Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
14 Februari Ketujuh
10
Suka
6,101
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku kembali melihat arloji, sudah lewat lima belas menit dari waktu janjian dengan Eka di kafe ini. Gadis itu pasti sudah datang sejak tadi. Dia orang paling ontime yang pernah kukenal.

14 Februari 2021. Ini adalah 14 Februari ketujuh yang kulewati sejak mengenal gadis mungil bermata bulat itu sebagai sahabat. Ya, hanya sahabat. Kata orang, tak pernah ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan yang benar-benar tulus, pasti ada salah satu yang baper. Itu pun berlaku di persahabatan kami. Aku mencintainya seperti orang gila, tapi dia selalu saja ketus, seolah jika pun di dunia ini hanya aku pemuda tampan memesona yang tersisa, dia lebih baik menjadikanku hamba sahaya. Ah, memang malang kisah cintaku.

Aku tergesa-gesa keluar dari ruang belakang. Dari posisiku, terlihat Eka sudah duduk di salah satu kursi tak jauh dari pintu masuk, sambil menyesap minumannya dari cangkir putih khas kafe ini. Bisa kutebak, dia pasti memesan kopi robusta—kesukaannya.

Suasana kafe sore ini tidak terlalu ramai, hanya ada kami, sepasang kekasih di meja dekat jendela yang sibuk melabelkan hubungan, juga sekelompok pemuda yang sejak tadi ramai entah mentertawakan apa. Aroma bermacam kopi menari-nari di indra penciumanku. Sedap sekali.

Raut wajah Eka terlihat kaku. Dia pasti kesal setengah mati padaku. Aku makin tergesa mendekatinya, hingga tak sengaja menabrak meja dan menjatuhkan beberapa barang. Kontan perhatian beberapa pengunjung langsung tertuju ke arahku, termasuk gadis yang sedang menjadi fokusku sekarang.

“Aduh, maaf, Mbak, saya nggak sengaja,” kataku dengan rasa tidak enak hati yang tak kusembunyikan pada pegawai cantik berkucir ekor kuda di hadapanku. Aku membantunya membereskan beberapa barang.

Pegawai berlesung pipi itu tersenyum. “Nggak apa-apa, Kak.” Dia menjawab sambil menata kembali papan hitam kecil bertuliskan “order here” di atas meja dekat mesin penghitung.

Eka makin menajamkan tatapannya padaku, membuat langkahku bertambah panjang.

“Hai, Ka,” sapaku gugup, tapi berusaha memamerkan senyum lebar yang pasti tidak enak dilihat.

Eka tak menjawab sapaan itu, dia lebih tertarik untuk mengajukan pertanyaan, “Bagaimana kau bisa muncul dari dalam sana, Geo?” Pertanyaan dingin yang dipertegas dengan jari telunjuknya.

Aku tersenyum kikuk sambil menggaruk telinga. Pendingin ruangan sama sekali tak berfungsi padaku, karena aku bisa merasakan setetes keringat meluncur di pelipis.

“Ng ... itu. Aku sebenarnya sudah datang sejak tadi, tapi tiba-tiba perutku mulas. Ternyata toilet pengunjung penuh, jadi aku terpaksa merayu Mbak Cantik itu untuk meminjamkan toilet karyawan.”

Mata Eka menyipit, meneliti tubuh jangkungku dari kepala sampai kaki. Dia juga tentu sangat hafal gerak-gerikku. Kalau aku sudah memindahkan garukan dari telinga ke hidung, berarti ada hal lebih konyol lagi yang akan kukatakan setelah ini.

“Sepertinya acara kita hari ini harus dijadwal ulang, karena aku harus pulang sekarang.”

“Kenapa?” Kentara sekali Eka berusaha menekan kejengkelannya.

Ah, kenapa aku selalu saja membuat kekacauan di tanggal peringatan ikrar persahabatan kami? Catat, PER-SA-HA-BA-TAN! Persahabatan bullshit! Dan akulah si pecundang yang menciptakan ke-bullshit-an itu.

Aku menelan ludah pahit. “Aku ... aku harus segera ganti celana.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Salah Duga
Jhon Merari Hutapea
Flash
14 Februari Ketujuh
Salmah Nurhaliza
Novel
Tanda Lahir
Era Chori Christina
Novel
Bronze
Simfoni Hitam
Fatma Hida
Novel
Bronze
Tentangmu Ibu
Rosidawati
Novel
Gold
Bising
Bentang Pustaka
Novel
ALEGRA
I | N
Skrip Film
Matahari Kecilku
Mawar Hitam
Cerpen
Gretta Si Nenek Sihir
Ariyanto
Novel
Bronze
Pulang
Dillon Gintings
Flash
Is It My Fault?
Nurulina Hakim
Cerpen
Diary Devi
ArsheilaW
Novel
Bronze
Polemik Kehidupan Dibalik Keceriaan
EMERENCIA
Flash
SEBELUM AKU PERGI
KH_Marpa
Novel
Bronze
Langitmu Tak Hanya Biru
Fajar Arsyi Firmansyah
Rekomendasi
Flash
14 Februari Ketujuh
Salmah Nurhaliza
Novel
MEGHANMORPHOSELF
Salmah Nurhaliza
Novel
Adaku Lengkapi Adamu
Salmah Nurhaliza
Flash
Rapat OSIS
Salmah Nurhaliza
Flash
Puting Beliung
Salmah Nurhaliza