Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Aku hanya takut jika suatu saat nanti saat aku menua, aku lupa dan hilang ingatan akan memori masa lalu bersama anak-anakku. Bagaimanapun masa itulah titik awal dari adanya kami sekarang.
Maka kutuliskan cerita dimasa lalu itu kedalam sebuah buku. Buku yang kuberi judul "Sampai Nanti Saatnya Tiba". Buku ini akan kuberikan kepada anak sulungku nanti. Aku bercerita banyak kepadanya lewat jutaan kata. Aku hanya ingin dia tahu bahwa kami sudah melewati banyak peristiwa yang membuat kami lebih tangguh dan sudah menerjang banyak badai kehidupan. Suatu saat nanti aku harap dia akan memahami perjuangan dan pengorbanan yang sudah dilakukan.
Aku ingin dia menghargai hidup yang memang tak semanis coklat panas, tak seindah Bunga Tulip di Taman Keukenkof, Belanda dan tak seenak aroma kopi yang bisa menenangkan hati, jiwa juga pikiran.
Single parent bukan title yang ingin aku capai. Tapi apa daya kenyataan berkata begitu. Menjadi seorang aku tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Adalah Nona anak sulungku yang harus puas menjadi anak kesayangan satu-satunya selama 9 tahun. Sampai akhirnya dia bukanlah satu-satunya lagi, terduakan, sering tersalahkan, dan harus menjadi pribadi yang mandiri di usia yang dibilang masih belia.
Dia harus berbagi kasih sayangku dengan Qeen adik yang tak disangka-sangka kehadirannya. Qeen yang nyatanya bernasib sama dengannya "Tak ber-ayah". Qeen yang membuatnya harus mengalah dan menggantikan posisiku selama aku hijrah ke Belanda beberapa tahun demi sebuah impian. Aku tak melarikan diri juga tak melepaskan tanggung jawabku sebagai ibu. Kesempatan tidak datang dua kali dan aku harus pintar memanfaatkannya.
Aku dan Nona sedang berjuang mencari arti dari sebuah kata "BAHAGIA". Sampai Nanti Saatnya Tiba.