Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sebelum Daun Gugur
5
Suka
5,537
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Sebentar lagi aku mati,” katanya dengan serius.

“Darimana kau tahu?”

“Kakiku mulai mati rasa.”

Aku terdiam sejenak, tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Kupikir dia sudah tidak waras.

“Kau ingat si Baron?”

“Temanmu yang di selatan?” tanyaku.

“Ya. Dia mati tiga hari yang lalu. Tidak ada yang tersisa di selatan, semuanya mati.”

Lagi-lagi aku tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Yang jelas, aku sangat terkejut. Kalau yang dikatakannya benar, maka kabar mengenai wabah yang menyerang daerah selatan bukan lagi gosip belaka.

“Aku juga mendengar suara dengungan,” ucapnya lagi.

“Dengungan?”

“Ya… seperti… nngggg… seperti itu.”

Seperti percakapan kami yang sudah-sudah, aku kembali tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Sedikitpun aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

“Kau sungguh akan mati?” Kali ini aku bertanya dengan penuh rasa empati.

“Ya,” katanya.

“Berapa lama lagi?”

“Mungkin lima menit, badanku sudah sangat lemas.”

“Aku turut berduka.”

“Terima kasih, tapi aku belum mati.”

Aduh-aduh, batinku. Aku tidak paham sebenarnya dia jadi mati atau tidak.

“Boleh aku minta tolong?” Tahu-tahu dia kembali bicara.

“Apa?”

“Kalau aku mati bisakah kau merawat Joni?”

“Burung peliharaanmu?”

“Ya,” katanya, “Joni tidak punya siapa-siapa. Kalau aku mati biarkan dia tinggal di tempatmu.”

Aku tidak membalas, tapi menyetujui permintaan terakhirnya. Setelah itu kami terdiam untuk beberapa saat. Dari kejauhan terdengar suara gemuruh yang lama-kelamaan semakin keras. Bertepatan dengan itu, tubuh sahabatku akhirnya tumbang.

Sepuluh menit berselang aku mulai mendengar suara dengungan. Kini giliran kakiku yang mati rasa. Aku melirik ke bawah, dan kulihat beberapa malaikat maut sedang mondar-mandir dengan gergaji mesin ditangannya. Ah, benar kata mereka, tidak ada yang bisa kulakukan kalau wabah sudah menyerang. Dengan sisa tenaga kubilang pada Joni kalau dia sebaiknya mencari pohon lain untuk ditinggali.

“Maaf aku tidak bisa menepati janji.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
sad ending :(
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Pada Sebuah Foto
Diani Anggarawati
Novel
Gold
The Dearest
Mizan Publishing
Flash
Sebelum Daun Gugur
Panca Lotus
Flash
Bronze
Perempuan yang patah hatinya
Indah Budiarti
Flash
Bronze
Kapan Nikah?
Reyan Bewinda
Cerpen
Seperti Seekor Kupu-kupu yang Hinggap Sebentar di Setangkai Bunga Kemboja Lalu Pergi dan Tak Pernah Kembali
Muhammad Adli Zulkifli
Flash
Bronze
Wanita Terhormat Vs Perempuan Jalang
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
Half of Lemon
Sinta Yudisia
Novel
Senandung Angin
rudy
Novel
Bronze
Rumah
(Nur) Rohayati
Novel
Bronze
1 Hati 2 Raga
Nur Fitriani
Novel
Bronze
Puri Setan dan Penghuninya yang Pernah Jatuh Cinta
romaneskha
Flash
Bronze
Kiat Sukses Wawancara Kerja
Sulistiyo Suparno
Flash
PEREMPUAN TIDAK HARUS BERDIAM DIRI
Maria Cecilia W T
Flash
Filosofi Hom Pim Pa
Sri Marflowers
Rekomendasi
Flash
Sebelum Daun Gugur
Panca Lotus
Flash
Persimpangan
Panca Lotus
Flash
Ingatan Pertama
Panca Lotus
Novel
Tempurung Kaca
Panca Lotus
Flash
Balada Harimau Itali
Panca Lotus
Skrip Film
KERETA
Panca Lotus
Skrip Film
Dunia Paralel
Panca Lotus