubi kesukaanmu!"

"Ya, Mak!"

Aku berlari cepat menyusul Bapak dan Emak. Melahab ubi rebus yang sudah dikupaskan Emak untukku, mengunyah sembari mendengarkan Bapak bercerita pengalamannya akan berjualan bingkai foto di pasar. Meski aroma tidak sedap menguar dari selokan, memenuhi indra penciuman, aku, Emak dan Bapak sudah terbiasa, sama sekali tidak mempermasalahkan dan tetap melanjutkan menghabiskan gorengan dan ubi yang dibawa Bapak. Aku tersenyum bersyukur melihat langit tidak lagi mengeluarkan isinya, banjir yang tak kuharapkan datang, memang tidak benar datang, barangkali Tuhan mendengar doaku. Seberkas cahaya bulan bersinar pudar memantulkan terang, walau, tidak seterik matahari, namun, cukup memberi penerangan indah mengganti awan mendung di Kota Jakarta.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
A++
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Laksana Angkasa
Syafi'ul Mubarok
Novel
Kita & Saling Part 1
Aneke Putri
Flash
Banjir yang Tidak Jadi Datang
Art Fadilah
Novel
Bronze
Iddah : Masa Menunggu Sebelum Cinta Datang
ahmad dicka hudzaifi
Novel
Bronze
Meninggal Usai Talak
Jasmine23Pramestia
Novel
Coronavirus Love Story in 'Desa Lele'
Gloria Morgen
Novel
Bronze
Perempuan Gagal
Anifa Hambali
Flash
Untuk Mu yang Ku Rindu
Anisah Ani06
Flash
Lelaki bisu
Neng Darma
Cerpen
Gairah Kopi Pak Bos
Herbayu
Novel
Anak rantau diujung Bagan
Suyanti
Flash
Keluhan Sena
Nisa
Novel
Anterograde
Reynaldhi Galih
Novel
Gold
I Love Ice Skating
Mizan Publishing
Flash
Mati Lebih Baik
Fajar R
Rekomendasi
Flash
Banjir yang Tidak Jadi Datang
Art Fadilah
Novel
Darkpunzel
Art Fadilah
Cerpen
Mereka Menyebutnya Pemeran Antagonis
Art Fadilah
Flash
Monster1024
Art Fadilah
Flash
Atensi
Art Fadilah
Novel
Peti Uang
Art Fadilah
Flash
ToxiC
Art Fadilah
Flash
KoiN 2
Art Fadilah
Flash
KoiN
Art Fadilah
Flash
Empati Sederhana
Art Fadilah
Cerpen
Naive
Art Fadilah
Flash
MAMA
Art Fadilah
Flash
Kedamaian di Dalam Air
Art Fadilah
Flash
Mereka Menyebutnya Pemeran Antagonis
Art Fadilah
Flash
Hujan dan Bunga
Art Fadilah