Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Little Boy #01
5
Suka
5,804
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Dahulu kala disebuah gubuk menetaplah seorang ibu bersama putra semata wayangnya. Ayah ntah kemana. Pergi atau sudah mati mereka tak tau pasti. Ibu sudah menjadi kepala keluarga sejak lama.

Sebagai wakil kepala keluarga, sang putra haruslah kuat. Fisik maupun hati. Ibu sayang dengan putra semata wayangnya. Pagi, siang, sore, petang, hingga malam, Ibu selalu menjaga sang putra setiap detiknya.

“Anakku, jadilah kamu laki laki yang kuat!”

Sang putra mengangguk pertanda paham. Ibu adalah harta karun satu satunya. Tak ada yang lebih penting dari pada ucapannya.

***

Sang putra jatuh tertimpa dahan pohon.

“Bangun!kata ibu.”

Dengan susah payah tubuh ringkihnya bangun mengangkat dahan pohon. Meninggalkan bekas luka lebam dibahu kirinya.

***

Hari yang sial ketika sang putra terperosok ke dalam jurang.

“Tak usah menangis, cepat bangun dan merangkaklah keatas!”

Tak ada alasan untuk berkata tidak.

***

Sang putra hampir menangis ketakutan karena anjing liar menghadang jalannya.

“Kau menangis? Cepat lawan, tunjukan kemampuanmu!”

Air mata adalah hal yang memalukan.

Bangun bangun dan bangun.

Manusia kuat hidup tanpa air mata. Begitu prinsipnya.

“Iya ibu.”

Apa ada kalimat lain yang bisa diucapkan sang putra?

Ibu adalah segalanya. Setiap jam, menit, bahkan detik. Bersama.

20 tahun berlalu. Putra kecil ibu sudah menjadi lelaki sebenarnya. Tubuh kecil ringkih berubah menjadi badan besar berisi. Bahunya bidang. Otot ditangan dan kakinya begitu jelas dan kekar.

Tubuhnya yang dulu pemdek terus tumbuh hingga melebihi tinggi ibunya.

Sedangkan ibu. Semakin tua tubuhnya semakin lemah. Sakit sakitan. Cekungan dipipinya semakin dalam. Kulit pucat dan semakin menyusut membuat urat uratya semakin terlihat. Rambut panjang hitamnya berubah menjadi putih dan terus berkurang jumlahnya.

Hingga akhirnya Ibu tiada. Meninggalkan putra tercintanya. Setidaknya dia pergi dengan hati yang lega karena putra kecilnya tumbuh kuat seperti keinginannya.

Lalu…

Bagaimana sang putra?

” ibu.. Kau pergi? Ada yang aneh. Ada sesuatu yang hilang. Makanan ku hambar. Tak berselera apapun walaupun hanya minum

Hampa

Aku tidak bisa tertawa. Hatiku tak merasakan apa apa. Bahkan aku tak menangis ketika kau pergi. Ibu, aku ingin duduk disampinng kuburmu. Tapi… Bagaimana caranya? Katamu aku harus tetap berdiri. Lihat aku sudah menjadi laki laki kuat. Apa ku bangga padaku?”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Little Boy #01
Tanti Ardiana
Novel
Cinta Seorang Politisi pada Pelacurnya
Aji Najiullah Thaib
Novel
Pacar Sewaan
Daca Dacita
Novel
A Good Father
Lilian
Novel
Bronze
Mengunjungi Heri
Heri Winarko
Novel
Risya & Reino
Aishimazaki
Novel
Bronze
Portrait of Yesterday
Febriyanti Putri Ruspandi
Cerpen
Bronze
Konsultan Skripsi
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
62'S Ways
Lita Lestianti
Flash
Gelap
Fajar R
Novel
Gold
Holiday in Japan
Mizan Publishing
Flash
Tegar!!
pelantunkata
Cerpen
Bronze
JILBAB
Iman Siputra
Novel
Lo Siento, Te Amo
silvha darmayani
Novel
Gold
PBC Holidays
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
Little Boy #01
Tanti Ardiana
Flash
Terlanjur #02
Tanti Ardiana