Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sebelum Daun Gugur
5
Suka
5,597
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Sebentar lagi aku mati,” katanya dengan serius.

“Darimana kau tahu?”

“Kakiku mulai mati rasa.”

Aku terdiam sejenak, tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Kupikir dia sudah tidak waras.

“Kau ingat si Baron?”

“Temanmu yang di selatan?” tanyaku.

“Ya. Dia mati tiga hari yang lalu. Tidak ada yang tersisa di selatan, semuanya mati.”

Lagi-lagi aku tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Yang jelas, aku sangat terkejut. Kalau yang dikatakannya benar, maka kabar mengenai wabah yang menyerang daerah selatan bukan lagi gosip belaka.

“Aku juga mendengar suara dengungan,” ucapnya lagi.

“Dengungan?”

“Ya… seperti… nngggg… seperti itu.”

Seperti percakapan kami yang sudah-sudah, aku kembali tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Sedikitpun aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

“Kau sungguh akan mati?” Kali ini aku bertanya dengan penuh rasa empati.

“Ya,” katanya.

“Berapa lama lagi?”

“Mungkin lima menit, badanku sudah sangat lemas.”

“Aku turut berduka.”

“Terima kasih, tapi aku belum mati.”

Aduh-aduh, batinku. Aku tidak paham sebenarnya dia jadi mati atau tidak.

“Boleh aku minta tolong?” Tahu-tahu dia kembali bicara.

“Apa?”

“Kalau aku mati bisakah kau merawat Joni?”

“Burung peliharaanmu?”

“Ya,” katanya, “Joni tidak punya siapa-siapa. Kalau aku mati biarkan dia tinggal di tempatmu.”

Aku tidak membalas, tapi menyetujui permintaan terakhirnya. Setelah itu kami terdiam untuk beberapa saat. Dari kejauhan terdengar suara gemuruh yang lama-kelamaan semakin keras. Bertepatan dengan itu, tubuh sahabatku akhirnya tumbang.

Sepuluh menit berselang aku mulai mendengar suara dengungan. Kini giliran kakiku yang mati rasa. Aku melirik ke bawah, dan kulihat beberapa malaikat maut sedang mondar-mandir dengan gergaji mesin ditangannya. Ah, benar kata mereka, tidak ada yang bisa kulakukan kalau wabah sudah menyerang. Dengan sisa tenaga kubilang pada Joni kalau dia sebaiknya mencari pohon lain untuk ditinggali.

“Maaf aku tidak bisa menepati janji.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
sad ending :(
Rekomendasi dari Drama
Flash
Sebelum Daun Gugur
Panca Lotus
Novel
Love-A-Mia
Mpii
Novel
Bronze
Istriku Dewi yang Cantik, si Ratu Poison
Sulton mubarok
Komik
Komikecil Series Life
edokomikecil
Novel
Bronze
KUCOBA MELAWAN TAKDIR
Senja
Novel
Bronze
Kisah Tanpa Nama
Dinda Tri Puspita Sari
Novel
(Un)Privilege
Anindita Putri T
Novel
Friend'Sick
arsyanisaa
Komik
Our Red Still Thicker Than Blue
Shavira khaira sarma
Novel
Royal Rock
Una
Novel
Bagas Ayu... Puisi Jiwa untuk Cinta
Gie_aja
Novel
Gold
The Leader Who Had No Tittle
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Sekar yang Mekar di Kanvas itu
Inggita Hardaningtyas
Cerpen
[CERPEN] Surat Dari Alan
Diyanti Rita
Novel
Antropologi Cinta
Satorie
Rekomendasi
Flash
Sebelum Daun Gugur
Panca Lotus
Novel
Tempurung Kaca
Panca Lotus
Flash
Persimpangan
Panca Lotus
Flash
Balada Harimau Itali
Panca Lotus
Skrip Film
KERETA
Panca Lotus
Flash
Ingatan Pertama
Panca Lotus
Skrip Film
Dunia Paralel
Panca Lotus